Part XI: Terobosan Mba Eno (bag 2)
PoV Lina
“Sialan nih Mba Eno. Bisa-bisanya aku dikirimin video dia dengan Mas Soni lagi ngentot begitu.
Mana bagus banget videonya. Gila! Sayangnya cuma pendek banget,” aku membatin dalam hati.
Mba Eno memang baru saja mengirimkan potongan video melalui WA kepadaku.
Video yang pernah dia ceritakan pada aku dan Katy.
Video Mba Eno dan Mas Soni ngentot tapi direkam dan diedit dengan cukup profesional.
Ternyata mereka sudah syuting dan videonya sudah diedit. Emang keren banget sih.
Tapi sekarang aku jadi horny banget nih. Duuuuuh.
Segera kutelepon Isal, suamiku. “Sal. Masih di kantor kan? Aku jemput ya? Ini ganti baju terus jalan ke situ,” kataku melalui ponsel.
Kalau sudah begini, aku memang biasanya cukup nekat.
Aku pakai atasan yang cukup rapi dan pantas, lalu pakai rok di atas lutut.
Kostumku termasuk persiapan. Kalau suasana memungkinkan, aku akan mengajak Isal quickie di kantor saja.
Terlalu lama kalau harus tunggu balik ke rumah lagi.
Segera kukebut kendaraanku menuju kantor suamiku.
Sebenarnya aku sudah pernah quickie di kantornya yang sekarang.
Unit suamiku memang pindah ke kantor yang baru. Sekarang unitnya menempati lantai dua.
Lima orang personilnya berkantor di lantai dua yang ukurannya sangat luas.
Jadi kalau sudah sore, situasi sangat sepi dan mendukung suasana untuk quickie.
Toh ruangan Isal tidak ada CCTV. Tidak jadi soal aku sebagai istrinya lama berada di dalam ruangannya.
Sampai di parkiran kantor Isal, ku telepon dia.
“Sal. Ada siapa di atas? Udah pada jalan semua?
Aku susulin ke atas ya? Ya ya yaaaaaa? Asiiiiiiik. Tungguiiiin,” ujarku.
Aku yakin Isal tahu gelagatku sore ini.
Dia tahu maksud dan tujuanku menyusul dia ke atas setelah menanyakan situasi kantornya lebih dulu.
Cekleeeek. Kubuka gagang pintu ruangan dia.
Ruangan Isal tidak begitu luas. Untungnya cukup tertutup, terutama dari CCTV kantor.
“Mesti deh lagi horny. Abis ngapain sih?
Emangnya kamu gak bisa ke Ben atau Mas Soni?” Cecar Isal padaku.
“Ben pasti belum pulang. Rumah depan juga sepi gak keliatan orang, Sal. Kayaknya pada pergi,” jawabku.
Aku langsung memeluk dan menciumnya. Isal merespons dengan mengangkat baju dan braku sekalian.
Kubuka cepat celana kerja Isal. Kuturunkan sekenanya saja. Tak sabar aku menggenggam kontolnya. “Langsung entot aja. Ini udah basah kok,” ajakku.
Pantatku kududukkan di atas meja. Kaki kiriku kunaikkan satu ke atas meja.
Kedua tanganku bersandar pada meja yang kududuki. Sebagai pembuka Isal mencucup puting tokedku dengan mesra. J
ari tengah tangan kirinya kurasakan membelai belahan memekku. Geli-geli pengen rasanya.
“Arrggghhh,” racauku saat merasakan jari tengahnya menusuk lubang memekku yang sudah basah sejak tadi.
Tahu memekku sudah becek, Isal mengganti jari tengah dengan kontol gemuknya di depan memekku.
Melesaklah kontol favoritku ke dalam lubang memek kebanggaanku.
Duuuuh. Si favorit berjumpa lagi dengan si kebanggaan. Duuuuh. Nikmatnya.
Perlahan hilang dahaga birahi yang sudah kutahan sejak tadi. Sejak melihat cuplikan video Mba Eno dan Mas Soni.
“Oooooooh. Sal…. Enaaak. Gatal banget memekku. Ooohh.. Ooohhh. Mba Eno bikin aku horny banget,” ceritaku. “Ah.. Arrgghh.. Aaaaaaah,”
“Jadi juga mereka bikin video ya, Lin? Tanya Isal sambil mengencangkan genjotan kontolnya di memekku.
“Terusin dulu, Saaal.. Heeeeee eeeeeeeh. Video mereka ngentot bagus bangeeeeet.
Kayaaaak film bokep barat deeeeh.. Duuuuuh.. Enaaaakhhh,” erangku keenakan.
Tetiba tangan kanan Isal membekap mulutku. “Sssstttt. Kayaknya ada orang lewat di luar,” kata Isal.
Suamiku menyuruhku diam. Sesuatu yang agak sulit kulakukan. Kontol dia masih bergoyang masuk-keluar di dalam memekku.
Aku hanya mampu mendesis layaknya orang kepedasan. Isal mempercepat genjotannya di memekku.
Mana mampu aku menahan kenikmatan digoyang seperti ini. Mataku mendelik menunjukkan protes pada suamiku.
“Sudah gak ada suara. Biarin deh. Ngentot sama istri sendiri ini kok,” ujarnya cuek.
Isal mencabut kontolnya dan membalikkan badanku supaya aku menungging.
Tanpa aba-aba Isal kembali menceploskan kontolnya dengan mudah. Segitu akrabnya kontol suamiku dengan memekku.
Plook.. Ploook..ploook. Aaaaaahhhh. Ah.. Ah.. Ah..
“Sampai keluar ya, Sal,” perintahku.
Isal pun merespons dengan mempercepat sekaligus membuat kocokan kontolnya semakin tegas.
Rasanya seperti tersengat arus kenikmatan yang bersumber dari memek sampai ke otak deh. Ngerti kan rasanya gimana?
Oooooohhh.. Ooohhh.. Duuuuuh. Enaaak, Saaaal. Aaaaaaah. Aduuuuuuh..
Tanganku memegang erat ujung meja di depanku. Badanku melengkung. Rasanya semua otot menegang.
Aku menjemput orgasmeku….. “Aaaarggghhh. Saaal. Keluuwaaaaar… Ah.. Ah.. Ah.. Akhirnyaaaa…” racauku menggambarkan klimaks yang kualami.
Isal memperlambat kocokan kontolnya di memekku.
Sampai aku kembali sadar kalau ini di kantor dia. “Aku cabut ya?” Tanya Isal pelan.
“Kamu gak mau dikeluarin dulu?” Tanyaku balik.
“Nanti lanjut di rumah aja,” ujar Isal sambil mencabut kontolnya.
Ia menaikkan celana, lalu merapikan pakainnya.
Begitu pun aku, Rokku kuturunkan dilanjutkan dengan atasan yang sudah tak beraturan lagi. Kami berdua bersiap-siap pulang.
“Mau dipanggilin Mba Eno atau Katy? Biar main bertiga? Atau mau sekalian berempat? Tanyaku serius.
“Mobilmu ditinggal aja. Kamu nyetirin mobilku, ntar aku BJ di mobil mau ya?” Aku menggoda suamiku.
“Kamu duluan tunggu di mobil ya. Ini aku minta tolong driver bawa pulang mobilku.
Kalo mobil ditinggal, besok pagi repot,” Jawab Isal. Tak lama aku beranjak pergi, kudengar suara Isal lagi.
“Eh, Lin. Boleh deh ajak Mba Eno ke rumah,” kata dia.
==================
PoV Lina
Nyaris tengah malam. Aku dan Mba Eno terkapar di tempat tidur kamar tamuku di lantai satu.
Kami berdua mengapit laki-laki yang baru saja ejakulasi di mulut kami berdua.
Kuperhatikan wajahnya puas sekali.
Mana mungkin laki-laki normal gak puas diservis aku dan Mba Eno.
Ngentot dengan salah satu dari kami saja sudah jelas memuaskan. Apa lagi kombo aku dan Mba Eno.
Dapat bonus CIM. Pejunya kami telan pula. Rasanya seperti film bokep donk?
“Makasih ya, Mba Lina. Puas banget,” ujar Mas Soni padaku.
“Makasih ya, Mah,” kali ini istrinya yang menerima ucapan terima kasih.
Bedanya, Mas Soni melanjutkan dengan mengecup kening Mba Eno. Mesra banget deh pokoknya.
“Kok aku gak dicium juga sih, Mas Soni,” aku menggodanya.
“Klo sama Mba Lina cium yang lain juga boleh gak? Hehehehe.” balasnya sambil tertawa.
“iiiihh. Jangankan cium, Mas. Diputer, dijilat, dicelupin, juga hayuuuuk,” balasku manja.
Ya kami baru saja main berempat. Mba Eno dan Mas Soni bergabung bersama aku dan suamiku.
Lelah. Tapi puas banget. Gak direncanain. Iseng-iseng horny gara-gara lihat video Mba Eno.
Baru dapat quickie dari suami. Eh suami juga belum klimaks.
Tadinya aku hanya iseng mengajak Mba Eno. Tapi karena Mas Soni juga ada di rumah, aku sekalian mengajak dia.
Mba Eno mengiyakan ajakanku. Dia langsung bergabung bersamaku dan Isal.
Sementara Mas Soni baru bergabung satu jam kemudian usai pekerjaannya selesai.
“Jadi, tadi itu aku quickie di kantornya Isal, Mba. Aku sih sempat dapet.
Tapi si Isal belum. Dia minta dilanjutin di rumah. Ya udah, aku iseng nawarin ajak Mba Eno,” ceritaku ke Mba Eno.
“Ealaaah, Mba Lina. Sudah curi star duluan tho,” respons istri Mas Soni tersebut.
“Tadinya Isal gak ngerespons sih. Kayak malu-malu gitu deh.
Eh abis itu malah dia yang minta ajakin Mba Eno. Kayaknya dia kangen sama memek Mba Eno tuh.
Eh kangen sama ngecrot di mulut Mba Eno juga deh. Hahahaha,” ungkapku.
“Tuh Mba Eno, Mas Soni. Lina kalo ngarang emang jago,” timpal Isal, suamiku.
Iya. Suamiku ada di dalam kamar juga. Dia sudah ngecrot duluan.
Duduk di sofa, menikmati live aku, Mas Soni, dan Mba Eno.
Pembelaan Isal disambut tawa kecil suami istri tetangga depan rumahku itu.
“Kalo Mba Lina gak jago ngarang, kita gak akan begini nih, Mas Isal. Iya kan, Mah? Jawab Mas Soni.
“Mas Soni baik banget sih ngebelain akoooooohhhh,” responsku manja.
Tanpa bertanya kuraih kontol Mas Soni yang masih lunglai. Kukocok-kocok perlahan
“Mas Soni. Kalo dia bangun, aku mau ya sekali crot lagi,” pintaku.
Mas Soni hanya merespons dengan desisan geli-geli nikmatnya dari mulutnya.
“Pah… Gimana rencananya? Katanya mau ngomong sama Mas Isal sama Mas Ben?” Mba Eno memotong.
“O iya. Mas Isal, Kamis nanti kan tanggal merah itu.
Rabu malam aku mau ngundang Mas Isal sama Mba Lina, terus Mas Ben sama Mba Katy juga ke rumah.
Kalau pada gak ada acara sih,” tutur Mas Soni.
“Aku sih gak ada, Mas. Dalam rangka apa nih? Jawab Isal.
“Ini, Mas. Anu lho. Aku sama istri mau ngajak kita berenam nonton bareng.
Nonton video kami yang tadi sempat dikirim ke Mba Lina. Nanti hasil lengkapnya dibawa yang ngedit, Mas,” kata Mas Soni.
“Boleh. Boleh, Mas Soni. Kan libur juga tuh. Semoga Ben sama Katy bisa ya. Jadi kan rame,” jawab Isal.
“Iya, Mas. Mau minta komentar semuanya. Gimana hasil videonya gitu, Mas,” lanjut Mas Soni.
“Kalau nonton doank, aku gak mau, Mas Soniiiiii. Kalo ngumpul berenam ya sekalian dooooonk.
Eh tapi kalau Ben sama Katy gak bisa, gak sekalian juga,” jawabku.
“Sekalian main bareng begitu lho, Paaaaaah,” Mba Eno dengan polos coba menjelaskan ke suaminya.
“Ya aku gak enak ngomongnya. Hehehehhee,” jawab Mas Soni sambil nyengir.
“Gapapa, santai aja kali, Mas,” kata Isal.
“Ya ampuuuun, Mas Soni. Ini lho kita lagi telanjang bareng.
Mas Soni abis ngentotin memekku di depan suamiku.
Suamiku abis ngentotin memek Mba Eno. Ini juga aku lagi ngocokin kontol Mas Soni.
Kayak gitu masih malu-malu. Minta digigit nih kontolnya?” Candaku gemas.
“Besok deh aku main ke rumah Mba Katy. Ngajak Mba Katy sama Mas Ben,” kata Mba Eno.
Kurasakan kontol Mas Soni mulai bergerak perlahan. Langsung saja kuisap kontolnya sebentar.
Aku beralih ke Mba Eno dan membisikkan sesuatu di telinganya.
Mba Eno langsung mendatangi suamiku yang masih telanjang.
“Mas Isal, aku mau sekali lagi ya…” pinta Mba Eno sambil berjongkok dan memasukkan kontol Isal ke mulutnya.
*bersambung*
________________