Rahasia Yang Akan Terus Ku Simpan

Jodoh tidak kemana, kita inginkan biasanya yang sempurnya dan yang lebih ya karena manusia adalah maklhuk yang mempunyai nafsu, tapi apa boleh buat kita hanya berusaha yang terbaik. Kali ini akan saya ceritakan mengenai pasang 2 anak manusia yang ditakdirkan bersama di dunia ini. Mereka berdua sungguh sangat mujur, sebab kedua pasangan ini adalah anak dari pengusaha kaya. Masalah ekonomi pastinya tidak adak problem tapi tidak tahu bahagia atau tidaknya pasangan ini kelak. Pasangan ini baru saja menikah dan rencana mereka akan membuat salah satu rumah, untuk desain mereka juga tidak main-main’arsitek handal terkenal yang menjadi pelopornya”. ya maklum orang kaya semua pasti bisa dibeli, rumah ini juga hadiah dari ortu pasangan mempelai perempuan.

Tidak usah panjang lebar cerita, 6 bulan kemudian akhirnya selesailah bangunan ini dibuat sungguh megah dan luas, area bermain, taman,tempat renang dan desain rumah yang menyolok adat Eropa tampak menambah sis mewah dan berklas bagi sang pemilik. Karena besar dan luasnya rumah ini maka mereka memakai beberapa orang pembantu dan tukang kebun. Selain itu di pintu gerbangnya ada pos satpam yang akan mengawasi tamu masuk. Karena mereka belum dikarunai anak maka Ira tinggal di rumah dan suaminya Rudi yang ke kantor meneruskan usaha yang ditinggalkan ayahnya, bersama kakak-kakaknya. Di dalam rumah yang besar dan banyak kamarnya itu, Ira merasa kesepian dan resah. Ia memang berada dilingkungan yang serba megah namun kepuasan batin tidak ia dapatkan. Padahal ia dan Rudi baru 1 tahun menikah.

Di dalam kehidupan sex ia tidak ada masalah dan halangan. Rudi saat ini berusia 29 tahun dan Ira 26 tahun. Sebagai layaknya pasangan muda, hampir setiap ada kesempatan mereka selalu melakukan hubungan badan di kamarnya yang serba luks itu. Tidak jarang mereka bepergian ke villanya di Tawangmangu untuk melepaskan rasa suntuk dan melepaskan kepenatan setiap hari. Suatu malam, di rumah itu tanpa diketahui oleh Ira dan Rudi, di luar kamarnya ada sepasang mata yang mengintip dari balik jendela. Sepasang mata itu milik seorang lelaki yang biasanya bertugas sebagai satpam di rumahnya itu. Namanya Unang. Dari dulu semenjak mulai bertugas di rumah itu, Unang telah menaruh perhatian terhadap istri majikanya itu. Meskipun jika keluar rumah Ira selalu pakai pakaian celana panjang, tetap saja kecantikan dan kesintalan nyonya majikannya itu membuat Unang sulit tidur. Unang dari balik jendela yang ditutup gordyn itu terus mengamati dan melihat tingkah laku suami istri itu.

Malam itu Rudi dan Ira seperti bisa bermesraan dulu barulah mereka saling melepaskan pakaian masing- masing untuk melakukan hubungan badan. Unang di luar dengan nafas memburu melihat ketelanjangan suami istri itu. Namun yang terus diperhatikannya adalah sosok tubuh Ira, yang biasanya di luaran ia liat berpakaian tertutup semua, namun di saat itu hampir seluruh bentuk tubuh Ira ia liat tanpa ada yang menutupnya. Malam itu hampir dua jam Unang menyaksikan aksi pasangan muda itu bersebadan. Unang sempat pusing melihatnya. Dikepalanya terbayang kehalusan dan kesintalan tubuh majikannya itu. Bayangan itu terus bermain di pelupuk matanya. Pada suatu saat, Rudi ada urusan sehingga harus berangkat ke luar negeri untuk beberapa saat. Maka ia tinggalkan Ira di rumah itu. Ia tidak khawatir sebab di rumah itu ada pembantu dan satpam yang siap mengamankan rumah dan isinya. Siang itu, iseng-iseng Ira berkeliling rumah dan melihat bunga2 di pekarangannya. Lalu ia singgah di pos jaga Unang, saat itu Unang sedang akan duduk. Ia kaget karena tidak biasanya Ira singgah di posnya. “Selamat siang, Pak?” sapa Ira ramah. “Siang juga, Bu?” jawab Unang. “Bagaimana, Pak? Apa ada hambatan?” tanya Ira. “Ooo tidak, Bu?” jawab Unang lagi. Lalu ia masuk ke ruang Unang itu dan duduk di dalamya. Di dalam ruang itu lengkap ada kamar mandi dan ruang tidur satpam. Ira duduk dan berbicara dengan Unang panjang lebar tentang keamanan di rumah itu. Ira sempat memperhatikan Unang. Ia akui Unang sebagai satpam amat berani dan memiliki otot yang kuat seperti tentara. Tubuhnya hitam legam dan wajah kerasnya terlihat. Dulunya Unang memang tentara.

Karena suatu sebab ia dipecat, maka untuk menyambung hidupnya ia menjadi satpam. Malam harinya, untuk menghilangkan kejenuhannya di rumah itu, ia berjalan-jalan di halaman itu dan membawa makanan kecil untuk Unang. Ia ke ruang satpam dan duduk didalamnya, Unang menjadi salah tingkah. “Bu, saya tidak enak sama Ibu. Masak Ibu duduk di ruang ini?” kata Unang. “Ohhh… ndak apa-apa la, Pak? Masak… duduk saja ndak boleh? “Saya takut nanti Pak Rudi marah,” jawab Unang. “Oooo itu to… Mas Rudi sekarang sedang di Kanada. Jadi, ndak apa kok, pak,” terang Ira. “Kalau Pak Unang keberatan saya disini, Bapak saja yang ke dalam, kan kita bisa bicara-bicara, Pak?” kata Ira. “Baiklah, Buk,” kata Unang, “Tapi hari akan hujan tampaknya.” Lalu Ira berjalan kedalam rumahnya dan diikuti Unang di belakang. Dari belakang ia perhatikan terus pinggul majikannya itu yang saat itu memakai celana tidur dan blouse dari sutra. Di dalam salah satu ruangan di rumah itu, Ira dan Unang berbincang- bincang tentang berbagai hal, sampai tentang masalah dalam kamar tidur Ira dan Rudi. Sedang hari saat itu di luaran hujan deras.

Karena suasana dan dinginya malam itu, ditambah lagi pembicaraan yang terlalu menyentuh tentang urusan ranjang, membuat Unang mengetahui rahasia kamar Ira dan Rudi itu. Unang merasa mendapatkan peluang untuk masuk ke dalam pribadi Ira. Dengan berbagai cara dan rayuan, Unang pun telah dapat mengenggam tangan Ira dan memeluknya. Dengan cara yang lembut ia dapat mencium bibir Ira yang mungil itu. Ira sedikit menyesal karena ia telah jatuh dalam kelembutan yang diberikan Pak Unang. Dengan kelihaian Unang mempermainkan Ira, maka Ira dapat ia giring kedalam salah satu kamar di rumah itu. Di kamar yang diperuntukan bagi tamu itu, Ira ia tuntun. Di dalam kamar itu ia baringkan Ira dengan hati-hati dan ia raba buah dada Ira tanpa membuat Ira merasa menyesal. Lalu ia buka blouse tidur dan BH yang menutupi dada Ira satu persatu.

Di belahan dada Ira ia singgah untuk memilin puting dan mengggigit dada Ira hingga memerah. Ira saat itu tidak sadar bahwa ia telah punya suami dan jatuh terlalu dalam. Dengan tangannya, Unang membuka celana tidur Ira dan lalu CDnya sehingga terlihat bulu-bulu halus yang tertata rapi menutupi rongga vagina Ira. Dengan leluasa jari tangan Unang masuk dan mempermainkan lobang vagina Ira hingga Ira ingin cepat dituntaskan. “Ahggggggggghhhhh, Pakkk…. Cepat, Pak…” Dengus Ira saat itu. Lalu Unang membuka seluruh pakaiannya sehingga ia pun kini telah telanjang bulat. Unang yang selama ini hanya melihat Ira telanjang saat bersenggama denga suaminya, kini dapat melihat sendiri dari dekat dan merasakan langsung kehangatan tubuh Ira yang selama ini hanya bisa ia bayangkan. Unang pun lalu membuka kedua kaki Ira hingga kedua kaki yang jenjang itu tertaut di kedua bahunya yang bidang. Ia arahkan penisnya yang tegak, siap untuk masuk ke dalam vagina Ira yang masih kecil itu.

Dengan sedikit dipaksa, amblaslah penis Pak Unang kedalam lobang itu. Ira hanya bisa menggigit bibir bawahnya menahan rasa nyilu dan perih saat dimasuki kemaluan Unang. Beberapa saat lamanya Unang terus menggenjot dan memajumundurkan penisnya di dalam vagina Ira hingga Ira merasakan nikmat dan orgasme. Lalu Unang pun memuncratkan maninya di dalam vagina Ira. Ia biarkan saja tumpah di dalam tubuh nyonya majikannya itu. Sambil penisnya tetap tertanam di dalam vagina Ira, Unang pun diam di atas tubuh Ira melepas lelahnya hingga ia tertidur. Ira pun tergolek bersimbah keringat. Saat itu keringat Unang telah bercampur dengan keringat Ira. Tidak ada lagi yang membatasi kulit mereka. Tubuh Ira masih terhimpit dibawah dalam keadaan lemas dan puas. Malam itu Pak Unang melakukannya sebanyak dua kali lagi dan Ira pun tidak sempat menolaknya. Sejak saat itu, bila ada kesempatan, di salah satu kamar rumah itu Ira maupun Unang berpacu dalam birahi. Rudi tidak tahu dan hanya mereka berdualah yang menyimpan rahasia itu, hingga saat ini.