Cinta Bersemi di Kos Baru

Banyak orang bilang masa SMA adalah masa yang paling indah dalam kehidupan usia muda. Semua pengalaman baru dan keisengan seringkali muncul di waktu SMA. Mungkin saja yang menjadikan masa SMA menjadi begitu berkesan untuk dikenang adalah kebersamaan serta pengalaman baru dalam proses pendewasaan yang membawa kita kepada pribadi saat ini. Mulai dari menyontek, membolos, hingga hal hal lain yang dilakukan secara bersama, dimana hal hal tersebut belum tentu bisa didapatkan di masa masa berikutnya.

“KRINGGG… KRINGGG…. KRINGGGG….!!!!!!!!”

Bel sekolah berbunyi dengan lantangnya, waktu menunjukkan pukul 13.45 WIB pertanda kegiatan sekolah sudah berakhir. Semua siswa berhamburan keluar dari dalam kelasnya, suasana di salah satu SMA di Bekasi itu sangat ramai, banyak siswa memadati parkiran motor mereka hendak pulang kerumah, ada juga yang masih duduk duduk didepan kelas memanfaatkan waktu untuk saling mengobrol dengan teman. Namun lain halnya dengan para siswa Kelas XII (dulu kelas III SMA), mereka harus mengikuti jam tambahan dari sekolah terlebih dahulu sebagai bentuk persiapan menghadapi Ujian Nasional. Disela sela 15 menit waktu istirahat sebelum jam jam tambahan dimulai, Cecil memanggil Neta yang sedang berjalan ke Koperasi untuk mengambil fotokopian materi pelajaran.

“Netaaaa… Siniiiii….!!!” Teriak Cecil pada Neta, dan seketika itu Neta berbalik dan berjalan menghampiri sahabatnya.

“Kenapa Cil, teriak teriak gitu manggil gue…?? Eh bentar… ini kenapa lo malah nenteng tas gini?? Hari ini kan ada jam tambahan..??” Tanya Neta dengan heran, melihat Cecil yang sedang membawa tas slempang branded miliknya.

“Eh, iya Net… gue mau bolos dulu jam tambahan…” jawab Cecil dengan singkat.

“Hah?? Kenapa emang?? Bukannya tadi dikelas ga ada tanda2 lo mau bolos jam tambahan??”

“Iyaaa beb, barusan si Miko sms gue kalo dia pulang kerumah katanya sih kangen sama gue, jadi dia bela belain balik dari Bandung buat ketemu sama gue…” Cecil mecoba menjelaskan pada Neta.

“Buseeet dah…. kenapa ga ntar malem apa besok aja sih ketemunya?? Trus nanti gue pulangnya nebeng siapa dong? Huuuufff..” Neta menggerutu, karena biasanya ia pulang selalu nebeng motor bareng sahabatnya itu.

“Nah itu beb yang gue mau omongin sama lo… sorry banget ya, soalnya Miko malem ini juga harus balik lagi ke Bandung, jadi gue cuma bisa ketemu sama dia siang ini juga. Emmm, lo pulangnya minta dijemput bokap lo aja deh… gimana??”

“Huuufff… gini nih orang kalo udah ama cowoknya trus lupa deh sama temennya… hmmm. Ya udah deh tar gue telpon bokap gue..” jawab Neta dengan cemberut.

“Hehehe… jangan gitu dong beb, makanya lo tu cari cowok lagi, ga capek apa ngejomblo dari semester kemarin… “ Ledek Cecil, sembari memeluk sahabatnya yang sedang cemberut itu.Seketika itu Cecil pergi meninggalkan sekolahnya dengan diam diam supaya tidak ketahuan guru kalau dia membolos jam tambahan.

Waktu menunjukan pukul 15.00 WIB, pertanda jam tambahan hari Selasa sudah selesai. Dengan pandangan mata yang kurang fresh dan tampak kelelahan, para siswa keluar dari dalam kelasnya menuju parkiran motor untuk segera pulang dan berisitirahat dirumah. Namun Neta tampak sedang sibuk menelpon didepan kelasnya, ia menelpon ayahnya yang sedang dikantor. Berkali kali ia menelpon namun tidak diangkat, hingga akhirnya ia mengirim pesan singkat kepada ayahnya untuk minta dijemput disekolah. Beberapa saat kemudian ayah membalas pesan singkatnya.

“Mf sayang,,papa lagi meeting sama klien,,jd br bs jemputnya jam 5 nti,,gmn gpp?”

Dengan perasaan yang tidak karuan, akhirnya Neta terpaksa harus menunggu ayahnya sampai jam 5 sore, memang hanya itu satu satunya jalan agar bisa pulang kerumah. Tak henti hentinya Neta menggerutu dalam hati.

Ditengah kegalauan hatinya, tiba tiba ada seorang cowok tinggi yang sedang berjalan menenteng tas ransel menuju ke arah parkiran motor. Parkiran motor sekolah mereka letaknya tepat disamping kelas Cecil dan Neta. Cowok itu mendadak menghentikan langkahnya didepan Neta yang sedang duduk menunduk memainkan HP. Neta terlihat sangat gelisah dan berkali kali menggerutu dan hal tersebut membuat cowok itu sejenak berhenti didepan Neta.

“Hei Net….” Sapa cowok itu pada Neta yang sedang memainkan HP nya. Seketika Neta mengangkat mukanya dan menatap cowok itu.

“Eeee Toni yaaa..? Ada apa Ton?” Tanya Neta pada Toni.

Penampilan Toni yang tinggi gagah dan lumayan tampan membuat Neta diam diam mengaguminya. Toni adalah tipikal cowok idaman Neta. Sebenarnya mereka berdua adalah teman satu kelas pada waktu kelas X namun Neta sama sekali belum menaruh kekagumannya pada Toni. Barulah waktu kelas XI Toni masuk sebagai anggota Paskibra, fisiknya menjadi lebih atletis dan nampak macho, itulah yang menjadikan Toni sebagai cowok idaman Neta.

“Kok lo duduk duduk sendirian disini? Engga pulang?” Tanya Toni.

“Umm… ini Ton, gue lagi nungguin papaku… tapi masih nanti jam 5 sore, gila ya gue harus matung 2 jam gini disekolahan…huuuufff..” Neta kembali memasang wajah cemberutnya.

“Lah… lama amat Net nungguinnya , eh btw kok ga minta Cecil nemenin? Biasanya Cecil kan kemana mana sama elo Net?”

“Asal lo tau ya Ton, ini tu gara gara si Cecil… dia tadi cabut jam tambahan buat nemuin Miko, cowoknya yang abis pulang dari Bandung, eee gue deh jadi korban.. biasanya kan gue pulangnya nebeng ama dia…” Neta nyerocos menumpahkan kekesalannya.

Dalam hati Toni sedikit berpikir, “Oooo jadi Cecil cowoknya anak kuliahan… wah ini pasti lagi mesra mesraan nih, pasti mereka lagi ML…” Batin Toni dalam hati, pikiran pikiran mesumnya muncul saat itu juga begitu mendengar Cecil sedang menemui pacarnya, hal ini memang dikarenakan Toni sendiri juga sudah tahu tentang kelakuan Cecil dan ia sendiripun pernah mengalaminya.

“Woiiii… ini patung siapa yang naruh sih ngalang alangin jalan aja!!” Sentak Neta pada Toni yang heran karena Toni malah bengong saat ia ajak bicara.

“Eeeee… sorry Net, sorry… heehee” Jawab Toni terbata bata.

“Mikirin apa sih Ton? Kok malah bengong aja..? diajakin ngobrol juga…hmmm” Tanya Neta dengan nada penasaran. Toni pun memutar otak dan akhirnya ia menjawab kecurigaan Neta.

“Oh, gini Net rumah gue kan jauh dari sekolah, hampir sejam sendiri gue dijalan… makanya sama nyokap gue disuruh nge kos, sekalian biar fokus buat Ujian Nasional…” Jawab Toni dengan yakin. Kemudian Neta langsung menyambar.

“Jadi lo sekarang ngekos Ton?”

“Iya baru hari ini gue tempatin, kemarin gue udah naruh barang gitu deh, tapi belum gue tata masih brantakan, makanya gue mikir gimana coba cara ngerapiinnya…” Jawab Toni dengan mimik muka berpikir, menyembunyikan pikiran mesumnya.

“Wah asik ya ngekos, deket dari sekolah… bebas lagi, coba aja gue dibolehin ngekos ama nyokap…”

“Hahaha…” Toni tertawa, ia senang Neta tak mencurigai pikiran mesumnya.

“Eh, Ton lo kan lagi beres beres kosan lo tuh? nah gue lagi nganggur disini… gimana kalo gue bantu bantu lo aja itung itung nunggu jemputan…??” Sahut Neta yang sepertinya sudah menemukan ide untuk mengusir kegalauan dalam dirinya itu.

“Heh? Emang gapapa Net? Gue sih sebenernya seneng2 aja tapi tar malah jd ngrepotin elo lagi…”

“Gapapa Ton, gue malah seneng kali gajadi matung sendirian disini… gimana? mau ya mau ya??” Neta justru meminta diajak ke kosan Toni untuk menata kamar kosnya.

Dan akhirnya Toni pun setuju, mereka kemudian segera bergegas menuju ke parkiran motor dan Neta pun membonceng motor Toni menuju kosannya. Kosan Toni letaknya ada di belakang sekolah, jaraknya hanya lima menit dengan sekolah mereka. Memang menjelang Ujian Nasional banyak anak anak kelas XII yang memutuskan untuk ngekos dengan alasan rumah jauh, biar bisa fokus ujian, dan lain lain. Namun malah sebenarnya yang terjadi adalah mereka jadi banyak bermain, membolos dan bersenang senang karena merasa bebas dari pengawasan orang tua.

Sesampainya di kosan, Toni memarkirkan motornya dan setelah itu mereka berdua disambut oleh Ibu Kos, seorang janda yang ditinggal mati oleh suaminya umur Ibu Kos sekitar 37 Tahun. Ia sudah 7 tahun ditinggal mati suaminya karena kecelakaan, oleh mertuanya Ibu Kos dianggap sebagai penyebab suaminya kecelakaan, maka dari itu anak semata wayangnya kini diambil alih pengasuhan oleh Neneknya yang merupakan mertua dari Ibu Kos. Untuk mengusir kesepian hari harinya Ibu Kos menjadikan rumahnya sebagai Kos-Kosan dimana sekarang dihuni oleh Toni dan 3 orang disbreak (gadis pabrik) disekitar tempat itu.

Toni merupakan yang termuda dan cowok sendiri diantara para penghuni kos. Selain dengan menjadikan rumahnya sebagai Kosan, Ibu Kos juga aktif kegiatan senam dan gym hal itu ia lakukan sebagai bentuk refreshing dan penghilang stres. Maka tak heran bentuk tubuh Ibu Kos diusianya yang tergolong setengah tua itu masih saja kencang dan berisi. Buah dadanya yang membusung itu sebagai tanda kekencangan dan kekenyalan payudara Ibu Kos. Parasnya yang cantik dan kulitnya yang putih langsat khas Sundanese membuatnya nampak terlihat muda. Apalagi pada waktu itu Ibu Kos hanya mengenakan tanktop hitam dan hot pant sehingga semakin membuatnya jauh dari kata tua.

“Ehhh… dek Toni sudah pulang yaaa… sama siapa ini, eleuh… cantik pisan….” Tanya Ibu Kos pada Toni dan Neta yang baru saja datang. Neta pun sedikit tersipu malu mendengar perkataan Ibu Kos tadi.

“Iya bu, eh ini sama temen aku, dia mau bantuin beres beres kamar sekalian mau ngerjain tugas… boleh kan bu?” Jawab Toni menjelaskan kedatangan Neta di kosannya.

“Oh ya boleeh dong, kan jadi ada yang ngebantuin kamu dek… ngomong ngomong namanya siapa atuh?” Ibu Kos bertanya dengan senyum yang manis.

“Oh iyaaa bu, ini namanya Neta… Neta, ini Ibu Kos aku beliau namanya Bu Ayu..” Toni mencoba saling memperkenalkan mereka berdua dengan sopan.

“Iyaa bu, saya Neta temannya Toni..” Neta kemudian menyalami Ibu Kos dengan senyum yang tak kalah manisnya.

“Halooo… eh btw, kalian ini temenan apa pacaran? Hayooo…” Ibu Kos tersenyum memandangi mereka berdua.

“Ahhhh… Ibu ini apa sih… malah ngeledikin, kita tu temenan ya bu…”

“Temenan apa temenan… hohoho??”

“Ah Ibu ini… udah ah bu, kami masuk dulu ya…” Jawab Toni sekenanya menanggapi Ibu Kos tadi.

Ibu Kos pun langsung berkelakar melihat mereka berdua salah tingkah. Kemudian mereka berdua langsung bergegas menuju kamar Toni yang letaknya dibelakang, bersebelahan dengan 3 buah kamar para disbreak itu. Toni mempersilahkan Neta masuk kedalam kamarnya, sembari meminta maaf karena keadaan kamarnya yang sangat berantakan. Terlihat hanya kasur saja yang tertata rapi ditempatnya, buku buku, pakaian, dan tumpukan kardus masih berserakan dilantai. Neta kemudian masuk dan terkejut melihat keadaan kamar Toni.

“Ya ampuuuun, perasaan kamarmu jauh dari laut deh Ton, kenapa kok kayak habis disapu ombak gini….” Neta terheran heran melihat keadaan kamar Toni yang masih belum tertata dan seperti kapal pecah itu.

“Yeee, namanya juga baru pindahan Net… makanya hari ini misi kita tu menata kapal yang hancur ini biar bisa berlabuh kembali, hohoho…” dengan suara sok berat, Toni menirukan gaya bicara seorang bajak laut dengan menaruh kedua tangannya dipinggang.

Neta pun tertawa, ia langsung menuju ke tumpukan kardus dilantai, ia memeriksanya dan menemukan puluhan buku diktat pelajaran dan LKS kelas XII milik Toni. lalu menatanya di meja belajar dan merapikan seluruh alat tulis yang tadinya berserakan dilantai. Disisi lain, Toni meminta izin ke Neta untuk ganti baju kekamar mandi. Didalam kamar suhunya cukup panas, aktivitas Neta membereskan buku buku Toni membuatnya kegerahan, karena Neta tidak membawa baju ganti jadi ia hanya melepas baju seragam Osisnya dan kini ia hanya memakai dalaman berupa takntop tipis warna putih, nampak dua utas tali BH yang menempel dipunggungnya. Rambut panjangnya yang lurus ia ikat keatas, keringatnya yang menetes membuatnya tampak begitu seksi. Neta sangat detail sekali dalam membereskan kamar Toni, ia mengambil sapu dan menyapu lantainya.

Setelah beberapa saat Toni masuk kedalam kamar dan menyaksikan penampilan Neta yang sedang menyapu lantai. Ia sejenak berpikir, tanpa ia sadari sebelumnya ternyata Neta sangat manis, kulitnya putih bersih buah dadanya tidak terlalu besar namun tampak kencang dan proporsional, apalagi dengan penampilan minimalis seperti itu membuatnya terlihat lebih seksi.

“Wuihh… kok udah beres gini Net? Jadi ga enak gue sama elo… hehehe” Kata Toni pada Neta yang sedang menyapu kolong lemari pakaian. Seketika Neta membalikan badannya kearah Toni yang baru masuk kamar.

“Ehhh… belum seberapa kok Ton, baru meja belajar lo aja yang gue rapiin, itu pakaian sama lain lain dikardus satunya belum diapa apain…” Kata Neta sambil menunjuk kearah pakaian Toni yang berada diatas ranjang kasur dan sebuah kardus berisi jam dinding, senter, dan berbagai barang lain yang Toni bawa dari rumah.

“Ohhh kalo ini mah gue aja yang beresin Net… lo tinggal nyapu aja ya, terus tar lo santai deh… oke?” Neta mengangguk ngangguk saja mendengar perkataan Toni.

Toni langsung menuju keranjang tempat tidurnya, ia mulai melipat lipat pakaiannya sambil duduk. Ditengah tengah melipat pakaian, poosisi Neta tepat membelakangi Toni, ia terlihat sedang membersihkan kotoran yang susah disapu dikolong lemari pakaian. Neta menyapu dengan posisi berdiri menungging, kepalanya ia arahkan kebawah melihat setiap jengkal kotoran dikolong lemari. Karena kotoran yang susah untuk dibersihkan, membuat Neta sedikit kesal dan ia mencoba meraih raih kotoran itu dengan sapunya, sehingga tak ia sadari membuat bokongnya jadi bergoyang goyang kekanan dan kekiri. Hal tersebut seketika membuat mata Toni terbelalak, ia berhenti melipat baju dan tak mau menyia-nyiakan momen indah ini. Bokong Neta terus bergoyang ke kanan dan ke kiri, bokong sekel itu terbungkus oleh rok abu abu panjang dan samar samar terlihat jiplakan celana dalam Neta dari luar. Toni terus menelan ludah, tak ia sangka sekarang dirinya menjadi begitu konak. Penis didalam celana pendeknya menjadi mengeras melihat Neta yang seperti menari erotis itu.

Waktu menunjukkan pukul 16.00 WIB, kondisi kamar Toni sudah beres dan rapi. Meja belajar sudah tertata, pakaian sudah masuk lemari, jam dinding dan peralatan lain sudah berada ditempatnya begitu juga dengan lantai kamar sudah bersih disapu Neta. Mereka berdua tampak sedikit kelelahan namun senang karena kamar Toni sudah tertata rapi. Karena aktivitas yang cukup melelahkan, merekapun menjadi begitu kehausan, maka Toni memutuskan untuk keluar sebentar membeli minum dan camilan disalah satu minimarket dekat Kos.

“Net… gue beliin minum dulu ya, lo tunggu bentar disini…” Kata Toni pada Neta yang sedang duduk dikursi meja belajar dan asyik memainkan Blackberry nya itu.

“Oke Toniii… eh, ini aku boleh mainin laptopmu ga? Iseng2 aja sih…” Pinta Neta sembari menunjuk laptop yang ada di meja belajar Toni.

“Oh boleh dong… santai aja Net bebas kok…” Jawab Toni yang kemudian langsung ngeloyor menuju minimarket.

Neta menghidupkan laptop Toni, ia memeriksa apakah ada game bagus yang dibisa dimainkan. Namun sejenak Neta terlihat penasaran dengan salah satu folder yang ada didesktop, folder itu berjudul “Video Motivasi”. Ia kemudian membuka folder tersebut, dan tak ia sangka sangka folder itu ternyata berisi ratusan Video Porno dengan judul yang beragam. Sontak Neta terkejut dengan penemuannya itu, ia sempat mencoba menghalau pikirannya untuk menonton video itu, namun apa daya rasa penasaran tingkat tingginya membuat ia menutup pintu kamar dan langsung me-double klik salah satu file video berjudul “Japan Amateur Get Cum on Her Pussy”.

Tampak seorang wanita jepang sedang berduaan dengan seorang laki laki didalam kamar. Mereka berbincang bincang dan kemudian lanjut berciuman satu sama lain, tangan laki laki tersebut bergerilya didaerah dada wanita itu dan ia meremas remasnya dari luar baju. Tampak wanita itu mendesah desah keenakan, tak lama baju wanita itu disingkapkan ketas dan ternyata ia tak memakai BH, payudaranya yang besar mencuat dari dalam baju diikiuti oleh puting mancung yang mengeras. Laki laki tersebut langsung meremas remas dan menghisapi toket tersebut, hal ini membuat libido Neta naik drastis, ia terus menelan ludah melihat adegan porno terebut.

Tak lama kemudian Neta meremas remas gundukan payudaranya dari luar tanktop. Ia remas dari kanan kekiri seirama dengan permainan dalam video porno yang ia tonton. Kemudian ia mencoba menggerayangi payudaranya sendiri dari dalam tanktop, ia menyelipkan jarinya kedalam BH dan memilin milin putingnya yang sedari tadi mengeras . Adegan dalam video porno semakin panas, laki laki itu menjilati vagina si wanita, dan menggigiti klitorisnya sehingga membuat wanita itu tampak menikmati. Neta tak mau kalah, ia langsung menggerakkan tangannya masuk kedalam rok, setelah ia singkap rok panjang tersebut kini jari jari Neta sudah leluasa menggosok gosok memeknya dari luar celana dalam, dan terasa celana dalamnya sudah cukup basah. 5 menit berlalu, nafas Neta semakin tersengal sengal birahinya pun semakin meninggi.

Tengah keenakan menggosok memeknya, tanpa Neta sadari Toni sudah berada dibelakangnya. Toni sudah datang, Toni terdiam melihat aksi temannya itu, libidonya yang sempat turun ketika keluar membeli minuman tadi kini menjadi naik 3 kali lipat. Karena letak meja belajar tersebut berada di samping ranjang, Toni langsung menuju ranjangnya tanpa maksud mengagetkan Neta. Ternyata Neta sedari tadi lupa mengunci pintu, pintu tersebut hanya mengenap sedikit sehingga ketika Toni masuk sama sekali tidak terdengar suara pintu terbuka.

Melihat Toni duduk diranjang sebelahnya itu Neta sontak terkejut bukan kepalang, ia lalu menghentikan aktivitasnya dan segera membenahi roknya yang tersingkap keatas tadi. Mukanya memerah ia tak tahu harus berkata apalagi pada Toni yang duduk disebelahnya menatapi wajahnya itu. Dalam keheningan yang sesaat, Toni mulai membuka percakapan diantara mereka berdua.

“Ini Net, gue beliin Cola dingin… diminum yuk… ” Toni terlihat tenang.

Ia membukakan tutup botol Coca Cola dan memberikannya pada Neta. Sembari tertunduk Neta menerima botol yang diberikan Toni, ia merasa malu semalu malunya pada Toni dan ia hanya bisa terdiam menunduk tanpa berani menatap wajah Toni. Neta selama ini dikenal sebagai cewek baik baik, ia memang pernah sesekali digrepe seorang laki laki namun itu juga hanya oleh mantan pacarnya waktu kelas XI lalu, dan itupun Neta tidak mau keterusan sehingga ia memutuskan untuk putus dengan pacarnya tersebut.

Neta meminum botol cola dingin itu perlahan. Melihat Neta sedang menenggak minumannya, Toni justru berjalan menuju kepintu kamar dan menguncinya dari dalam, dan kembali lagi duduk diranjang.

“Sudah Neta… ga usah malu sama aku, tenang aja, sini duduk samping aku…” Kata Toni pada Neta sembari menepuk nepukan tangannya kekasur. Kemudian Neta dengan masih tertunduk mengiyai permintaan Toni tadi.

“Maaf ya Ton, gue udah lancang dikamar lo.. tadi gue ga senga….” Tanpa menyelesaikan ucapannya, mulut Neta sudah di stop oleh jari telunjuk Toni agar berhenti bicara.

“Sssst… Neta… kamu itu kalo dilihat dari dekat gini cantik yaaa… begitu beruntungnya cowok yang bisa macarin kamu…” Kata Toni dengan nada berwibawa dan senyum yang mengembang.

Entah penjelasan apa yang dapat mewakili, tiba tiba saja Neta merasa dibuat melayang oleh ucapan Toni. Memang Neta selama ini mengagumi Toni, dan seketika itupun ia merasa perasaannya kepada Toni seolah telah berubah menjadi lebih besar.

Toni menarik telunjuknya yang menempel di bibir Neta, ia kemudian membelai rambut Neta dengan lembut, Neta yang tertunduk kini berganti menatap wajah Toni, matanya berkaca kaca ia terharu melihat sikap lembut Toni kepadanya.

Toni lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Neta, ia ciumi pipinya yang merona, kemudian sekejap Neta menorehkan wajahnya kearah Toni yang tengah mengecup pipinya. Sehingga bibir mereka berdua saling berhadapan dan menempel. Toni mengecup dengan perlahan bibir Neta, hal ini lah yang membuat Neta melayang dan semakin menaruh perasaannya kepada Toni. Neta pun membalas kecupan bibir Toni, kini bibir mereka saling terbuka dan lidah mereka akhirnya bertemu dan saling melumat satu sama lain.

Nafas Neta semakin berat, tak bisa dipungkiri video porno yang ia tonton tadi masih meninggalkan bekas birahi tinggi pada dirinya. Setelah beberapa saat mereka saling berkulum bibir, kini tangan Toni tak bisa dikendalikan, ia mencoba merabai payudara Neta dari luar tanktop tipisnya. Kini Neta tampak menikmati, tidak ada perlawanan yang ia berikan ia biarkan saja payudara yang selama ini ia lindungi itu digerayangi dengan liarnya oleh Toni.

Toni menyingkapkan tali tanktop Neta kesamping pundaknya dan kemudian menurunkan takntop itu kebawah, sehingga nampak gundukan buah dada Neta yang terbungkus oleh bra putih polos tak bermotif. Toni pun melepas kaos jersey “Liverpool” kebanggaannya dan kini ia sudah bertelanjang dada memamerkan tubuh atletisnya pada Neta.

Sembari menciumi bibir Neta, Toni berusaha melepaskan pengait bra yang menutupi gundukan payudara itu. Bra sudah terlepas, tampak payudara berwarna putih berukuran sedang dengan puting berwarna cokelat muda yang sudah memancung keras dihadapan Toni.

Sejenak Toni memandangi keindahan toket Neta, namun Neta malah menyandarkan kepalanya didada Toni, mungkin karena malu Neta lalu memeluk Toni dan menyembunyikan wajahnya didekapan Toni. Toni hanya tersenyum melihat tingkah Neta, ia lalu membangunkan Neta yang bersandar didekapannya dan menatapi wajahnya. Seketika itu Toni langsung berkata.

“Neta… umm… kamu mau ga jadi pacar aku? aku sayang deh sama kamu…” Kata Toni dengan lirih dan sedikit tersendat. Dengan kedua tangan yang menyilang menutupi buah dadanya, Neta berkata.

“Eeeh? Apa? Nembak nih?” Neta terkejut menjawab pertanyaan, dalam batinnya mengapa semendadak ini. Tapi biarlah, tak ada salahnya juga dan bukankah ini justru menjadi momen yang bagus. Ia berbicara dalam hatinya.

“Hmmm… iya! jadi gimana neng cantik?” Kata Toni yang kemudian mencubit pipi kanan Neta yang menggemaskan itu.

“Eh, malah cubit cubit… genit ah….” Kata Neta dengan nada manja pada Toni yang menurut Toni malah semakin membuatnya tampak manis.

“Oooh… jadi… ga mau nih ceritanya?” Tukas Toni.

“Yeee, siapa bilang ga mau..??” Sahut Neta dengan tersenyum tersipu sipu malu.

Toni pun tersenyum bahagia, dengan cepat ia dekati Neta yang berada dihadapannya lalu ia dorong tubuhnya ke kasur, Neta pun terkejut dan kini ia terbaring diranjang. Toni menindih tubuh Neta yang ada dibawahnya, tangan Neta pun dalam posisi terlentang tak menghalangi kedua payudaranya.

Toni langsung menciumi Neta, ia menciumi setiap sudut yang dilewati bibir dan lidahnya, dan kini lidah Toni sudah sampai di telinga Neta, telinga itupun ia jilati dengan lembut, sehingga membuat Neta menjadi semakin tersengal sengal karena libidonya yang naik secara drastis. Kemudian setelah telinga, Toni menciumi dada Neta, disitu ia kembali memainkan lidahnya dengan pelan hingga sampailah lidah itu ke payudara Neta yang mangkel.

Neta hanya bisa memejamkan matanya erat erat ketika lidah Toni menyapu puting yang mengeras itu, tangan Neta menarik selimut dan mencengkeramnya kuat kuat, jari jemari kakinya mulai menekuk kaku pertanda ia merasakan hasrat bercinta yang muncul dari dalam tubuhnya.

Setelah puas bermain dengan puting, Toni mencoba melucuti rok panjang abu abu milik Neta, kini ia pasrah sepasrahnya pada Toni, ia mulai berpikir kalau Toni adalah orang yang tepat. Setelah ikat pinggang dilepas dan resleting belakang rok terbuka, Toni menarik turun rok tersebut dan tampaklah gundukan vagina yang sudah basah kuyup terlapis celana dalam putih polos itu. Tak lupa ia juga mencopot tanktop Neta yang masih melekat ditubuhnya.

Kemudian tanpa lama lama Toni langsung melorotkan celana dalam itu kebawah dan terpampanglah secara nyata sebuah vagina dengan bulu kemaluan yang jarang dan tipis. Namun yang terjadi Neta justru langsung reflek menutupi vaginanya dengan kedua telapak tangannya dan lantas ia menggeleng gelengkan kepala pertanda ia masih enggan daerah sensitifnya dijamah oleh orang lain.

Toni sedikit terkejut, namun ia tak kehabisan akal begitu saja. Ia bergerak maju kembali menindih tubuh Neta yang sudah benar benar bugil. Dengan pelan ia membisikkan sesuatu ke telinga Neta.

“Sayaaang, gapapa yaa?” Bisik Toni ketelinga Neta dengan pelan.

“Aku takut yang, aku belum pernah…” Neta menggelengkan kepala menjawab bisikan Toni dengan nada sedikit ketakutan karena memang Neta sama sekali belum pernah merasakan vaginanya dijamah oleh orang lain sebelumnya.

Tanpa memberi tanggapan pada ucapan Neta tadi, Toni langsung mengecup bibir Neta dan ia berlanjut mengecup puting Neta yang sedari tadi mengeras. Dasar Toni, ia tak kehabisan akal dalam membuat Neta bertekuk lutu padanya. Ia terus jilati puting Neta dan memberi remasan remasan kecil ke payudaranya. Akan tetapi satu hal yang membuat Neta tidak dapat berbuat apa apa lagi, Toni menciumi dari perut ke pinggang Neta, dimana di area itu Neta menjadi sangat kelonjotan karena sebenarnya pinggang adalah titik paling sensitif yang dimiliki Neta.
Saat Toni menjilati pinggang Neta, kaki Neta tak bisa diam ia terus menendang nendang sprei kasur semakin lama semakin tak beraturan, hingga pada akhirnya Neta membuka kedua telapak tangannya yang sedari tadi menutupi selakangnya itu.

Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, Toni langsung beralih sasaran ke gundukan vagina yang rapat dan berbulu jarang itu, ia elus dengan lembut, ia coba membuka bibir vaginanya dengan kedua jari, hingga jarinya menyentuh satu bagian seukuran kacang di dalam bibir vaginanya itu, seketika Neta langsung melenguh, nafasnya tak terkontrol semakin berat bak seekor kuda yang berlari di padang pacuan. Toni terus memainkan klitoris itu dengan jari jarinya.
Kemudian ia menggosok gosok memek yang basah itu dengan pelan dan akhirnya ia menemukan liang surga milik Neta, setelah beberapa saat menggosok ia amblaskan kedua jarinya kedalam liang itu. Peret sekali lubang ini, pikir Toni.

Bles, seketika Neta melenguh hebat ia tak mampu menahan gejolak yang timbul dari dalam dirinya, matanya tertutup tangannya mencengkeram erat sprei kasur dan ia mencoba menikmati setiap jengkal kobelan dalam memeknya. Rasanya nikmat, sensasi yang belum pernah Neta dapatkan sebelumnya. Badannya mulai menggeliat, seiring dengan dimasukannya dua jari Toni kedalam lubang memek itu. Kedua jarinya mondar mandir di lubang memek Neta, semakin lama semakin cepat.

Toni mulai mendekatkan wajahnya ke memek Neta, ia ciumi aroma khas vagina yang bersih terawat itu, tidak bau, hanya sudah begitu becek. Langsung saja ia jilati selakangan Neta dengan lembut, lidahnya bermain kecil di daerah sela sela paha. Lalu ia cabut kedua jarinya dari dalam lubang memek hingga akhirnya ia pun kini beralih menjilati belahan vagina becek itu dari bawah keatas berulang ulang, cairan yang keluar terasa begitu asin namun tak mengurangi intensitas libido Toni. Ia jilati klitoris Neta disertai dengan gigitan gigitan kecil, hal ini membuat Neta semakin menjadi jadi, hal itu membuat ia semakin kelonjotan menikmati permainan lidah Toni. Tangan Neta pun aktif meremas remas payudara dan putingnya sendiri yang semakin lama semakin mengeras.

Toni kemudian memasukan kembali dua jarinya kedalam lubang memek Neta dan kini ia memberi kobelan dari RPM rendah ke RPM tinggi, sembari mengkobel ia jilati klitoris mungil itu. Semakin cepat Toni mengocok memek Neta, semakin membuat Neta dekat dengan puncak orgasmenya. Hingga akhirnya setelah puluhan kali kocokan, Neta pun melenguh hebat.

“Uuuhhh… sayang… aku keluar… enaaaaak… uuuuhh…!!” Semburan cairan orgasme dari dalam memek Neta terus memancar. Toni pun menghentikan kocokannya ia berikan waktu pada Neta untuk menikmati sisa sisa orgasme perdana dengan seorang laki laki itu.

Lalu Toni beranjak mendekati wajah Neta, ia cium keningnya. Neta merasa dirinya diperlakukan dengan sangat baik sekali, betapa gentlemannya Toni pikir Neta. Ia sambut ciuman dikening itu dengan mengecup bibir Toni, hingga bibir mereka saling beradu untuk sesaat. Karena ulah Toni pada dirinya tadi, kini Neta pun berubah menjadi lebih agresif. Ia dorong kebelakang tubuh Toni hingga terlentang dikasur. Dalam hatinya Toni berpikir, bakalan seru nih.

Kini posisi mereka berbalik, Toni sekarang berada dibawah dan Neta menindihnya dari atas, Neta menciumi telinga Toni, dan Toni pun mencoba menikmati sensasi yang ia dapatkan dari pacar barunya itu. Setelah itu Neta melihat kearah dada yang bidang milik Toni, tampak dada yang lebar dan lekukan lekukan perut sixpack, sesuatu yang begitu diidamkan oleh Neta.
Neta kemudian mengusap usap puting Toni yang juga mengeras, pelan dia usap dan kini ia menjilatinya dari kiri kekanan, hal itu membuat Toni semakin bergairah. Tangan Toni membelai belai rambut Neta yang sedang menjilati putingnya itu. Neta kini berlanjut memberikan jilatannya kearah bawah, ia berhenti di pusar Toni disitu ia memainkan lidahnya sejenak, tampak Toni merasa kegelian dibuatnya.

Seperti tanpa komando apapun, Neta yang sedari tadi malu malu dan ketakutan, kini justru menarik kolor pendek milik Toni kebawah, ia mencoba melepasnya. Ia pun sedikit terkejut melihat penis tegang Toni yang tidak terbungkus celana dalam sama sekali.

Waktu bersantai dirumah, Toni memang tidak pernah mengenakan celana dalam, ia begitu karena menurutnya tanpa celana dalam penisnya akan semakin bebas bergerak, dan membuatnya semakin bertambah besar. Penis itu mengeras dan berayun keatas dan kebawah sesaat setelah dibebaskan dari sebuah penjara kolor.
Neta terdiam ia memandangi sebuah organ tubuh manusia yang baru pertama kali ia lihat secara langsung dengan kedua matanya, sungguh pengalaman pertama. Toni pun mengayun ayunkan penisnya yang tegang sebagai isyarat agar Neta menjamahinya.

“Ihhhh sayang… ternyata gini ya bentuk aslinya, lucu… hihihi…” Neta cekikikan, ia lalu perlahan menggenggam penis yang berayun ayun itu.

Ia genggam dengan lembut, kemudian ia urut perlahan. Neta mencoba mengingat ingat adegan hand job yang pernah ia tonton sebelumnya dalam video porno. Penis Toni cukup panjang,
didalam genggaman tangan Neta, penis itu masih menyisakan beberapa centi batang sebelum palkon. Palkonnya besar menggambarkan sekali tubuh Toni yang atletis. Ia kocok keatas dan kebawah dengan agak cepat, Toni pun memperingatkan Neta untuk mengocoknya pelan dan kemudian Neta pun menurutinya dan ini merupakan pertama kalinya Neta melakukan hand job.
Setelah beberapa saat dikocok, Toni pun meminta Neta untuk mengemutnya.

“Ga mau yaaang… jorok ih…” Neta menggelengkan kepala menjawab permintaan Toni untuk mengemut penisnya itu. Namun tetap seperti biasa, Toni tak mau menyerah.

“Jorok gimana sih yang?? orang aku rajin bersihin titit kok… ayolah coba dulu dijilat, kalo ga suka tar gausah diemut aja gapapa…” Jawab Toni, dengan segala bujuk rayu yang ia punya.

Netapun mengangguk, dalam pikirnya kalo saja ia tidak merasa nyaman menjilati penis Toni, ia bisa langsung berhenti tanpa harus melukai perasaannya. Wajahnya ia dekatkan ke penis Toni, dengan pelan ia mengeluarkan lidahnya lalu mencicip rasa dari palkon itu. Toni merasa sedikit kegelian, seperti ada aliran listrik yang mengelilingi daerah sensitifnya. Tidak ada yang aneh dengan rasa, begitu pula dengan aromanya. Ia jilati beberapa kali, makin lama makin merasa nyaman dan kemudian dengan tangan yang menggengam batang penis, Neta melahap palkon Toni dan menyelimutinya dengan mulut. Didalam mulutnya, Neta memainkan lidahnya mengusapi palkon itu, Toni semakin merasa tidak karuan. Setelah beberapa saat dalam posisi itu, Neta melepaskan genggamannya dari penis Toni. kini mulutnya semakin bebas memasukan kontol Toni kedalam, ia lahap penis itu hingga mentok dimulutnya, ia tarik kembali mulutnya, ia masukan lagi penisnya dan kini pun Neta langsung hisap penis Toni layaknya menghisap minuman dengan sedotan, pipinya mengempot seiring dengan sedotan mulutnya pada penis Toni.
Setelah beberapa saat Toni merasakan blow job dari pacarnya itu, kini ia meminta Neta untuk merubah posisi ke posisi 69. Neta pernah menonton adegan itu di video porno, ia juga diberi banyak pengetahuan pengetahuan sex oleh sahabatnya sendiri, yaitu Cecil.

Neta cukup penasaran untuk mencoba bagaimana rasanya posisi 69. Akhirnya ia pun menuruti perintah Toni yang sedari tadi berbaring diranjang. Ia bangkit, lalu memutar badannya sehingga kini posisi wajah Neta menghadap penis Toni, dan memeknya tepat menghadap wajah Toni yang ia tindih. Toni meremas bokong Neta, sesekali ia tampar karena gemas melihat kekenyalan bokong pacarnya itu. Sembari meremas bokong Neta, lidahnya kini aktif kembali menggeluti vagina becek itu. Ia terus menjilatinya dan menggigit gigit kecil klitoris yang bersembunyi dibalik bibir vagina itu.

Nafas Neta semakin tak karuan, ia mendesis desis merasakan libidonya kini naik kembali pasca orgasme yang dahsyat. Ia tak mau kalah dengan Toni, segera penis itu ia lumat dengan lahapnya. Ia sedot sedot dengan kuat, hingga Toni merasakan nyut nyutan yang luar biasa.

Diposisi sebaliknya, Toni menghentikan jilatnya dan kini ia berganti mengkorek kembali vagina yang merah merona itu, jari tengahnya ia masukan ia korek hingga mentok dan menarik ulur jarinya itu. Hal tersebut membuat birahi Neta semakin menguat, ia tak kuasa menahan kenikmatan yang ia rasakan pada saat itu. Korekan jari Toni kedalam liang vaginanya membuat ia tak karuan dan kinipun ia sudah dekat dengan puncak orgasmenya yang kedua.

“Uuuh.. aaah… uuuh… akuuuu keluaaar… lagi… yaaaaang…” Desah Neta yang kini merasakan cairan dalam memeknya menyembur keluar dengan deras. Tubuh Neta mengejang, ia menggelinjang dengan hebat. Ia pun lemas terkapar dalam posisi tangan menggenggam penis Toni.

Kini Toni menyuruh neta untuk turun dari atas badannya, ia baringkan tubuh Neta yang lemas itu, ia mengganjal kepalanya dengan bantal.
Kini Toni bersimpuh diatas tubuh Neta dalam posisi men on top. Kedua tangannya meremas remas payudara Neta dengan lembut. Ia pun mendekatkan penisnya yang sedari tegang itu kesela sela dua buah payudara yang ia remasi.

“Jepit yang….” Perintah Toni.

Dengan anggukan kepala, Neta terima instruksi tersebut. Kini kedua tangannya menakup erat kedua payudaranya, Neta menyambut datangnya penis Toni yang hendak menelusup masuk kesela sela bongkahan buah dada kenyal itu.

Seketika itu penis tegang Toni mendarat disela sela payudara Neta, tak kalah responsif Neta pun semakin mengencangkan jepitan payudaranya memberi himpitan kuat pada penis yang terus menggesek kedua sela gunung kembar tersebut.

Toni terus memaju mundurkan pinggulnya, ia bergoyang diatas tubuh Neta sembari menggesek gesek senjata andalannya. Semakin lama jepitan Neta semakin kencang, hal ini membuat Toni kehilangan kendali pada penisnya. Sehingga penisnya pun sempat beberapa kali mencuat dari sela sela jepitan. Namun segera ia kembalikan lagi pada posisi semula. Merasa lahar spermanya sudah semakin mendekati puncak, Toni segera mencabut penisnya yang sedari tadi dijepit payudara Neta.

Masih dalam posisi berdiri diatas lutut, Toni meminta Neta untuk mengulum penisnya sekali lagi. Langsung saja, mulut mungil daun muda itu melahap dengan mantap penis sang kekasih. Ia mainkan lidahnya, ia sapu palkon Toni, bak sedang meminum dengan sedotan ia terus menedot kencang penis itu. Semakin mahir Neta beraksi dalam gaya sepongan.

Tak lama, Toni merasa sudah saatnya sperma kentalnya ia muntahkan dari dalam penis. Dan akhirnya.

“Aaaaahhhhh…. Aku keluaaaar…. yaaaang!!!” Toni berseru dengan lirih.

Matanya terpejam ia merasakan badannya menggelinjang tak beraturan, sperma kental menyembur keluar dari dalam palkon membasahi mulut Neta yang masih menahan penis itu. Tampak rona terkejut dalam wajah Neta, tak ia sangka akan menerima muntahan sperma yang begitu banyaknya didalam mulut.

“Aduuuh… maaf ya sayang… kelepasan tadi…hehehe”

“hmmmm….” Sembari menengadahkan mulut Neta sedikit menggeruti tingkah pacarnya itu.

Tak lama Toni mencabut penis itu dari mulut Neta, dan Neta pun masih tetap menengadah menahan banyaknya sperma yang berada didalam mulutnya. Sungguh luar biasa sensasi yang mereka dapatkan di kamar Kos baru Toni itu.

Segera Toni mengambil tisu basah dari dalam laci, ia membersihkan sperma yang membanjiri mulut Neta. Merekapun terbaring bersamaan terkulai di atas ranjang, sesaat mereka menghadap kelangit langit menikmati sensasi yang sangat luar biasa yang muncul karena benih benih cinta diantara mereka berdua.

Toni memeluknya dari samping, dan Neta menoleh kewajah Toni mereka berciuman untuk beberapa saat. Romantisme asmara kedua ABG itu sangat kuat terasakan.

Tak terasa waktu menunjukan pukul 17.10 WIB, dering Blackberry Neta berbunyi dengan kencang, terlihat tulisan “Incoming Call From Papa” ia bergegas bangun dari ranjang dan menjawab telpon itu, ternyata ayahnya sudah menunggu di depan gerbang sekolah. Kemudian mereka berdua segera berberes diri mengenakan pakaian masing masing. Dengan Ninja 250R merah maroon Toni segera mengantarkan kekasih barunya menemui sang ayah.