Sentuhan Lembutku: Cerita Tidur dengan Adik Kandungku

Pada saat itu, saya menempati ruangan tidur yang sama dengan adikku, Airin. Hanya saja menempati ranjang yang berbeda, namun jaraknya hanya sekitar 1,5 meter. Suatu malam sekitar pukul 01.00, saya terbangun sementara tampaknya semua orang di rumah ini sudah tertidur.

Aku lihat Airin juga tertidur pulas. Selimutnya tersingkap sebagian pada bagian p*ha. Sementara kedua kakinya membentang, sehingga cel*na d*lamnya terlihat. Hal ini membuat saya menjadi bern*fsu, apalagi jika mengingat cerita tentang hubungan s*ks kakak-beradik.

Perlahan saya turun dari tempat tidur, dan mendekati ranjang Airin. Saya ingin memastikan bahwa ia tertidur pulas, dengan menggelitik telapak kakinya. Dan ternyata ia tertidur pulas. Tak tahan lagi, saya sentuhkan jari-jari saya ke c* Airin yang menutupi v*ginanya.

Semakin lama sentuhan yang saya berikan semakin keras menekan, dan Airin tetap tertidur.Merasa kurang puas, saya mencoba menyentuh langsung v*gina Airin dengan memasukkan tangan saya ke dalam c*-nya melalaui bagian perut. Tangan saya bergetar cukup keras.Saya tidak perduli, dan akhirnya saya dapat menggapai v*gina Airin secara langsung.

Saya remas-remas. Dan jari-jari saya merasakan celah. Setelah beberapa saat, merasa kurang puas, saya keluarkan tangan saya dan bermaksud membuka c* yang dikenakan Airin. Dengan kedua tangan, perlahan saya turunkan c*-nya.

Ketika sebagian v*gina mulai terlihat, usaha untuk menurunkan lebih jauh agak sulit.Dengan usaha lebih tekun akhirnya, saya berhasil menurunkan c* Airin sampai seluruh bagian v*gina terlihat.Tak tahan lagi, saya c*umi v*gina Airin.

Kemudian saya mencoba mencari lubang yang sering saya dengar, tempat melakukan hubungan s*ks. Saya pikir ada di bagian depan, ternyata pikiran saya selama ini salah. ternyata posisi yang sebenarnya ada di bagian bawah.

Kembali saya ciumi dan j*lati v*gina Airin sampai pada bagian lubang. Saya sudah benar-benar tidak tahan lagi. Saya lepaskan celana saya, dan perlahan naik ke ranjang Airin. Sementara tangan kanan menahan tubuh, tangan kiri mengarahkan pen*s ke lubang v*gina. Tampaknya tidak mungkin.

Saya mencoba memasukkan dari depan, padahal lubang ada di bawah. Sementara saya berusaha, tiba-tiba tubuh Airin bergerak. Karena takut ketahuan, saya cepat-cepat bangun dan merapihkan kembali c* Airin. Mengenakan celana saya dan kembali ke ranjang. Dan kembali tidur.
Pengalaman pada malam tersebut, terkenang selalu. Bahkan pada saat belajar di sekolah. Membuat saya selalu menunggu datangnya malam, saat dimana semua orang tertidur. Selama beberapa malam saya melakukan usaha serupa, tapi selalu gagal ketika takut Airin terbangun.

Sampai suatu malam ketika saya benar-benar sangat bern*fsu. Saya sudah melepaskan c” Airin dan saya sudah tidak mengenakan celana dan baju. Benar-benar bugil. Saya sudah bulatkan tekad untuk melakukannya malam ini.

Perlahan saya menaiki ranjang Airin. Kedua kaki Airin, saya rentangkan lebar-lebar. Saya ciumi v*gina Airin sepuas hati. Ketika bosan, saya mulai arahkan pen*s saya ke v*gina Airin. Ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Sulit sekali mengarahkan pen*s ke v*gina.

Ketika pen*s saya mulai memasuki v*gina, saya semakin ter*ngs*ng. Apapun yang terjadi saya harus berhasil malam ini. Saya dorong pen*s saya semakin memasuki v*gina Airin. Pada suatu saat terasa agak sulit, namun saya terus memaksa.

Sampai seluruh pen*s saya masuk ke dalam v*gina Airin.Semua usaha saya tersebut, membuat Airin terbangun. Mungkin saya pikir membuat rasa sakit pada Airin. Ia bingung dengan apa yang terjadi. Ia merintih dan mulai memprotes apa yang saya lakukan.

Namun saya berkata kepada Airin, ‘Sst…, jangan berisik dan dimarahin mami. Kalo malam-malam berisik nanti dijewer lho’. Mendengar komentar saya tersebut, ternyata Airin langsung diam – hanya kadang-kadang merintih menahan sakit.

Saya terus menggoyang pinggan saya, mendorong pen*s masuk dan keluar dari v*gina Airin. Karena baru pertama kali, permainan saya hanya berlangsung tidak sampai 2 menit. Saya istirahat sebentar. Dan Airin pun karena lelah, juga kembali tertidur.

Setelah beberapa saat, pen*s saya mulai bangkit lagi. Kembali aku peluk Airin, dan aku arahkan pen*s saya ke v*gina Airin. Kembali v*gina Airin digesek oleh pen*s saya. Untuk permainan kedua, saya bisa bertahan sampai 3 menit – sampai akhirnya saya kelelahan lagi.

Malam itu saya melakukan sampai 3 kali. Setelah itu saya rapihkan pakaian Airin dan juga pakaian saya. Dan kembali tidur di ranjang masing-masing. Sejak malam itu, hampir setiap malam saya melakukan hubungan s*ks dengan Airin.

Pada awalnya Airin hanya menerima apa yang saya lakukan, tetapi setelah setahun tampaknya Airin mulai menyukainya. Karena ketika saya tertidur, Airin datang ke ranjang saya dan memegang pen*s saya. Selama 4 tahun, saya menyet*buhi Airin dengan leluasa.

Tapi ketika ia menginjak 11 tahun, saya tidak bisa leluasa seperti dulu, karena salah-salah bisa saja dapat mengakibatkan Airin hamil.Ketika saya berumur 12 tahun (Airin 9 tahun), kami sering mencari kesempatan selain pada malam hari.

Ketika hari libur, dimana papi ke kantor dan mami ke pasar. Tapi yang paling kami sukai ketika hari libur, papi dan mami pergi mengunjungi saudara atau ada undangan. Karena bisa seharian kami memuaskan diri melakukan hubungan s*ks.

Bahkan seharian itu, kami sama-sama tidak mengenakan pakaian.Ketika leluasa, kami melakukan s*ks di kamar kami (tapi sejak saya umur 12 tahun, kamar kami terpisah), kamar mami-papi, di ruang tamu, ruang keluarga atau bahkan di kebun belakang yang tertutup.

Mungkin yang paling mengga*rahkan adalah ketika kami berc*nta di kebun belakang. Di atas rumput jepang yang hijau rapih. Dengan atap langit, ditiup angin alami. Bahkan kami pernah melakukannya di saat hujan deras.

Sampai saat ini kami tetap melakukannya secara kontinyu. Walau kami masing-masing mempunyai pacar, tetapi hubungan kami tetap berlangsung. Jika di rumah tidak ada kesempatan kami biasanya melakukannya di sebuah hotel.

Rupanya hubungan antara saya dan Airin, ada orang lain yang mengetahui, yaitu Lolly, salah seorang adik saya. Pada saat itu saya berumur 24 tahun, Airin 21 tahun dan Lolly 19 tahun.Kejadiannya ketika saat kedua orang tua kami mengunjungi saudara di luar kota selama 3 hari.

Di rumah saya dan kedua adik saya. Seperti biasa setiap ada kesempatan saya dan Airin mempunyai keinginan untuk berc*nta. Saat itu Lolly hari Sabtu pukul 7.30 dan Lolly masih tertidur. Saya dan Airin saling berpelukan di ruang keluarga.

Saya c*umi pay*daranya, perut dan lehernya secara begantian. Sementara itu tangan saya melakukan gerilya di balik c* yang dikenakan Airin, menelusuri gunung dan lembah di balik c*.Setelah beberapa lama melakukan pemanasan, saya mulai melepas daster dan c* yang dikenakan Airin.

Ia terlentang dalam posisi tanpa b*sana. Sementara saya membuka seluruh pakaian saya, Airin merentangkan kakinya lebar-lebar dan menggosok-gosok v*ginanya dengan tangannya. Saya segera peluk Airin dengan penuh n*fsu, kami saling berpeluk erat dan mer*ba.

Pen*s, saya gesek-gesekan pada bagian luar v*gina Airin. D*d* saya menekan keras pada pay*dara. Bibir kami saling memagut, dan l*dah kami saling merasakan.Ketika cukup lelah kami bergulat, saya mulai arahkan pen*s saya yang berukuran 15 cm dan diameter 1,25 inch.

Perlahan memasuki liang v*gina Airin. Tiba-tiba saja kaki Airin melingkar dan menekan di pinggang saya. Dimulai dengan perlahan, saya menggerakan pen*s masuk dan keluar. Bunyi becek yang kami hasilkan membuat saya menjadi lebih bern*fsu.

Saya lebih percepat lagi gerakan masuk dan keluar. Hal ini membuat Airin tambah bern*fsu juga, sehingga ia mend*sah dengan suara yang tidak bisa dibilang kecil. Kami saling berpelukan, kedua tangan kami masing-masing saling melingkar, menekan punggung.

Kaki Airin melingkar di pinggang saya. Sementara saya mengambil posisi bertumpu pada lutut yang menekuk. Setiap hentakan pinggul saya mendorong, selain menghasilkan bunyi becek juga menghasilnya bunyi hentakan karena p*ha saya dan b*kong Airin beradu.

Namun saya berusaha menahan n*fsu, karena saya tidak ingin org*sme lebih dulu sebelum Airin. Saya coba konsentrasi. Sementara bunyi d*sahan dan erangan Airin sudah mulai bermacam dan semakin keras. Ketika saya harus berkonsentrasi dan Airin sudah hampir mencapai org*sme, saya menyadari ternyata dua meter dari posisi saya dan Airin telah berdiri Lolly.

Tentu ia tahu apa yang sedang kami lakukan. Tentu saja, saya kaget dan membuat konsentrasi saya pecah. pen*s saya melemah, dan membuat gerakan masuk dan keluar terganggu. Hal ini membuat tanda tanya bagi Airin yang sudah hampir mencapai org*sme.

Airin memperhatikan pandangan saya, dan ia baru menyadari bahwa ada yang memperhatikan aktifitas kami. Namun karena Airin sedang pada puncak n*fsunya, ia hanya berkata, ‘Biarin aja, ayo dong terusin. Ngga tahan nih’, sambil berusaha membangunkan kembali pen*s saya.

Mendengar ucapan Airin, membuat saya kembali konsentrasi dan membangunkan kembali pen*s. Aktifitas kembali normal, saya terus menggoyang Airin. Ketika Airin benar-benar hapir org*sme, tiba-tiba saja ia mendorong tubuh saya sehingga saya terduduk.

Sementara pen*s saya tetap di dalam v*gina Airin, ia juga mengambil posisi duduk dan tetap memeluk saya. Seperti kegilaan, Airin mengangkat dan menjatuhkan tubuhnya di atas pen*s saya. Setelah beberapa detik, saya merasakan sesuatu yang panas mengalir menyelimuti pen*s saya.
Rupanya Airin sudah org*sme. Saya baringkan kembali tubuh Airin, dan saya guncang tubuhnya lebih keras. Tubuhnya bergetar hebat karena hentakan yang saya berikan. Setelah satu menit, saya mulai merasa akan keluar. Saya benamkan pen*s saya dalam-dalam ke v*gina Airin.

‘Mmmm …’, suara Airin bersamaan dengan saat sp*rma saya membanjiri v*ginanya. Saya tidak khawatir, karena Airin sudah minum pil. Kami berpelukan beberapa saat.Ketika permainan selesai, ternyata Lolly masih tetap di tempat pada saat saya melihat dia. Ia masih memandangi kami.
Ketika Airin melihat dan menyapanya, tiba-tiba saja Lolly lari ke kamarnya.Aku dan Airin membawa pakaian kami masing-masing dan menuju kamar mandi untuk bersih-bersih. Di kamar mandi pun, kami masih sempat saling memberi sentuhan.

Selesai mandi, Airin masuk ke kamarnya dan saya masuk ke kamar saya.Baru beberapa saat tiduran di kamar, saya merasa ada seseorang yang membangunkan saya. Ketika saya lihat ternyata Lolly. Ia bertanya, ‘Kak Pendy, kenapa sih koq dengan Kak Airin ?.

Saya sebenarnya tahu persis apa yang dimaksud. Untuk memastikan saya bertanya, ‘Apa maksud Lolly ?’. ‘Kenapa koq Kak Pendy melakukan hubungan s*ks dengan Kak Airin. Dia kan adik kandung sendiri. Koq tega sih.’, Lolly menjawab.

Saya agak bingung untuk menjawab apa. ‘Mel, Kak Pendy sayang ke Kak Airin dan begitu sebaliknya. Karena itu Kak Pendy dan Airin melakukan hal itu. Karena sama-sama suka. Kalo Kak Airin ngga suka mana mungkin lah bakal terjadi kaya tadi. Iya kan.’.

‘Tapi kan … tapi kan …’, Lolly terdiam.‘Mel, Lolly ngga mau kan ada keributan di rumah. Jangan bilang mami papi ya. Pendy yakin, Lolly mengerti apa yang dilakukan Pendy dengan Kak Airin. Dan itu sudah berlangsung lebih dari 12 tahun.’, saya mencoba menenangkan suasana.

‘Apa, 12 tahun ?’, Lolly tampak kaget dengan penjelasan saya. ‘Jadi Kak Pendy sudah melakukannya sejak kecil. Dan papi-mami ngga tahu.’, enath mengapa hal ini membuat tampang Lolly seperti orang bingung.‘Kalo boleh Mel tahu, berc*nta itu rasanya kaya apa sih ? Katanya kalo gituan yang untung cuma cowok. Tapi koq banyak cewek yang suka juga.’,

Tiba-tiba saja Lolly menanyakan suatu yang membuat saya cukup kaget.Di sisi lain, entah mengapa tiba-tiba saja pertanyaan tersebut membuat pen*s saya mengeras. Dari segi pisik, Lolly memang lebih menggairahkan dibandingkan Airin.

Lolly pada usia 19 tahun memiliki tinggi 164 cm dengan pay*dara yang menantang dan tubuh yang padat berisi. Ditambah pertanyaan ‘Bagaimana rasanya’, membuat saya berkeinginan berc*nta dengan Lolly. ‘Susah untuk diceritakan, bagaimana kalo langsung dicoba ?, saya memberanikan diri untuk menyatakan langsung.

Lolly hanya terdiam dan hanya tersenyum.Entah apa yang terjadi dengan saya, langsung Lolly saya peluk. Saya berikan c*uman di leher dengan penuh n*fsu. Walaupun saya agak canggung begitu pula dengan Lolly, tapi karena n*fsu membuat segalanya berjalan lancar.

Saya r*ba seluruh bagian tubuh yang sensitif. Saat itu saya tidak ingin berlama-lama. Segera saya buka seluruh pakaian yang dikenakan Lolly. Ia malu-malu menutup pay*daranya dengan kedua tangan dan menyilangkan kakinya untuk menutup v*ginanya.

Ternyata Lolly benar-benar mengga*rahkan dalam posisi tanpa b*sana. Saya pun melepas seluruh pakaian saya.Saya dekati Lolly, saya usap keningnya, dan tangan saya turun perlahan ke tangannya. Saya genggam tanggannya, berusaha melepaskan tanggannya yang menutupi pay*daranya.

Walau pada awalnya melawan, namun akhirnya melepaskan juga. Saya c*umi pay*daranya yang kanan, sementara yang kiri saya remas-remas. Saya nikmati pay*daranya dari dasar bukit sampai ke puncaknya. Saya setengah duduk pada perut Lolly.

Dengan kedua tangan saya meremas pay*dara kanan dan kirinya.‘Hmm, Kak Pendy sakit ih.’, Lolly berkomentar.‘Kalo gitu berhenti ya ?’, saya tahu walaupun merasakan sedikit sakit Lolly juga bisa menikmatinya. ‘Jangan… jangan dong …’, tiba-tiba saja Lolly setengah berteriak.

Dan saat ia sadar dengan teriakannya mukanya memerah.Saya teruskan menikmati tubuh Lolly. L*dah saya bergerak dari celah antara kedua pay*dara turun menjelajah perut. Dan turun lagi mengarungi hutan yang menutupi v*gina Lolly.

Saya ciumi rambut yang menutupi v*ginanya, sambil sesekali saya tarik dengan bibir dan l*dah saya. Tanpa sadar, Lolly melemaskan kedua kakinya membuat saya dengan mudah merentangkan kakinya lebar-lebar. Saya segera mengambil posisi di antara kedua kakinya.

Kedua tangan saya mencoba membuka celah v*gina Lolly sampai lubang v*ginanya terlihat. Segera saya c*um dan j*lati v*gina Lolly dengan penuh n*fsu. Sesekali saya menggigit bagian luar v*gina Lolly. Saya tahu ini membuat Lolly kegelian sehingga sesekali mendorong kepala saya.

Setelah l*dah saya pusar bermain, pen*s saya sudah tidak sabar. Saya ambil posisi duduk dengan kedua kaki saya direntangkan. Dan kedua kaki Lolly saya letakkan di atas p*ha saya. pen*s saya sudah di mulut v*gina Lolly.

Untuk menenangkan, saya mengatakan, ‘Mel, untuk pertama mungkin sakit tetapi sesudahnya ngga koq. Tahan ya ?’, dan Lolly hanya terdiam.Kepala pen*s saya masukkan, perlahan namun pasti pen*s saya bergerak masuk. Sampi saat saya merasa ada yang menahan untuk maju lebih jauh.

Saya tahu pasti itu selaput dara Lolly. Tentu ia masih perawan. Waktu pertama dengan Airin mungkin saya tidak mengerti, tapi pengalaman dengan pacar saya membuat saya tahu. Saya terus mendorong secara perlahan. Rasa sakit mulai mengganggu Lolly, sesekali ia menggangkat tubuhnya dengan punggungnya.

Tapi suatu kali karena sakit, ia menggerakan tubuhnya cukup keras. Hal ini membuat pinggulnya mendorong ke arah pen*s saya. Dan … selaput dara Lolly telah saya tembus. Ia merasakan sakit. Untuk sementara, saya diamkan sampai Lolly tenang.

Ketika ia sudah tenang, saya masukan pen*s saya lebih jauh lagi. Sampai akhirnya seluruhnya masuk. Perlahan saya tari keluar dan dorong lagi ke dalam. Kalau saya perhatikan, setiap pen*s saya masuk dan keluar, ada bagian vagian Lolly yang terdorong dan keluar.

Itu karena v*gina Lolly masih sangat sempit. Sungguh sangat erotis melihatnya. Saya lihat Lolly menyukainya, walaupun masih terlihat ekspresi rasa sakit di wajahnya.Sambil menggerakan pen*s saya keluar masuk v*gina Lolly, saya lumat pay*daranya.

Gerakan saya semakin bersemangat. Dorongan dan tarikan saya semakin cepat, mungkin karena sempitnya v*gina Lolly membuat saya lebih cepat org*sme. Tapi saya tidak berani menyebarkan sp*rma saya di dalam vagian Lolly seperti saya lakukan pada Airin.

Ketika hampir saatnya, saya segera cabut dan saya gosok-gosokan pada bagian luar v*ginanya sampai akhirnya meluap dan membanjiri permukaan v*gina dan rambut-rambutnya. Saya sadar bahwa Lolly belum merasa puas, segera saya masukan jari tengah saya ke dalam v*ginanya.

Saya gosok-gosokan sambil kepala saya rebahan di pay*daranya. Setelah dua menit tubuh Lolly seperti mengejang. Ia seperti meledak-ledak dan ia terdiam melepaskan kekejangan di ototnya.Jari saya benar-benar basah dibanjiri cairan dari dalam v*ginanya.

Saya oleskan ke pen*s saya, ke pangkalnya ke kepalanya dan lubang pen*s saya. Hal ini membangkitkan kembali pen*s saya. Saya berniat memasukkan kembali pen*s saya ke v*gina Lolly.Tiba-tiba saya dengar suara Airin, ‘Ehh jangan, kamu kan ngga tahu jadwalnya Lolly. Nanti bahaya’.

Setelah itu ia melepaskan seluruh pakaiannya dan menyiapkan tubuhnya untuk saya. Sekali lagi saya berc*nta dengan Airin. Kali ini pertempuran berlangsung benar-benar lama. Setelah sama-sama sampai pada puncaknya saya terjatuh dan terlelap di atas tubuh Airin, sementara pen*s saya masih di dalam v*ginanya.

Saat saya sadar, ternyata Lolly juga tertidur di samping saya dan Airin. Sore itu aktifitas kami hanya berc*nta, mandi, makan dan berc*nta. Hari itu saya berc*nta dengan Airin sebanyak 3 kali dan dengan Lolly 4 kali.

Sampai pukul 23.00, dan terbangun pada hari Minggu pukul 9.30.Sejak saat itu, selain dengan Airin saya juga berc*nta dengan Lolly. Keduanya adik kandung saya. Kami saling menyayangi. Kami masing-masing mempunyai kehidupan di luar rumah, seperti adanya yang lain.

Tapi juga punya kehidupan di dalam rumah yang tersendiri.Jadi pada saat ini saya, mempunyai aktifitas s*ks dengan tiga orang, yaitu Airin, Lolly dan pacar saya.Lolly mempunyai seorang teman akrab, teman sekolah. Namanya Lili, orangnya cantik, s*xy dan mengga*rahkan.

Mereka saling bercerita tentang rahasia mereka masing-masing. Hanya antara mereka. Suatu ketika, saat saya sedang bercinta dengan Lolly, ia menceritakan bahwa ia telah menceritakan aktifitas s*ks antara say dan Lolly atau Airin kepada Lili.

Tapi ia menjamin bahwa, Lili akan menyimpan rahasia.Selain itu pada saat yang bersamaan, Lolly juga mengatakan bahwa Lili punya rahasia. Yaitu Lili sering diminta ayahnya untuk melakukan hubugan s*ks. Cerita itu membuat saya semakin bern*fsu menyetubuhi Lolly. Dan Lolly tampaknya tahu hal tersebut.