Cinta Lama: Kedatangan Sepupu yang Haus Sentuhan

Ini adalah kisahku sebenarnya. Dalam cerita ini aku buat nama-nama tokoh kisah ini dengan nama yang berbeda, karena aku takut orang yang bersangkutan dengan cerita ini mengetahui, makanya aku buat demikian.

Kisah ini adalah pengalamanku sebenarnya yang terjadi sekitar bulan januari 2023 dimana namaku (tokoh) dan tempat kejadiannya kurubah. Jika ada di antara pembaca merasa terbawa dalam kisahku ini aku mohon maaf kepada saudara/i.

Sebelumnya aku perkenalkan diriku dulu. Namaku Sultan, wajahku lumayan lah. Kata teman-temanku, aku tampan. Itu kata mereka, kalau menurutku, aku biasa-biasa saja. Aku anak dari seorang pejabat. Papaku bekerja di suatu kantor pemerintahan, waktu itu ayah menjabat sebagai wakil walikota.

Awal kisah ini terjadi sekitar awal Januari, dimana waktu itu aku sedang sendiri di rumah, sedang nonton TV tiba-tiba aku di kejutkan oleh suara bel berbunyi. Kringg.. kring.. suara bel berbunyi itu membuat aku terkejut.

Kemudian aku membuka pintu, aku melihat seorang gadis berdiri menggunakan baju kaos berwarna putih dan rok mini berwarna hijau sampai ke lutut, wajahnya cantik dan sedap dipandang mata. Aku bertanya,

Cari siapa dik..?
Dia balas dengan bertanya, Benarkah ini rumah paman Kakambo..?
Aku terkejut, karena nama yang dia sebutkan adalah nama papaku. Kemudian aku bertanya lagi.

Adik ini siapa?
Dia hanya tersenyum. Senyumannya manis sekali, lalu aku jawab,
Benar, ini rumah paman Kakambo, sambungku lagi.
Dan sekali lagi dia tersenyum, manis sekali, membuat hatiku dag dig dug.

Aku bertanya lagi, Adik ini siapa sih..?
Sambil terseyum dia memperkenalkan dirinya, Namaku Paulin, kata-katanya terhenti, Aku datang kemari disuruh mama untuk menyampaikan sesuatu untuk paman Kakambo.

Oh iyah.. aku sampai lupa mempersilakan dia masuk ke rumah. Lalu kusuruh dia masuk.
Silakan masuk, kataku.Aku persilakan dia masuk, Kan ngga enak bicara di depan pintu, apa lagi tamu.

Setelah berbicara sebenter di depan pintu, dia masuk dan duduk di kursi ruang tamu. Setelah kupersilakan duduk, aku mulai bertanya lagi tentang dia, dan siapa dia bagaimana hubungannya dengan papaku.

Kalau boleh tau, adik ini siapa yah..?
Hihihi.. dia tertawa, aku jadi heran, tetapi dia malah tertawa.
Kalau ngga salah, pasti abang ini bang.. Sultan yah? sambungnya.

Aku terkejut, dari mana dia tahu namaku, lalu aku bertanya, Kog adik tau nama abang?
Lalu dia tertawa lagi, Hihihi ..tau dong.Masa abang lupa sama aku? lanjutnya. Aku Paulin, bang. Aku anaknya tante Maria, celotehnya menjelaskan.

Aku terkejut, ..ah.. jadi kamu anaknya tante Maria? tambahku.
Aku jadi termangu. Aku baru ingat kalau tante Maria punya anak, namanya Paulin. Waktu itu aku masih SMP kelas 3 dan Paulin kelas 1 SMP. Kami dulu sering bermain di taman bersama.

Waktu itu kami belum tahu tentang apa yang namanya cinta/s*x dan kami tidak berjumpa lagi karena waktu itu aku pergi ke Australia sekitar 2 tahun. Sekembalinya dari Autralia aku tidak pernah ke rumahnya karena sibuk sekolah.

Sudah kira-kira 3 tahun kami tidak berjumpa, sampai aku mahasiswa tingkat 2, aku tidak ingat namanya lagi, kini bertemu sudah besar dan cantik lagi. Lalu kubertanya kembali menghamburkan lamunanku sendiri, Bagaimana kabar mamamu? tanyaku. Baik jawabnya.

Kemudian dia mengulangi maksud dan tujuannya. Katanya, papaku diminta mamanya untuk datang ke rumahnya untuk membicarakan sesuatu hal. Lalu aku balik bertanya dengan penasaran, Kira-kira yang akan dibicarakan apa sih..?

Dia menjawab sambil tersenyum manis nan menggoda. Sambil tersenyum, aku memperhatikan dirinya penasaran. Tiba-tiba dia bicara, Ternyata abang ganteng deh, ternyata mama ngga salah bilang. Aku jadi salah tingkah dan wajahku memerah karena dipuji.

Adik ini ada-ada saja pikirku. Kemudian aku sambut kata-katanya, Ternyata tante Maria punya anak cantik juga. dia hanya tersenyum saja.
Paman Kakambo kemana bang? dia bertanya membuka keheningan.

Belum pulang kerja. jawabku.
Hmmm gumamnya.Ya udah deh, titip pesen aja gitu tadi, ya bang! memastikan.
Iya oke. jawabku pasti.

Jangan lupa yah..! lebih memastikan.
Iya.. aku tegaskan lagi.
Oke deh.. kalau gitu Paulin pamit dulu yah.. ngga bisa lama-lama nih.. mama bilang jangan lama-lama. jelasnya.

Pamit yah bang! tambahnya.
Oke deh, mengiyakan. Hati-hati yah! sambungku seperti cowok-cowok lain pada cewek umumnya.
Dia hanya tersenyum menjawabnya, Iya bang

Nah, detik itu jugalah momen itu terjadi. Tidak tahu kenapa dia tiba-tiba menarik tanganku dan menc*um pipiku. Bercampur rasa bingung dan asyik di hatiku. Waduh buat apa itu tadi? tanyaku bodoh. Dia hanya tersenyum. Abang ganteng deh, jelasnya sambil melepaskan pegangan tangannya.

Nah, itu dia, karena menurutku aji mumpung perlu diterapkan, aku menangkap tangannya dan balik menc*um pipinya. Dia menjadi kaget dan aku hanya tersenyum saja, memasang wajah innocent yang jauh dari sempurna. Balas dendam pikirku.

Karena kepalang keasyikan dan sudah timbul n*fsu. Aku memberanikan diri lagi untuk menc*um bibirnya mengusik kediamannya karena kaget pada c*uman pertamaku tadi. Mumpung rumah sepi kesempatan nih.. pikirku dalam hati.

Aku memberanikan diri untuk lebih lagi dengan mer”ba tonjolan yang ada di d*d*nya yang terbungkus br* dari luar. Dia mend*sah, ..ahh..hem..Tonjolannya agak lumayan kalau tidak salah taksir, kira-kira 32b besarnya.

Karena sudah sangat bern*fsu, dan ego kelelakianku meningkat, hasrat itu pun timbul. Aku belai tubuhnya perlahan dan terus menaik sampai ke lehernya. Kubuka baju yang dia pakai hingga terlepas. Dan aku terus mer*ba bongk*ngnya yang lumayan juga besarnya kalau tidak salah taksir dapurnya kira-kira 61. Seperti penyanyi saja, gumamku dalam hati.

Karena keadaan kurang memungkinkan, kugendong dia ke kamarku sambil kami berc*uman terus. Kurebahkan dia di kasur dan kutindih dia. Kubuka perlahan-lahan kaos yang dia pakai dan B*-nya aku buka hingga polos. Terpampang di depanku sebuah pemandangan yang indah, sebuah gunung dua yang sangat indah dengan pucuknya berwarna merah ranum.

Aku dengan rakusnya meremas dan meng*lum kanan dan kiri. Tanganku dengan aktif terus menjalar ke rok yang dia pakai. Perlahan-lahan aku turunkan hingga terbuka semuanya. Aku melihat kodam (k*lor,dalam) warna putih dengan berenda bunga. Kubuka perlahan-lahan dengan sabar, hati-hati dan lembut.

Tiba-tiba dia menepis tanganku. Jangan bang..! Jangan bang..! dia memohon, tetapi aku yang sudah dirasuki setan tidak ambil pikir.Kemudian kuc*um bibirnya dan kuremas kembali gunungnya. Dia ter*ngsang. Kucoba mengulang kembali, kutarik kodamnya (kolor,dalam) perlahan-lahan.

Dia tidak menepis tanganku, terus kubuka dan kuterpana melihat pemandangan yang begitu indah yang tidak bisa dikatakan dengan kata-kata. Aku melihat sebuah kem*luan yang masih gundul yang hanya dikelilingi dengan rambut yang masih belum lebat.

Kusibak hutan yang masih agak gundul. Ada cairan bening yang keluar dari dalam hutannya. Dia sudah ter*ngsang. Kubuka bajuku tergesa-gesa. Pakaianku hanya tinggal kodam (k*lor dalam) saja tetapi Ucokku (kej*ntananku) sudah mau lompat saja, ingin mencari sasaran.

Sudah tidak tahan ucokku sehingga aku langsung meraba hutannya. Kusibak (buka) hutannya dan aku menc*umnya. Kemudian kuj*lat semacam daging yang keluar dari kem*luannya. Kuj*lat terus kelent*tnya hingga dia meyilangkan kakinya ke leherku.

Ahh.. ohh.. yaa.. d*sahnya. Kumasukan j*ri tanganku satu dan kukorek-korek dalam hutanya. Dia semakin merapatkan kakinya ke leherku sehingga mukaku terbenam dalam hutannya. Aku tidak bisa bernafas. Aku terus hajar hutannya.

Hauhh.. ahh.. yahh.. huhhh.. terdengar suara d*sahya. Aku terus h*sap sehingga timbul suara yang entah dia dengar atau tidak. Kemudian perlahan-lahan kakinya agak melonggar sehingga aku bisa nafas dengan bebas kembali.

Aku terus mengh*sap dalam hutannya. Setelah puas kubermain di hutanya, kuh*sap lagi gunung kembarnya, kiri dan kanan.Bang.. aku udah ngga tahan nih.. mau keluar.. d*sahnya.Kupercepat lagi h*sapanku, dia merintih.Ahh.. oohhh.. yahh.. serrrr.. dia lemas.

Ternyata dia sudah kl*maks. Kubuka kodamku dan kej*ntananku ini kukeluarkan. Taksiranku, kej*ntananku kira-kira 18 cm panjangnya kalau sudah tegang. Kubimbing kej*ntananku (ucok) ke arah hutannya. Kugesek-gesekan kej*ntananku pada l*ang kel*minnya, kusodok perlahan-lahan.
Awalnya meleset, tidak masuk. Wah, ternyata dia masih perawan. Kucoba lagi perlahan-lahan, tidak juga bisa masuk. Kuberi air l*dah ke b*tang kej*ntananku agar tambah licin. Kemudian kucoba lagi, hanya masuk ujung kepalanya saja, dia merintih.

Aduh.. sakit bang.. sakit.. rintihnya.Aku berhenti sejenak, tidak melanjutkan sodokanku, kuk*lum lagi gunungnya, d*d*nya terangkat ke atas. Tidak lama dia ter*ngsang lagi, lalu kucoba lagi untuk meyodok (seperti permainan bola billyard).

Kusodok terus dengan hati-hati, aku tidak lupa memberi l*dahku ke kej*ntananku. Karena hutannya becek akibat kl*maks tadi jadi agak licin sehingga kepala kej*ntananku bisa masuk dia merintih.
“Aduh.. sakit bang”

Tahan dikit yah.. adikku manis..`ngga sakit kok.. cuman sebentar aja sakitnya bisikku di daun telinganya. Dia diam saja. Kusodok lagi, akhirnya masuk juga kepala si ucok, terus kusodok agak keras biar masuk semua. Slupp.. blesss.. dan akhirnya masuk juga ucokku.

Dia menggigit bibirnya menahan sakit. Karena kulihat dia menahan sakit aku berhenti menunggu dia tidak kesakitan lagi. Ucokku masih terbenam dalam hutannya, kulihat dia tidak menggigit bibirnya lagi. Kusodok lagi ucokku perlahan-lahan dan lembut, ternyata dia meresapinya dan kembali ter*ngsang. Kusodok terus.

Ahh.. auuohhh.. yahh.. terus bang.. pintanya karena dia ter*nsang hebat sambil mengoyangkan pinggulnya ke kiri kanan. Rupanya dia sudah tidak kesakitan lagi. Semakin kuat kusodok.Auoohhh.. ahhh.. yahh.. uhhh.. terus bang! kakinya dililitkan ke leherku.Ahh.. yaa.. rintihnya lagi, terus kusodok agak keras.

Selupp.. selup.. suara ucokku keluar masuk, aku juga merasakan ada denyutan dalam hutannya seperti mengh*sap (menarik) ucokku. Rasanya tidak bisa dikatakan dengan kata-kata. Yahh.. aouuhh yahh.. suaraku tanpa sadar karena nikmatnya.

Bang.. enak bang. kusodok terus.Uohh.. ahhh.. yahh.. terusss bang! Yahh.. yahh.. ngga tahan nih bang.. dia terus berkicau keenakan, oohh.. yahh aouuhh.. yaa.. i coming.. yes.. terus dia berkicau. Entah apa katanya, aku tidak tahu karena aku juga merasakan sedotan dalam hutanya semakin kuat.

Dia meremas kain penutup tilam sampai koyak. Aku terus meyodok dan terus tidak henti-henti.Aouhhh.. ahhh.. yahh.. yaa.. mau keluar nih bang.. dan, Slerrrr dia keluar, terasa di kepala ucokku. Dia kl*maks yang kedua kalinya.

Aku terus memacu terus mengejar kl*maksku, Yahh.. aouuu.. yahh.. ada denyutan di kepala ucokku.Yahh.. ahhh.. aku keluar, kutarik ucokku keluar, kuarahkan ke perutnya.Air man*ku sampai 3x menyemprot, banyak juga man*ku yang keluar, lalu kukecup keningnya.Terima kasih.. aku ucapkan.

Kulihat ada bercak d*rah di sprei tilam, ternyata d*rah perawanya. Lalu kuajak dia membersihkan diri di kamar mandi, dia mengangguk. Kami mandi bersama. Tiba-tiba ucokku bangkit lagi melihat bongkongnya yang padat dan kenyal itu. Kutarik bok*ngnya dan kutungg*ngkan.

Kusodok dari belakang.Aduh.. gumamnya karena masih agak sempit dan masih terasa ngilu karena baru hilang keper*wanannya. Dia ter*ngsang kembali, kuremas gunung kembarnya, aku berdengus. Ahh.. aouhhh.. yaaa.Crottt.. croottt.. crottt.. kukeluarkan man*ku dan kutumpahkan di bok*ngnya.

Kami terus bermain sampai 3 kali. Aku teringat kalau sebentar lagi mama akan pulang, lalu kusuruh cepat-cepat si Paulin mandi dan mengenakan pakaiannya. Kami tersenyum puas. Terima kasih yah bang, aku tersenyum saja dan aku menc*um bibirnya lagi serta membisikkan ke telinganya,
Kapan-kapan kita main lagi yah!
Dia hanya tersenyum dan, ..iya, jawabnya.
Setelah berpakain dan merapihkan diri, kuantar dia ke depan rumah.

Dan c*uman manis di bibir tidak lupa dia berikan kepadaku sebelum pergi. Aku hanya bisa melihat dia berjalan pergi dengan langkah yang agak tertatih karena merasakan nyeri di selangk*ngannya. Oh nikmatnya dunia hari ini. pikirku dalam hati sambil menutup pintu.