Melampaui Batas: Pengakuan Rahasia Sang Majikan

Aku ingin menceritakan pengalaman berkesanku dan aku lakukan pertama kalinya perkenalkan namaku Dina mahasiswi perguruan tinggi di Bandung. Saat malam hari aku sendirian di rumah ayahku masih di kantor sedangkan ibuku ikut seminar dan di rumah hanya aku dan sopirku di tambah pembantuku.

Sopirku bernama Rama dia usianya 32 tahun dan sudah menikah tetapi istrinya tinggal di Palembang. Aku merasakan kecapekan setelah seharian aku jalan-jalan dan aku ingin sekali tidur tetapi entah mengapa aku tidak bisa memejamkan mataku ini lalu aku mempunyai ide untuk menelepon temanku Dewi untuk aku ajak ngobrol melalui telepon.

Telepon Dewi angkat awalnya kami ngobrol biasa saja tetapi tidak tahu kenapa tiba-tiba Dewi nafasnya memburu dan terdengar teriakan-teriakan juga suara seorang cowok yang seperti suara pacar Dewi. Aku hanya memdengar suara-suara teriakan kesakitan tetapi juga seperti merasakan sesuatu ke n*kmatan dan teleponpun terputus dengan sendirinya.

Pikiranku melayang kemana-mana dan aku mulai memikirkan tentang seseorang yang sedang b*rhubung*n badan. Aku semakin terangs*ng setelah mendengar suara Dewi juga khayalanku sendiri dan akupun membuka kaos ketatku, br*, serta cel*na d*lam aku meremas p*yud*raku dan memasukkan jariku ke v*gin*ku.

Aku koc*k v*gin*ku hingga aku pun menyapai org*sme ditempat tidur, aku merasa puas dan akupun memakai bajuku lalu merencanakan untuk pergi makan. Aku cari sopirku kemana-mana tetapi tidak ada hingga aku temukan dia dikamar tidurnya, dia tertidur pulas dengan hanya mengunakan kaos tanpa lengan dan sarung.

Aku mau membangunkan dia tetapi melihat dia tertidur pulas akupun mengurungkan niatku untuk membangunkan dia, kasihan dia kecapekan setelah mengantar aku seharian jalan-jalan pikirku. Sebelum aku meninggalkan kamarnya mataku tiba-tiba tertuju pada tonjolan yang ada dibalik sarungnya sehingga membuat aku ingin mengetahui bagaimana wujud tonjolan itu.

Aku beranikan diri untuk melihat tonjolan itu dari bawah lalu aku singkapkan sarungnya secara perlahan, aku terkejut melihatnya karena dia tidak memakai cel*na d*lam sehinnga aku bisa melihat dengan leluasa pen*s yang agak berdiri dan membuat aku ingin memegang, mengelus, dan meng*lumnya.

Aku ingin sekali memegangnya tetapi aku takut sopirku nanti terbangun dan dia akan marah terhadapku, dengan tangan yang gemetaran juga dingin dan jantung yang berdetak kencang aku beranikan diri untuk memegangnya. Aku singkapkan sarungnya lebih keatas dan akupun mulai memegangnya, terasa hangat dan membuat tanganku yang tadinya dingin menjadi hangat.

Aku semakin tertarik untuk me n*kmatinya lagi, aku elus berkali-kali pen*snya hingga berdiri dan semakin panjang pen*s itu. Jantungku semakin berdetak kencang tetapi keinginanku untuk melakukan yang lebih lagi juga semakin besar maka ku putuskan untuk mencoba meng*lumnya.

Ku jil*ti serta memberikan gig*tan kecil pada buah p*lirnya yang berwarna kecoklatan hingga membuat aku makin bern*fsu dan sedikit demi sedikit aku mulai menuju pen*s yang telah berdiri. Aku masukkan secara perlahan terasa hangat yang disertai rasa asin dan masuklah pen*s itu sampai pada ujung tenggorokanku, aku coba masuk dan keluarkan sehingga membuat tubuhku mengeluarkan keringat yang di ikuti rasa gemetaran.

P*yud*ra terasa semakin membesar dan mengeras sehingga membuat br*ku terasa sesak juga v*gin*ku yang terasa mengeluarkan cair*n. Akupun semakin tidak bisa menahan n*fsuku yang sudah memuncak lalu aku semakin mempercepat k*lumanku sehingga membuat pen*s sopirku licin karena liurku.

Di saat aku sedang keenakkan melakukan k*luman di pen*s sopirku tiba-tiba aku terkejut oleh teriakan sopirku dan mencabut pen*snya dari mulutku. Dia lalu berdiri dan memarahi aku, dia merasa bersalah pada orang tuaku karena membiarkan aku melakukan hal ini,

Akupun tidak mau menyerah begitu saja dan karena aku tidak bisa menahan n*fsuku lagi yang seperti mau meledak akupun mengancam sopirku dengan mengatakan pada ayahku bahwa aku telah dip*rkos* sopirku juga akan mengatakan pada istrinya kalau tidak mau melayani kenginanku.

Dia ketakutan dan menyerah padaku, akupun tidak menyia-nyiakannya langsung saja aku melepas sarungnya dan aku jongkok didepannya. Kulihat wajah sopirku terlihat wajahnya menampakkan kesedihan tetapi aku tidak mempedulikannya.

Aku tidak peduli bagaimana perasaan sopirku, aku hanya ingin ke n*kmatan seperti yang telah temanku rasakan. Aku ingin membuat dia agr*sif terhadapku dan melupakan istrinya sesaat, karena keinginanku itu aku mulai melakukan rangs*ngan terhadapnya.

Kuk*lum lagi pen*snya yang telah lemas tanpa canggung dan takut lagi pada sopirku, kupercepat k*lumanku sehingga membuat pen*snya kembali berdiri. Aku sangat me n*kmati pen*s.
ā€œEhhmm.. Enak.. Ehmmā€ dan aku merasa bahagia karena membuat dia mulai terangs*ng yang mulai menunjukkan ke agr*sifannya.

Sopirku mendesis me n*kmati k*lumanku.
ā€œOugh.. Terus.. Cepat.. Ouh Dinaā€
Hanya itu saja kata yang keluar dari mulutnya akupun semakin bersemangat dan semakin mempercepat k*lumanku.

Hingga beberapa k*luman pen*snya terasa semakin membesar dan menegang juga disertai denyutan dan dia pun memegang kepalaku juga memcambak rambutku dengan kasar dia semakin memaju mundurkan kepalaku dan akupun semakin bersemangat karena aku tahu dia akan sampai.

ā€œOuhh.. Ouuhh aku sampai aku sampai Dina oughā€ dan keluarlah sp*rmanya ke mulutku hingga mulutku tidak muat untuk menampungnya.
Sp*rmanya terasa hangat, asin, dan baunya membuat diriku ingin memuntahkan sp*rma itu dari mulutku tetapi dia menarik kepalaku lalu menc*um aku.

Ci*mannya yang sangat bersemangat kepadaku membuat aku terpakasa untuk menelan sp*rmanya untuk mengimbangi permainan bibir itu. Aku merasa kerepotan untuk mengimbanginya karena baru kali ini aku dic*um oleh cowok, dia terus menc*um aku dan tangannya mulai meny*linap masuk ke kaosku.

Tangannya menuju ke p*yud*raku, dia meremas-remasnya sehingga membuat nafasku semakin memburu yang disertai degupan jantung yang cepat. Dia semakin agr*sif dengan membuka kaos ketatku, rok, br* serta cel*na d*lamku.
Terbukalah sudah apa yang selama ini aku tutupi, aku merasa risih karena baru kali ini aku tel*nj*ng dihadapan cowok sehinnga tangankupun secara spontan menutup v*gin*ku juga p*yud*raku.

Tetapi karena n*fsuku yang semakin memuncak maka aku biarkan tubuhku tel*nj*ng dan akupun dengan agr*sif melucuti kaosnya. Sekarang kita benar-benar tel*nj*ng bulat, kita saling berhimpitan sehingga pen*s yang telah mengacung itu menempel pada v*gin*ku.

Aku ingin sekali merasakan pen*s itu masuk ke v*gin*ku dan aku telah mencoba memasukannya tetapi tidak bisa, dengan terpaksa aku hanya mengesekkan pen*snya ke v*gin*ku dan itu membuat aku semakin bern*fsu. Setelah dia puas menc*um aku dia menurunkan kepalanya menuju kaki, dia menc*umi kakiku sampai ke v*gin*ku.

Dia menjil*ti v*gin*ku, menyedot v*gin*ku dan juga memberikan gig*tan kecil pada v*gin*ku sehingga membuat aku tak bisa menahan getaran tubuhku. Semakin dia mempercepat jil*tannya semakin keras pula er*ngan serta desissan yang keluar dari mulutku.

Tanganku berpegangan pada kepalanya dan akupun menekan kepalanya serta mengangkat salah satu kakiku kepundaknya agar bisa semakin masuk ke v*gin*ku, jil*tan dia membuat aku tak bisa lagi menahan tubuhku sendiri. Tubuhku melengkung ke belakang dan kepalaku medongak keatas yang disertai keringat yang semakin mengucur deras.

ā€œAuhh.. Ouhh..ā€ Dia terus menjil*ti v*gin*ku sehingga membuat aku semakin tidak tahan ā€œOugh.. Yes.. Ouugh.. Aku keluarā€ dan akupun mengalami org*smeku yang pertama, aku merasa ke n*kmatan yang luar biasa karena baru kali ini kali mengalami org*sme bersama cowok

Sopirku menghis*p-his*p v*gin*ku hingga terasa kering, nafasku yang tadinya memburu sekarang sudah mulai reda. Aku yang telah mengalami org*sme terasa badanku lemas tetapi sopirku masih saja semangat, dia mengendongku ke tempat tidur dan menjatuhkanku.

Dia bermain di p*yud*raku yang berukuran sedang putih bersih kemerahan, sopirku meng*lum, meny*dot, mer*mas dan juga menggig*t-gig*t p*yud*raku. Permainan mulutnya sanggup menaikkan kembali n*fsuku, sopirku sangat me n*kmati p*yud*raku dan dia selalu memuji p*yud*raku yang kenyal dan kencang itu.

Aku yang ingin kembali me n*kmati pen*s sopirku segera aku menggulingkan sopirku disampingku, aku menindihnya dengan v*gin*ku menghadap ke muka sopirku dan kita pun saling melakukan rangs*ngan. Aku kembali meng*lum pen*snya sedangkan dia menjil*ti v*gin*ku.

Permainan lidahnya yang liar di v*gin*ku membuat tak kuasa menahan n*fsuku yang mau meledak dan dengan segera akupun minta untuk memasukkan pen*snya ke v*gin*ku dan diapun mengijinkannya. Aku membalikkan badan dan sekarang pen*s itu tepat di bawah v*gin*ku, aku memegang pen*s itu dan mengarahkannya ke v*gin*ku tetapi aku tidak bisa memasukkannya terasa sulit walaupun v*gin*ku telah basah.

Penis sopirku seperti tidak mau masuk pen*snya selalu ke kanan atau ke kiri. Sopirku pun membantuku, dia memegang pen*snya sedangkan tangan satunya menuju v*gin*ku dan memasukkan jarinya ke v*gin*ku, akupun terkaget dan berteriak ā€œOuhhā€.

Jarinya maju mundur dan seperti mengaduk v*gin*ku, sopirkupun mengeluarkan jarinya lalu mencoba memasukkan pen*snya ke v*gin*ku. Secara mengejutkan pen*s itu masuk dengan mudah, aku terkaget merasakannya lalu berteriak ā€œAuhh.. Ough..ā€ Dan mataku melotot serta kepalaku mendongak ke atas.

Vag*naku terasa penuh dan disertai rasa nyeri yang sangat hebat tetapi sopirku duduk menghiburku dengan menc*umku.
Dia menyuruhku naik turun tetapi itu sulit bagiku karena baru yang pertama aku melakukannya, aku mencoba naik turun rasanya n*kmat sekali merasakan dua alat kel*min bergesekan tetapi tetap rasa nyeri tetap ada.

Akhirnya akupun lancar menaik-turunkan, melihat itu sopirku semangat dia mulai mer*mas p*yud*raku dan mulai melakukan gerakan juga. Lama-kelamaan rasa nyeri itu berubah menjadi rasa n*kmat tiada duanya dengan cepat aku menaik turunkan. Gesekan itu sangat n*kmat Mayambah lagi rem*san sopirku di p*yud*raku.

ā€œUhh.. Aauhh.. Oouughhā€ aku terus mendesis.
Malam yang sunyi kembali berisik oleh bunyi koc*kan serta teriakanku, kulihat sopirku sekali memejamkan mata me n*kmati koc*kanku. Hingga beberapa lama kita tetap pada posisi itu dan akupun merasakan sesuatu yang mau meledak di v*gin*ku.

ā€œOuhh.. Ouughh.. Aku sampaiā€ akupun merasakan org*sme yang kedua kali.
Tenaga yang habis membuat aku tidak dapat menahan tubuhku dan akupun rubuh diatas sopirku. Dengan pen*s yang masih menancap di v*gin*ku sopirku membalikkanku hingga dia berada diatas,

Dia kembali mengoc*k v*gin*ku yang telah kelelahan dengan semangat yang masih memburu diapun ingin mengalami org*sme maka akupun melayani dia walaupun tenagaku sudah habis. Sopirku merasa tidak puas dengan posisi dia diatas dan dia meminta aku untuk duduk dipangkuannya dan dia dengan semangat kembali mengoc*k.

Aku yang sudah lemas masih mencoba mengimbagi koc*kannya, aku mencoba memaju-mundurkan pant*tku walaupun sudah lemas. Dia semakin semangat untuk mengoc*kku dengan buas dia juga menggig*t p*yud*raku dan itu sangat membuat diriku kembali terangs*ng. ā€œOouuh.. Ouuhh.. Uuhhā€

Akupun di buat tidak berdaya dan lagi-lagi aku dibuat org*sme untuk ketiga kalinya. ā€œUuhh.. Ouugh.. Kau hebat Rama.. Ouughā€. Dengan org*smeku yang ketiga tubuhku semakin lemas tak berdaya, posisi kami tetap duduk dan aku terus saja memuji dia ā€œKau hebat Ramaā€ kataku.

Sopirku menyuruhku untuk menungg*ng dengan lemas dan antara sadar dan tidak aku masih menurutinya. Dia masih tidak bosan mengerjai v*gin*ku. Dia masih dengan semangat tetap mengoc*k serta mer*mas p*yud*raku dan kadang-kadang mer*mas pant*t ku. Jarinya juga masuk ke an*sku.

ā€œOuugh.. Ougghh.. Ougghhā€ kataku semakin me n*kmati, dengan kasar dia mengoc*k v*gin*ku dan juga an*sku. Dengan koc*kan dari an*s dan v*gin* tubuhku semakin tak karuan dibuatnya.
ā€œOuuhh.. Ougghh.. Terus Ramaā€

Tak berselang lama aku merasakan lagi org*sme yang ke empat.
ā€œOouuhh.. Kau hebat.. Oughh.. Aku aku dapat ough..ā€
Dan dia pun mengikuti mengalami klim*ks dengan sp*rma yang masih banyak.

Semprotan sp*rmanya membuat mataku terbelalak dan aku pun merasakan ke n*kmatan, sp*rmanya tidak dapat tertampung di v*gin*ku sehingga jatuh ke sprei. Kitapun terjatuh bersamaan di tempat tidur, sopirku berada disampingku dan dia masih menc*um serta meremas pant*t dan p*yud*raku.

Setelah nafasku mulai reda akupun langsung keluar dari kamarnya dengan masih tel*nj*ng dan berjalan dengan gontai, sopirku pun tertidur lagi. Begitulah pengalamanku bersama sopirku yang baru aku alami sekitar 12 Juni 2024. Aku tidak kecewa walaupun keper*wan*nku telah hilang tetapi aku senang mendapat pengalaman yang berharga.