Sebuah Keindahan Ciptaan Tuhan part5~

Part 5. Incident

Dering telefon membangunkanku di sore hari. Mas Angga menelfonku untuk sekedar saling memberikan kabar. Kami berbincang banyak hal termasuk soal listrik padam dan paket yang ia pesan telah tiba. Tentu aku tidak menceritakan soal aksiku. Ia pasti akan marah besar jika mengetahui apa yang kulakukan. Ia adalah seseorang yang berpegang teguh pada norma di masyarakat. Sehingga hal tabu seperti yang kulakukan tentu tidak akan bisa ia terima. Secara seksual, sebenarnya tidak ada masalah. Ia hanya tidak menyukai anal sex saja yang menurutnya menjijikan. Sejujurnya ada rasa bersalah di hatiku setelah mengkhianati pernikahan kami. Aku telah berhubungan badan dengan 3 orang tanpa sepengetahuannya dan semua itu terjadi dalam 2 hari saja. Mas Angga banyak sekali menceritakan apa yang telah ia lalui, namun aku hanya bisa terdiam mendengarkan. Setelah 1 jam kami bertelefonan, kami pun mengakhiri panggilan.

Waktu menunjukkan pukul 6 malam. Aku pun melihat ke dapur untuk mencari makan. Aku kemudian menyiapkan bahan masakan untuk makan malam. Aku keluarkan sayuran dan telur untuk makan malamku. Kemudian, aku juga akan memasak nasi sekalian untuk bekal ku ke kantor esok hari. Aku terbiasa membawa bekal ke kantor. Hal ini bertujuan untuk menghemat waktu istirahatku. Aku kerap bingung akan makan apa pada jam istirahat. Setelah mencuci beras dan memasukannya ke rice cooker, aku melanjutkan memasak sayuran dan telur untuk makan malamku. Aku memasak dalam keadaan tanpa sehelai benangku. Aku sudah sangat terbiasa telanjang saat di rumah.

Setelah selesai memasak, aku pun menyantap makan malamku. Di tengah santapanku, aku menerima telfon dari atasanku, pak Parto. Pak Parto orang yang sudah berumur. Usianya sekitar 60 tahun.

“Malam Indah”
“Malam pak”
“Maaf ya mengganggu malam-malam, untuk meeting besok di kantor client akan dimajukan ke pukul 8 pagi. Tolong persiapkan berkas dan print proposalnya ya. Terima kasih”
“Baik pak, kalau begitu besok saya langsung ke sana karena lebih dekat dan cepat dari stasiun pak”
“Ok, terima kasih ya, selamat malam”
“Selamat malam pak”

Pak Parto meskipun sudah berumur, ia merupakan pria yang baik. Jiwa kepemimpinannya pun sangat baik sehingga seluruh anggota timnya tentu nyaman bekerja dengannya. Ia juga bisa menjadi sosok ayah di pekerjaan, jika kami berbuat salah, ia tidak ragu untuk pasang badan dan melindungi kami. Ia juga sangat apresiatif terhadap seluruh anggota timnya.

Setelah menghabiskan santap malamku, aku pun menyiapkan berkas dan file yang diperlukan untuk besok. Ketika ku periksa semuanya, ternyata aku baru teringat bahwa proposal yang perlu ku bawa tertinggal di kantor. Untungnya, file yang ku perlukan ada di emailku. Aku pun bergegas berpakaian untuk pergi ke fotokopi yang ada di depan perumahan. Cuaca di luar sangat gerah, aku pun memutuskan untuk mengenakan hoodie dan celana kaos saja. Tentu tanpa sehelai pakaian dalam. Aku pun berjalan kaki ke depan. Ternyata hanya sebentar angin bertiup kencang kembali. Hujan akan segera turun dari langit.

Aku berjalan lebih cepat. Setelah melewati pos ronda, hanya tinggal berjarak 100 meter aku akan sampai di fotokopi. Namun hujan turun dengan derasnya. Aku pun berlari agar tidak basah kuyup. Ketika tiba di sana, toko fotokopi sudah akan tutup. Aku sendiri saat ini dalam keadaan basah di seluruh pakaianku. Penjaga toko sendiri sudah hendak pulang karena hujan sudah turun. Namun aku memohon kepadanya dan berjanji akan memberikan uang tips. Cuaca juga seakan mendukungku karena badai semakin kencang. Akhirnya ia pun mengiyakan pesananku.

“Mas, boleh ya, ini saya cuma print aja kok, saya udah basah-basahan kehujanan karena butuh urgent, tolong ya mas, nanti saya kasih uang tips deh, lagian badainya makin jadi tuh mas.”
“Yauda deh kalo gitu, semoga aja nanti reda hujannya. Mana yang mau diprint mba?”

Aku pun menyerahkan flashdiskku. Aku pun memintanya untuk mengcopy kembali 3 rangkap dan menjilid semuanya. Kemudian ia pun menyalakan kembali komputer dan mesin fotokopi. Sambil menunggu, ia pun menutup pintu tokonya. Hal ini dimaksudkan agar tidak ada pelanggan lain yang datang. Setelah itu, komputer pun menyala dan proposal pun dicetak. Setelah aku cek sekilas, dokumen sudah siap untuk diprint. Proposal itu cukup tebal sekitar 100 halaman. Jadi akan cukup memakan waktu. Aku sendiri mulai kegerahan. Tidak ada kipas di dalam toko ini ditambah pintu ditutup membuatku keringetan. Kini pakaianku basah luar dalam. Saat memasuki halaman ke 40an printer eror. Akhirnya waktu semakin lama terbuang karena menunggu mas nya memperbaiki printer tersebut.

Setelah 15 menit, akhirnya printer kembali berfungsi. Aku sudah sangat kegerahan. Jika saja hoodie yang kukenakan ada resleting, mungkin akan kuturunkan sleting tersebut. Aku sudah basah kuyup akibat hujan dan keringat di seluruh tubuhku. Dokumen pertama pun tercetak. Kini hanya tinggal menunggu difotokopi. Tidak berselang lama, copy pertama dan kedua selesai. Sambil menunggu copy ke 3, mas penjaga pun mulai menjilid semua dokumen. Saat menjilid dokumen kedua, Tiba-tiba listrik padam. Semakin lengkap lah penderitaanku. Aku bingung harus bagaimana. Aku perlu dokumen ini siap malam ini karena esok aku harus berangkat pagi-pagi sekali. Aku tidak yakin ada toko yang buka pagi nanti.

“Waduh mati lampu mba, gimana nih? Saya gerah banget mau keluar bentar ya ngerokok”
“Iya mas, saya tunggu aja deh bentar, kalo emang lama ga nyala, yauda yang ada aja, tapi masnya gapapa kalo mau ngerokok dulu”

Akhirnya aku ditinggal seorang diri. Mengetahui kini aku seorang diri, aku pun mengangkat sedikit hoodieku untuk sedikit menghilangkan rasa gerah. Rasanya sedikit nyaman sekarang. Baru sebentar aku merasa nyaman, tiba-tiba masnya membuka pintu.

“Mba maaf, saya pulang dulu ya sebentar ada yang mau saya ambil, paling 15 menit, paling lama sejam, mbanya gimana?”
“Mas balik lagi tapi kan?”
“Iya mba tenang aja, ini mba pegang aja kuncinya kalau ga percaya”
“Gausah mas gapapa, saya percaya kok”
“Yauda mba kalau gitu, tapi mohon maaf, ini nomor saya, nanti saya kunci dari luar ya, takut ada apa apa”
“Oke mas”

Ia pun pergi meninggalkan aku. Aku juga mendengar suara pintu gembok. Kini aku dikuncinya seorang diri. Merasa situasi aman, aku melepaskan seluruh pakaianku. Kunyalakan flash hp ku untuk memberi sedikit pencahayaan. Aku pun duduk sejenak sembari mengeringkan badanku. 10 menit kemudian, aku pun mulai bosan. Aku pun menjilid dokumen copy kedua. Selain untuk mengisi waktu, aku melakukan ini agar ketika nanti penjaga toko kembali, aku bisa pulang saja. Kebutuhan dokumen sendiri memang sebenarnya hanya 2, namun sengaja kupersiapkan lebih jika dibutuhkan mendadak.

Ketika sedang sibuk menjilid, tiba tiba ada sebuah tangan yang menutup mulutku dan meremas dadaku. Tanpa kusadari, rupanya seseorang masuk ke dalam toko. Ia terus meremas payudaraku dengan keras. Saat kutengok ke belakang, ia bukan merupakan penjaga toko.

“Kamu siapa?” Ujarku.
“Lo yang siapa? Masuk ke sini waktu toko tutup, telanjang gini lagi, maling gatau malu”
“Saya pelanggan di sini, tadi lagi ngeprint, terus mati lampu dan yang jaga lagi keluar dan saya ditinggal di sini karena katanya sebentar”
“Bohong aja lu, gue bawa juga lu ke kantor keamanan”
“Kamu yang maling kali”

Kulihat memang ia sangat berbeda dengan penjaga toko tadi. Penjaga toko tadi berbadan kecil sementara laki-laki ini memiliki postur yang berbeda.

“Gue karyawan di sini. Si Kamil juga tadi bilang ke gue udah pulang, lu mau maling kan?” Ujarnya sembari menjambak rambutku.

Rupanya ia adalah karyawan lain di toko ini. Ia kemudian melemparku ke lantai. Aku hanya bisa pasrah dan kesakitan. Badai di luar juga semakin kencang sehingga pertikaian kami tidak akan terdengar keluar. Aku pun meminta maaf atas kesalahpahaman yang terjadi. Namun, sepertinya semua ini belum akan berakhir. Ia kemudian membangunkan tubuhku.

“Berdiri lu anjing. Cepet jelasin semuanya!” Bentaknya.

Aku pun hanya bisa pasrah. Ketika aku akan mengenakan pakaianku, ia merebutnya. Ia menyuruhku untuk menceritakan semuanya dahulu. Ia juga mengatifkan kamera hp nya. Aku tahu karena kini ada flash yang mengarah kepadaku. Ia menyuruhku memperkenalkan diriku dahulu dan dilanjutkan menceritakan semuanya. Aku pun terpaksa mengikutinya. Perawakannya yang sangat besar membuatku tidak berani untuk melawan.

“Nama saya Indah, saya tadi mau ngeprint dan fotokopi di sini, tapi tadi pas tokonya sudah mau tutup, kemudian saya berusaha meyakinkan penjaga toko untuk membantu saya dengan iming-iming uang tips. Kemudian saat masih memfotokopi dokumen, listrik padam. Dokumen saya masih kurang 1 lagi, sebenarnya tinggal sedikit lagi selesai, jadi saya tunggu sampai listrik nyala. Mas penjaga toko kemudian izin pulang sebentar dan saya ditinggal dalam keadaan toko terkunci.”
“Terus lu ngapain telanjang?”
“Saya kegerahan, jaket dan celana saya basah, jadi saya lepas biar saya merasa lebih nyaman dan kebetulan dibalik celana dan jaket hoodie saya tidak ada apa apa lagi karena tadi buru-buru takut toko tutup”

“Bohong!” Bentaknya. Dugh. Ia menendang selangkanganku. Aku pun terjatuh dan meringis kesakitan. Ia pun berusaha menyeretku. “Ikut gue ke kantor keamanan” Ujarnya. Aku pun membalas dengan iba dan mengatakan bahwa aku memohon maaf dan memohon agar tidak dibawa ke kantor polisi. Ia pun terdiam. Ia mengatakan “Oke gue ga akan bawa lo ke kantor keamanan.” Aku pun merasa lega.

Ia kemudian melepaskan diriku. Aku masih menahan rasa sakit. Ia kemudian sibuk melakukan sesuatu. Ia mengarahkan flash hapenya ke arahku kembali. Ia menaruh hp nya di atas meja.

“Oke gue ga akan bawa lo, tapi lo harus siap gue siksa dulu”

Aku tidak bisa melawan. Aku hanya bisa pasrah. Ia kemudian mencari sesuatu. Ia membawa sebuah lakban hitam yang biasa digunakan untuk menjilid dokumen. Kemudian, ia menempelkannya di sekitar bulu kemaluanku. Ia menekannya dengan kuat. Setelah itu, ia menarik lakban tersebut dengan kencang. Prak. Lakban tersebut tercabut. Aku meringis kesakitan. Bulu kemaluanku tercabut hampir semuanya dengan paksa. Ia kemudian mengambil sesuatu. Ia kemudian menyuruhku berposisi merangkak. Setelah itu, ia menjepit putingku dengan jepitan kertas. Sakit sekali rasanya. Aku pun hampir ambruk. Melihat hal itu, ia kesal dan memukul pantatku dengan penggaris besi.

Aku hanya bisa menahan rasa sakit di sekujur tubuhku. Ia kemudian menyalakan lilin. Kupikir ia melakukan itu untuk menamban penerangan, rupanya bukan. Ia meneteskannya perlaham ke punggungku. Ia terus melakukannya hingga mencapai pantatku. Ia kemudian membuka pantatku. Aku pun berusaha kabur. Namun ia menginjak tubuhku hingga aku tak dapat bergerak. Aku hanya bisa menahan sakit saat lelehan lilin menetes di dekat lubang anusku. Setelah itu, ia menyuruhku kembali menungging. Kemudian, ia memasukkan lilin tersebut ke dalam anusku. Kini aku terlihat bagaikan pokemon Charmender.

Setelah itu, ia bergerak ke arah kepalaku. Ia kemudian membuka celananya dan memaksaku membuka mulutku. Kemudian ia memasukkan penisnya ke dalam mulutku. Ia menyodok mulutku dengan paksa. Puas dengan mulutku, ia menyuruhku mencabut lilin tersebut. Kemudian, ia pun duduk di kursi komputer. Setelah itu, ia menjambakku dan kembali memaksaku memainkan mulutku kepada penisnya. Tidak lama berselang, listrik kembali menyala.

“Ternyata cakep banget lu ya, sayang cakep gini maling.” Ujarnya.

Kemudian ia pun menyuruhku berdiri. Setelah itu, ia menggendong tubuhku. Ia juga memasukkan penisnya ke dalam vaginaku yang masih kering. Rasa takut yang kualami tidak membuatku memiliki gairah seks sama sekali. Dengan paksa ia memasukkan keseluruhan penisnya. Sakit sekali rasanya. Untung saja penisnya basah dengan cairan liurku sehingga tidak terlalu sakit. Ia kemudian menggenjotku tanpa membiarkan aku menyesuaikan diri.

Setelah beberapa saat, mas Kamil datang kembali. Ia terkaget saat melihat keadaan di dalam. “Eh Bang Yadi, ada apaan ini?”
“Ini mil ada maling, dia gamau gue bawa ke kantor keamanan, jadi gue hukum aja, sini ikutan” Ujar Yadi sambil terus menggenjotku.
“Bukan maling dia bang, dia pelanggan, tadi lagi ngeprint ama fotokopi terus mati lampu, jadi gue tinggal bentar”
“Oh ga bohong ya dia, yauda lah udah tanggung gue lanjutin aja”
“Gila lu bang”
“Udah lu diem aja, lanjutin dah kerjaan tuh”

Setelah itu Yadi terus menggempurku tanpa ampun. Sementara Kamil melanjutkan pekerjaannya. Setelah Kamil menyelesaikan semua dokumenku, ia pun menghampiri kami. Kini ia juga sudah dalam keadaan bugil. Ia mengatakan bahwa uang tipsnya tidak perlu, cukup berikan dia kenikmatan. Awalnya kupikir ia berbeda, ternyata sama saja. Mereka berdua terus menggenjotku.

Waktu sudah pukul 12 malam dan akhirnya pertempuran birahi ini berakhir. Kedua pria tersebut sudah 2 kali mengeluarkan spermanya di lubang vagina dan anusku. Mereka kemudian meminta bayaran jasa print dan fotokopi. Setelah itu mereka menggotong diriku yang kelelahan keluar toko. Mereka juga melemparkan pakaianku. Aku merasa hina sekali. Dokumenku juga dilemparkan padaku. Untungnya dokumen-dokumen tersebut dilapisi plastik beserta flashdiskku. Mereka kemudian pergi dari toko meninggalkan diriku seorang diri. Aku pun mengenakan kembali pakaianku dan berjalan pulang.

Namun ternyata, aku salah, rupanya mereka mengikutiku. Setelah melewati pos keamanan, mereka kembali menghampiriku. Mereka melepas seluruh pakaianku dengan paksa. Mereka merobek hoodie dan celana ku dan membuangnya. Untung aku hanya membawa HP dan uang saja saat pergi dan sudah kumasukkan dalam plastik dokumen. Mereka kemudian mengalungiku dengan seutas tali. Setelah itu, mereka menyuruhku menggigit plastikku. Mereka juga menyuruhku berjalan merangkak seperti seekor anjing. Mereka menuntunku beberapa saat. Badai pun belum berakhir. Aku merasa sangat kedinginan saat ini.

Tiba di sebuah taman kosong, mereka kembali memakaiku. Kali ini aku sedikit menikmatinya. Sensasi bercinta di luar ruangan membuat gairahku bangkit. Kekhawatiran dilihat orang lain membuatku bergairah. Kini aku dengan suka rela melayani nafsu birahi mereka. Kali ini aku juga mendapatkan orgasmeku. Mereka memandikanku dengan sperma kali ini. Sesaat setelah kami selesai bercinta, mereka berpakaian dan meninggalkanku. Aku pun melanjutkan perjalanan pulang seorang diri.

Di tengah perjalanan, tepatnya ketika sudah berada di gang sebelah rumahku, aku melihat pak Zainal sedang mendorong gerobaknya. Aku sedang tidak ingin bertemu dengannya. Masih teringat kejadian kemarin. Lubang anusku ia perawani dengan timun. Aku pun bersembunyi di semak-semak. Karena semak-semak tempat ku bersembunyi tidak terlalu tinggi, aku pun terpaksa menungging dalam posisi merangkak. Pak Zainal sedang berhenti sebentar di depan sebuah rumah. Aku terpaksa harus menunggu hingga kondisi aman.

Tiba-tiba aku nerasakan benda lunak di lubang vaginaku. Saat menengok ke belakang, ternyata seekor anjing tengah menjilati vaginaku. Aku pun berusaha menghindar, namun anjing tersebut tidak kunjung berhenti. Aku hanya berharap ia tidak menggonggong dengan kencang. Setelah beberapa saat, pak Zainal pun bergerak. Di saat yang bersamaan, jilatan dari anjing tadi juga berhenti. Kini dalam pikiranku hanya berharap pak Zainal segera lewat. Namun ternyata aku salah, anjing tadi naik ke atas tubuhku. Penisnya merangsek masuk ke dalam vaginaku. Anjing tersebut kemudian menggenjot vaginaku. Aku sendiri mulai terangsang dengan seks gila ini. Ketika gairahku mulai bangkit, aku merasakan vaginaku hangat. Rupanya anjing tadi sudah ejakulasi dan menembak spermanya di dalam vaginaku. Setelah itu, ia mendiamkan penisnya di dalam vaginaku. Pada saat yang bersamaan, pak Zainal melewati tempatku bersembunyi. Anjing tadi juga sudah mencabut penisnya. Kini saatnya bagiku untuk pulang.

Sesampainya di rumah, Aku mengeluarkan dokumen dari plastik. Aku melihat secarik kertas bertuliskan “Terima kasih atas servicenya malam ini, jangan bertindak gegabah jika tidak ingin videomu viral.” Aku yakin ini adalah ulah Kamil dan Yadi. Aku tidak tahu apa yang akan mereka lakukan padaku. Aku pun menangis hingga tertidur dengan bekas sperma manusia di tubuhku dan anusku. Vaginaku? Di sana tercampur sperma Yadi, Kamil, dan anjing tadi.​

Bersambung…