Part 6. Work of Lust
Aku terbangun pukul 5 pagi. Aku hanya tidur selama 3 jam saja. Masih teringat siksaan yang ku terima malam tadi. Begitu pun seluruh tubuhku. Masih sangat lelah dan kesakitan terutama di bagian selangkanganku. Pemerkosaan yang ku derita malam tadi membuatku sedikit trauma. Aku bangkit dan membersihkan diriku termasuk sperma yang sudah mengering di seluruh tubuhku. Setelah mandi, aku juga tidak lupa mempersiapkan diri untuk berangkat kerja.
Rasanya aku tidak ingin bekerja hari ini. Aku ingin bersembunyi saja. Aku ingin menangis seharian. Namun rapat penting untuk proyek besar yang akan dihadapi membuatku harus kerja hari ini. Kukenakan bra putih tanpa kawat beserta celana dalam berenda dengan warna senada. Kupakai tank top berwarna putih dan kukenakan celana hitam ketat. Kemudian aku membawa blazzer untuk menghangatkan tubuh. Bentuk tubuhku jelas tercetak dengan pakaian yang ku kenakan. Namun, aku harus berpakaian seperti ini untuk menarik perhatian client. Setelah berpakaian, kubawa semua barangku. Kupesan ojek online untuk ke stasiun.
Tiba di stasiun, aku berlari ke peron. Keretaku tiba dan aku masuk ke gerbong campur yang sudah cukup penuh. Biasanya, aku naik gerbong wanita, namun karena aku sedikit terlambat, jadi aku masuk ke gerbong yang terdekat. Padatnya kereta di pagi hari membuatku tidak mendapatkan tempat duduk dan terpaksa berdiri. Kupeluk proposal dan tas di depanku dengan tangan kiri, sementara tangan kananku berpegangan. Kereta pun berjalan setelah berhenti sesaat.
Keadaan kereta semakin penuh. Aku terjepit di antara penumpang lain yang mayoritasnya pria. Seperti ini lah resiko pekerja ibukota yang tinggal di pinggir ibukota. Beberapa kali juga aku merasa dada dan pantatku tersentuh orang lain. Namun aku tidak dapat marah karena memang padatnya kereta tentu saja mungkin terjadi ketidaksengajaan. 2 stasiun sebelum aku turun, aku berusaha bergerak mendekat pintu keluar. Hal ini ditujukan agar ketika mencapai tujuanku, aku dapat turun. Aku pun mengangkat barangku ke atas untuk memudahkan gerakanku. Namun karena kereta sangat padat, aku pun terhenti. Aku terhenti dalam posisi kedua tanganku ke atas. Aku sempat berusaha menurunkan tanganku, namun karena terlalu penuh, aku mengalami kesulitan.
Kereta terhenti sejenak. Masinis mengumumkan bahwa kereta sedang dalam antrian masuk stasiun berikutnya. Pegal sekali rasanya tanganku. Di tengah kepadatan ini, tiba tiba aku merasa ada yang menyentuh dada dan pantatku. Awalnya area sensitifku hanya tersentuh. Namun, lama kelamaan sentuhan tersebut berubah seperti disengaja. Aku juga merasakan dadaku dan pantatku diremas. Remasan tersebut tak kunjung berhenti. Bahkan aku merasakan kancing kemejaku dibuka. Sebuah tangan kemudian menelusup masuk ke dalam. Tidak butuh waktu lama, tangan tersebut memilin putingku. Sementara tangan satunya lagi, masuk ke dalam celanaku dan menggesek klitorisku.
Masih pagi dan hari masih panjang. Namun aku sudah harus berada di posisi ini. Ini kali kedua kejadian seperti ini menimpaku. Kejadian ini perlahan membuat gairahku bangkit. Kereta pun kembali berjalan. Akal sehat kembali menguasai diriku. Aku harus segera turun. Aku berusaha berjalan mendekati pintu. Aku belum sempat memperbaiki pakaianku. Pintu terbuka dan aku berusaha sekuat tenaga untuk turun. Aku berhasil turun dan buru-buru kuperbaiki pakaianku. Aku kemudian memesan ojek online ke kantor clientku. Tidak lama, orderan ku diterima.
5 menit menunggu, ojek pesananku datang. Aku pun naik dan segera berangkat. Di perjalanan, ojek ini kerap mengajak aku berbincang. Sampai akhirnya ia membuka pembicaraan pada sebuah topik yang membuatku tercengang.
“Mba Indah tinggal di perumahan C Village ya?” Ujar bapak ojol.
“Iya pak” Jawabku seadanya.
“Oo, tau ga mba, katanya di sana ada perempuan suka telanjang gitu kalo ambil orderan makanan dari ojol”
“Masa sih pak?” Aku terkejut. Jantungku rasanya ingin copot. Aku khawatir aksiku sudah diketahui banyak orang. Habislah hidupku jika memang benar demikian.
“Iya mba. Malah katanya pernah ada ojol yang sampai diajak masuk buat nonton dia lagi ngewe”
“Ih parah banget pak” Jawabku dengan nada berusaha tenang. Aku pun mengecek HP ku dan ternyata ojol ini bernama Supri, sama seperti ojol yang waktu itu mengantarkan makanan saat aku sedang disenggama Singgih.
“Iya mba, kalo ga salah namanya Indah juga mba. Mau liat ga mba orangnya?” Ujarnya sambil membuka galeri HP nya. Ia kemudian menunjukkan video saat aku sedang digenjot Singgih.
“Gimana ya mba kalo orang di kantor mba tau?”
“Pak tolong hapus pak”
“Boleh, tapi ada syaratnya”
“Berapa pak?”
“Saya ga butuh uang tutup mulut” Ujarnya ketus.
“Terus bapak mau apa pak?”
“Mau dong nyicip body nya mba”
“Tolong jangan itu pak”
“Wah bakal rame nih mba, sekalian kali ya biar banyak ojol yang tau”
“Baik pak, tapi jangan sekarang, saya buru-buru pak”
“Wah siap-siap viral nih mbak”
“Pak saya mohon pak, malam ini saja ya pak”
“Ok kalo gitu, tapi gua butuh jaminan”
“Saya janji pak gak akan bohong”
“Ga percaya ah”
“Yauda pak, bapak mau jaminan apa pak?”
“Oke kita menepi bentar di tanah kosong sana”
Kami pun berhenti di depan sebuah tanah kosong. Di sana ada bangunan yang sudah tak terurus. Kami pun turun dan masuk ke dalam. Untuk mempercepat waktu, aku pun membuka pakaianku. Namun pak Supri menahannya.Ia menyuruhku membuka seluruh pakaian sambil berjoget. Karena diburu waktu, aku mengikuti keinginannya. Aku bergoyang perlahan membuka satu per satu kancing kemejaku. Setelah semua kancing terbuka, kubuka seluruh pakaianku. Kuletakkan pakaianku di atas tasku. Setelah itu, aku melepas celanaku mulai dari kancingnya, kemudian resleting, dan perlahan ku pelorotkan ke bawah.
Kini terpampanglah diriku yang hanya mengenakan tanktop putih dengan bra putih dibaliknya dan celana dalam berwarna putih. Setelah itu, perlahan kuangkat tanktopku. Kini, aku hanya menggunakan bra dan celana dalam berwarna putih di hadapannya. Kemudian, kulepas kait bra ku. Sambil bergoyang kulepas tali braku dari tangan kananku dan dilanjutkan tangan kiri. Terpampanglah di hadapannya 2 gunung kembar yang indah. Kulanjutkan dengan melepas celana dalamku secara cepat. Aku sudah telanjang bulat di hadapannya.
Pak Supri pun menghampiri ku. Ia merekam seluruh lekuk tubuhku. Diperlakukan seperti ini ditambah birahi kentang di keretaku membuat vaginaku basah. Tanpa kusadari, pak Supri sudah mengeluarkan penisnya. Ia pun tanpa aba-aba menahan pinggulku dan menusukkan penisnya.
“Pak jangan pak, saya bisa terlambat pak”
“Bacot lu udah nikmatin aja”
Sejujurnya aku menikmati ini. Namun aku tidak boleh terlambat. Aku pun berusaha melepaskan diri. Namun, pak Supri terus menahan pinggulku. Pak Supri pun mengangkat kedua kakiku. Aku pun terpaksa mengangkat kedua tanganku dan berpegangan pada leher pak Supri agar tidak terjatuh. Pak Supri kemudian menggendongku ke arah luar.
“Nurut ga lu? Gue bawa ke luar nih”
“Iya iya pak ampun pak”
“Gitu dong”
Pak Supri terus menggenjotku. 5 menit kemudian karena aku sudah terangsang sebelumnya dan birahi yang sudah tinggi, akhirnya aku orgasme. Tak lama berselang, pak Supri meningkatkan tempo genjotannya dan crot keluarlah spermanya di dalam vaginaku. Aku pun segera mengambil tisu dan mengelap vaginaku sementara pak Supri menyuruhku membersihkan penisnya dengan mulutku. Setelah mengelap sperma di vaginaku hingga bersih, aku pun memungut pakaianku. Namun naas, pakaianku hanya tersisa kemeja dan celana saja. Rupanya pak Supri mengambil tanktop, bra, dan celana dalamku. Aku sempat meminta dirinya mengembalikan setidaknya tanktopku, namun ia tak memberikannya.
Aku pun segera mengenakan pakaianku mengingat waktu semakin mepet. Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan ke kantor clientku. Desir angin yang masuk melalui sela-sela pakaian mengenai putingku. Kami pun tiba di kantor clientku. Pak Supri mengatakan bahwa ia akan menjemputku sepulang kerja. Ia hendak menagih janjiku dan jika tidak, ia akan menunggu di depan rumahku beserta teman-temannya. Aku pun mengiyakan.
Aku pun tiba di kantor client dan menunggu pak Parto di lobby. Kami berjanjian untuk bersama pergi menuju ruang meeting. Untungnya aku membawa blazer sehingga putingku dapat tersamarkan. Sesaat setelah sampai tadi, aku langsung ke toilet untuk memperbaiki riasanku dan memeriksa setelanku. Benar saja, putingku terlihat samar di balik kemeja putihku. Tidak lama berselang pak Parto datang dan kamipun beranjak menuju ruang meeting. Selama berjalan, ada rasa tidak nyaman di selangkanganku. Clistoris dan bibir vaginaku bergesekan dengan celanaku.
Kami pun tiba di ruang meeting dan menunggu pak Gunawan, client kami. Tidak lama berselang, pak Gunawan datang. Kami pun saling bertegur sapa dan basa-basi sebelum memulai diskusi sembari menunggu 1 orang lagi. 5 menit berselang, datanglah pak Fredy. Kini lengkaplah seluruh peserta rapat dan rapat pun dimulai. Aku pun diminta pak Parto mempresentasikan proyek ini. Aku berdiri di hadapan 3 pria paruh baya dan menjabarkan perihal proyek ini. Presentasi berjalan lancar dan sesi diskusi dimulai dan berjalan juga dengan lancar.
Tidak terasa waktu sudah pukul 11.30. Aku dan pak Parto pun pamit untuk kembali ke kantor kami. Namun, pak Gunawan dan pak Fredy mengajak kami makan bersama. Kami pun makan bersama di sebuah restoran di dekat kantor mereka. Kami makan di sebuah restoran mewah yang juga memiliki fasilitas karaoke dan biliard. Sembari menyantap makan siang, kembali kami berbincang. Kami banyak berbincang mengenai kehidupan pribadi dan kini kuketahui bahwa mereka bertiga adalah teman semasa kuliah.
Pak Gunawan adalah seorang duda yang ditinggal oleh istrinya yang meninggal 5 tahun lalu. Ia memiliki seorang anak yang kini sedang studi di luar negeri. Sementara pak Fredy, ia juga seorang duda yang diceraikan oleh istrinya 10 tahun lalu karena ketahuan selingkuh. Jika pak Gunawan hampir mirip dan sopan dengan pak Parto, pak Fredy justru berbeda. Ia seorang yang to the point. Pak Fredy kemudian mengajak kami berkaraoke. Pak Parto pun mengatakan bahwa ia tidak bisa karena ada rapat lain yang perlu ia hadiri. Namun, sebagai bentuk entertainment kepada client, pak Parto menyuruhku meneman mereka. Pak Parto juga mengizinkan aku untuk pulang sebagai imbalannya.
Akhirnya aku ditinggal dengan pak Gunawan dan pak Fredy di restoran. Kami kemudian masuk ke ruang karaoke. Ruang karaoke di sini sangat tertutup dan bahkan tak ada celah mengintip sedikit pun dari pintu. Selain itu, pintu ruangan juga dapat dikunci dan tak ada kamera cctv. Sepertinya memang karaoke ini kerap menjadi area jamuan bisnis. Entahlah aku juga tidak paham karena aku hanya pernah ke karaoke keluarga bersama temanku dahulu. Setelah masuk ruangan, pak Fredy juga telah memesan beberapa minuman dan cemilan sehingga semua pesanannya kini telah disuguhkan. Kami juga menyewa ruangan selama 2 jam. Setelah waktu sewa kami dimulai, pak Fredy mengunci pintu. Ia tidak ingin ada yang keluar masuk.
Kami pun bernyanyi dengan lagu-lagu lawas. Aku sebenarnya tidak tahu lagu-lagu yang mereka nyanyi kan, namun aku mengikuti saja alunan musik sambil menikmati cemilan. Kemudian, pak Fredy dan pak Gunawan memintaku menyanyi di hadapan mereka. Aku pun menyanyikan lagu di hadapan mereka. Di tengah nyanyianku, pak Gunawan menerima telfon mendadak dan ia harus segera kembali ke kantor dan kini tersisa aku dan pak Fredy. Kini tinggallah aku dengan seorang pria paruh baya. Kami pun bernyanyi bersama sambil duduk. Ia kemudian berusaha merangkul pundakku. Ia juga menyanyi sambil merokok. Hampir 30 menit di ruangan, aku pun berkeringat. AC ruangan tidaklah terlalu dingin. Aku yang merasa agak gerah melepas blazzer ku. Aku tak khawatir karena ruangan cukup gelap dan hanya bercahayakan monitor saja.
Semakin lama, kemeja ku semakin basah. Aku yakin jika pak Fredy menengok ke arahku, ia dapat melihat putingku yang tercetak di balik kemejaku. Semakin lama, tangan pak Fredy juga semakin turun ke pinggulku. Pada lagu berikutnya, ia pun mengajakku berdansa. Kami pun bernyanyi sambil berdansa di depan monitor. Ia tertegun melihatku. Ia mengatakan bahwa aku sangat cantik. Kemudian ia mengatakan juga bahwa tubuhku sempurna, ia juga sadar bahwa aku tak mengenakan bra. Kemudian, ia memintaku membuka kancing kemejaku dan menjanjikan bahwa jika aku melakukannya, ia akan mempertimbangkan proposal proyek dari perusahaanku.
Aku pun menurut dan membuka kancing kemejaku. Ia pun memelukku dan tangannya turun ke pantatku saat berdansa. Ia pun akhirnya menyadari bahwa aku tak mengenakan sehelai celana dalam. Kemudian ia pun meremas pantatku. Setelah itu, ia memintaku untuk telanjang. Ia mengatakan bahwa jika aku mengikuti keinginannya, proyekku akan diterima dan jika menolak, maka proposalku juga akan ia tolak. Aku takut pak Parto kecewa dan marah padaku jika sampai proyek ini gagal. Namun di sisi lain, aku juga tidak ingin memamerkan tubuhku ke orang lain lagi. Setelah mempertimbangkan segalanya, aku pun menyetujui permintaan pak Fredy dengan syarat tidak boleh ada dokumentasi. Pak Fredy kemudian memintaku untuk bergoyang di atas meja sambil bernyanyi dan membuka pakaianku. Ia memasangkan lagu dangdut dan kini aku bagaikan seorang biduan. Aku terus berlenggok sambil bernyanyi dan melepas pakaianku.
Kulepaskan kemejaku mulai dari tangan kanan terlebih dahulu. Pak Fredy terlihat bahagia dengan hiburan yang ku suguhkan. Kini, kulepas kemeja ku melalui lengan kiri. Tak ada lagi pelindung di bagian atas tubuhku. Lalu sambil bernyanyi, kubuka kancing celanaku. Setelah itu, ku buka resleting celanaku. Sambil bergoyang, perlahan celana ku pun lepas. Di tengah aksiku, pak Parto mengatakan kepadaku bahwa selain aku boleh pulang cepat hari ini, aku diperbolehkan libur selama 2 hari tanpa potong cuti karena proposal kami sudah disetujui. Rupanya pak Fredy tidak hanya bicara besar. Perlahan tapi pasti, kini aku sudah telanjang di hadapan pak Fredy.
Pak Fredy kemudian menyuruhku yang sudah telanjang bulat turun dan bernyanyi di pangkuannya. Aku pun menurutinya dan duduk di atas pangkuannya. Kemudian, sambil aku bernyanyi di atas pangkuannya, ia menciumi pipi dan leherku. Pipi dan leherku pun kini bau rokok. Setelah itu, ia berusaha mencium bibirku dan kubiarkan ia melakukannya. Sambil berciuman, ia juga menggerayangi tubuhku. Kemudian, ia melepaskan ciumannya. Ia memintaku terus bernyanyi dan ia memandangi ku yang kini menjadi biduan bugil bernyanyi menghiburnya sambil merokok.
Tiba-tiba, pintu ruangan kami diketuk. Waktu sewa kami masih tersisa 30 menit, jadi seharusnya bukan karena itu pintu kami diketuk. Pak Fredy kemudian mengatakan bahwa ia memesan rokok. Ia memintaku untuk mengambilnya. Aku ragu untuk menyetujui permintaan itu. Namun ia memaksaku dan aku pun bersembunyi di balik pintu untuk menerima rokok tersebut. Aku menengokan sedikit kepalaku dan mengeluarkan tanganku. Aku yakin si pelayan tentu dapat melihat tanganku yang tak tertutup apa pun. Ia sedikit tertegun karena ternyata, tubuhku sedikit terlihat. Setelah itu, aku langsung menutup pintu ruangan dan menguncinya kembali.
Kemudian, pak Fredy memintaku menaruh sebatang rokok di mulutnya. Sambil dipangku olehnya, ia memintaku menyalakan korek api. Setelah menyalakan rokoknya, aku bernyanyi kembali sambil menghadap dirinya. Ia kemudian memainkan payudaraku dengan tangan kanannya. Semakin lama, tangannya semakin turun ke area vaginaku yang sudah basah. Aku sangat terangsang dengan situasi ini sedari tadi. Ia pun memasukkan jarinya ke lubang vaginaku. Ia mengobok vaginaku dengan jarinya. Kini nyanyianku berubah menjadi suara desahan.
Aku sudah sangat terbawa suasana. Aku sangat menikmati permainan jarinya. Aku bahkan sudah hampir orgasme. Namun, ia mencabut jarinya. Ia kemudian menyuruhku untuk memasukkan botol air mineral ke dalam vaginaku. Botol tersebut terbuat dari kaca. Aku pun menurutinya. Ku letakkan botol di pinggir meja dan kumasukkan perlahan. Aku kemudian menaik turunkan tubuhku. Aku menimati gesekan botol tersebut di dalam vaginaku. Pal Fredy terlihat sangat menikmati show yang aku berikan. Tidak lama berselang, aku pun orgasme dan cairan vaginaku mengalir deras. Pak Fredy memindahkan diriku ke sofa. Ia mengatakan padaku bahwa ia akan mengajakku ke hotel. Ia ingin aku melayaninya di sana karena waktu sewa karaoke akan segera habis.
Bersambung….