Sebuah Keindahan Ciptaan Tuhan part10~

Kini aku sudah kembali ke rumahku. Sebuah apartemen yang kubeli atas buah hasil kerja kerasku membangun usaha yang kumiliki sekarang. Meskipun menjanda, namun aku masih nyaman hidup sendiri dan belum berpikiran untuk menjalani sebuah hubungan kembali. Untuk kebutuhan biologisku, aku tak terlalu khawatir. Meskipun kerap bersenang-senang dengan sex toy, namun kuakui sex toy masih kurang cukup bagiku. Sentuhan silikon pada dinding vaginaku tidaklah senikmat kulit penis.

Pagi ini, birahiku pun membara setelah cukup lama vaginaku menganggur. Kumainkan sex toy ku namun tak kudapatkan kenikmatan yang kuinginkan. Akhirnya, untuk mengalihkan pikiranku, aku memutuskan untuk jogging di sekitar apartemen. Tiba-tiba aku terpikir untuk melakukan sesuatu yang menantang. Aku akan jogging pagi dengan hanya mengenakan jaket ketat dengan sleting di depan dan hotpants yang sangat ketat tanpa dalaman apa pun. Jaket yang panjang membuatku terlihat seakan tak mengenakan celana.

Aku pun keluar dari unit apartemenku dan turun ke lobby. Udara pagi hari dimana matahari belum terbit sangatlah segar. Aku pun mulai jogging dengan mengelilingi area apartemenku. Setelah beberapa putaran, aku memutuskan untuk keluar dari lingkungan apartemenku dan berlari di pinggir jalan utama. Keringat yang mulai bercucuran membuat jaketku basah dan membentuk tubuhku. Tentu saja putingku terbentuk dengan jelas. Beberapa kali aku berpapasan dengan ojek online yang sedang menunggu orderan. Aku yakin mereka tentu saja mereka memandangi tubuhku yang terbentuk jelas di balik pakaian yang kukenakan.

Memikirkan tatapan penuh nafsu orang-orang membuatku ingin tampil lebih berani. Kuturunkan resleting jaketku hingga memperlihatkan belahan dadaku. Tentu saja siapa pun dapat melihat dengan jelas dadaku yang berkeringat memantul-mantul ketika aku sedang jogging. Selain itu, karena celanaku yang ketat dan basah, maka vaginaku tercetak dengan jelas. Perlahan birahiku semakin meningkat. Aku terus jogging hingga mencapai sebuah jalanan sepi di pinggir sungai. Jalanan ini biasa dipakai oleh taksi online untuk mangkal, namun pagi ini terlihat sepi dan tak ada satu pun kendaraan terparkir.

Sepinya area ini membuatku semakin berani. Kubuka seluruh resleting jaketku. Terlihatlah belahan dadaku seutuhnya dan perutku. Aku pun jogging beberapa menit dan kurasakan vaginaku basah. Selain karena keringat, gairahku yang sedang tinggi membuatku terangsang. Aku pun berhenti sejenak dan melihat sekitar. Kubuka celanaku dan kini aku hanya tertutupi oleh jaket yang kukenakan. Ku gunakan celana sebagai alas untuk duduk. Kuraba clitorisku dan kumainkan dengan penuh nafsu. Keadaan yang sepi membuatku tak mengkhawatirkan apa pun dan mendesah sepuasnya. Perlahan kumasukkan jariku ke dalam vaginaku dan kukocok perlahan.

Ketika akan mencapai orgasmeku, kulihat cahaya kendaraan dari kejauhan. Sebuah kendaraan sepertinya akan mendekat. Aku pun bangkit dan berusaha untuk melarikan diri. Sial bagiku aku melupakan celanaku. Jika saja jaket yang kukenakan tak menutupi hingga pahaku, aku pasti akan kesulitan untuk pulang. Aku pun jogging meninggalkan lokasi. Kuperhatikan, kendaraan tadi berhenti tepat dimana celanaku berada. Kulihat seseorang turun dan mengambil celanaku. Rupanya kendaraan tersebut adalah truk pengangkut sampah. Aku pun terpaksa melanjutkan jogging hanya mengenakan sepatu dan jaket yang kukenakan saja. Aku pun memutar balik untuk pulang dan berpapasan dengan kendaraan tersebut. Kulihat ada beberapa petugas kebersihan di sana. Aku yakin mereka tak terlalu dapat melihatku karena minimnya penerangan di sini. Namun, karena aku yang sedang jogging dan jaketku yang basah oleh keringat, jaketku sedikit terangkat hingga memperlihatkan sebagian pantatku. Entah apakah salah satu dari mereka ada yang melihatku atau tidak.

Kendaraan tersebut semakin menjauh dariku yang jogging berlawanan arah. Keadaan kembali sepi menyisakan diriku seorang diri. Aku yang sudah tanggung akhirnya melanjutkan aksiku. Kini dengan nekat kubuka sletingku dan kumainkan klitorisku sambil berjalan perlahan. Tak butuh waktu lama, cairan cintaku mengalir deras dan aku terdiam menikmati orgasmeku. Setelah itu, aku melanjutkan perjalananku pulang dengan tetap membiarkan bagian depan jaketku terbuka.

Perlahan matahari terbit dan seiring dengan terbitnya matahari, kututup resleting jaketku. Kondisi jalanan pun mulai berubah. Satu per satu orang mulai berkeliaran menjalani aktifitas masing-masing. Beberapa kali pula aku berpapasan dengan orang lain. Kebanyakan dari mereka melihatku dengan tatapan yang buas seakan ingin menerkamku. Bahkan beberapa dengan terang-terangan melakukan cat calling. “Wah mantep bener itu toket”, “duh enak tuh cewe diewe”, dan “itu pentil minta diisep banget, mana kaya ga pake celana lagi” adalah beberapa ucapan yang kudengar. Mendengar ucapan merendahkan tersebut membuatku horny kembali. Ingin rasanya segera sampai kamarku dan segera menuntaskan nafsuku.

Tiba di depan komplek apartemenku, tepat di depan pintu masuk, aku melihat pedagang sayur keliling. Aku pun menghampirinya untuk membeli perlengkapan perbumbuanku.

“Pagi pak”
“Pa… Pagi mba” jawabnya gugup. Rupanya resletingku lupa kututup dengan baik sehingha memperlihatkan belahan dadaku.
“Pak beli cabe 1/4, bawang 1/4, bayam seikat, tomat 1 buah”
“Oh iya” jawabnya dengan tatapan kosong.
“Kok ga disiapin pak?”
“Oh iya maaf mba, sebentar ya”
“Oh iya pak, sama ada ayam ga ya pak?”
“Ada mbak, tapi di lapak saya di sana itu, kebetulan saya memang mau ke lapak lanjut jualan di sana” ujarnya sambil menunjuk sebuah kios.
“Oh yasudah saya ikut ke sana deh pak” kami pun berjalan ke arah lapak tersebut.

Kami pun tiba di lapak pedagang sayur. Suasana di sini sangat sepi karena memang hari masih sangat pagi. Tiba-tiba aku berpikir untuk memamerkan tubuhku padanya. Birahi yang menggelora membuat sisi eksibisionisku bangkit.

“Mbak ayamnya mau 1 ekor atau gimana?”
“Filet aja pak 1/2kg”
“Oke mba, saya potong dulu”
“Iya pak” ujarku sambil berpura-pura melihat bahan. Aku pun menurunkan resleting jaketku sedikit-sedikit. Jika sebelumnya hanya sedikit belahan dada yang terlihat, kini ia pasti dapat melihat dadaku yang hampir terbuka sepenuhnya. Hanya perutku ke bawah yang tertutup saat ini.

Saat telah menyiapkan ayam yang kupesan, ia pun berbalik arah dan melihatku. Aku berpura-pura tak mengetahuinya, namun aku sangat paham bahwa ia pasti melihat dadaku.

“Bawang merah 1/4 kg 10 ribu, bawang putih 10ribu, bayam 5 ribu, tomat 2 ribu, ayam 30 ribu, ada lagi mbak?”
“Ada cumi pak?”
“Ga ada mbak, adanya dada”
“Maksudnya pak?”
“Maksudnya kalo daging sisa dada ayam mbak”
“Oh udah deh itu aja pak, totalnya 57 ribu ya pak?”
“Iya mbak”
“Eh sama terong 1 deh pak”
“Terong 3 ribu aja deh biar pas 60 ribu semua mbak”
“Gabisa 50 ribu aja pak? Uang saya cuma 50 ribu nih”
“Yah rugi dong saya mbak”
“Ayolah pak” ujarku sambil membuka seluruh resleting jaketku. Kusibakkan jaketku dan terlihatlah dengan jelas dihadapannya tubuh telanjangku.
“Aduh mbak, kalo dikasih pemandangan kaya gini mah yauda deh gapapa”
“Wah makasih ya pak”
“Tapi sering-sering ke sini ya mbak biar seger hahaha”
“Iya pak hihihi”

Aku pun keluar dari kios setelah menutup resletingku. Puas sekali rasanya telah memamerkan tubuhku. Aksiku tentu membuat vaginaku basah. Aku pun berjalan dengan cepat untuk kembali ke apartemenku agar dapat menuntaskan birahiku. Sepanjang jalan dari pintu masuk, beberapa pasang mata tak lepas melihatku. Cahaya matahari yang mulai menerangi pagi ini tentu membuat tubuhku yang tercetak jelas di balik jaket ini terlihat. Aku pun berjalan dengan cepat menuju lobby.

Tiba di lobby, aku memutuskan untuk naik tangga darurat. Aku ingin berolahraga sedikit lagi. Selain itu, unitku yang berada di lantai 5 dan lift yang masih lama jika ku tunggu membuatku memilih naik melalui tangga darurat. Setelah memasuki tangga darurat, kulihat tak ada kamera cctv di sini. Terbesit pikiran untuk melepas jaketku. Aku pun melepas jaketku. Gairahku kian memuncak. Ingin sekali rasanya ada yang menggesek vaginaku. Aku teringat oleh terong yang kubeli. Kumasukkan terong tersebut ke vaginaku yang sudah sangat becek. Aku pun mulai menaiki tangga. Gesekkan terong di vagina saat aku berjalan menaiki tangga semakin membakar birahiku. Hingga tiba di lantai 4, aku sudah tak tahan dan kumainkan terong di vaginaku.

Aku menggenjot terong tersebut dengan cepat. Aku tak lagi menahan desahan nikmatku. Aku sangat menikmati terong di vaginaku. Hingga akhirnya hanya dalam 2 menit aku pun kembali orgasme. Tubuhku kini sangat lemas. Kakiku terasa berat untuk digerakkan. Aku pun beristirahat sejenak untuk mengumpulkan tenagaku. Setelah sedikit pulih, aku pun melanjutkan menaiki tangga hingga lantai 5.

Di lantai 5, aku tak langsung mengenakan jaketku. Kubiarkan tubuh telanjangku. Aku berniat untuk keluar dan berjalan di lorong dalam keadaan telanjang. Jarak antara pintu tangga darurat dan unitku hanya terpisah 1 unit saja. Aku pun keluar ke lorong dalam keadaan telanjang bulat. Untungnya suasana masih sepi sehingga tak ada yang melihatku. Setelah mencapai unitku, ku buka pintu dan masuk ke dalam. Kurapihkan belanjaanku untuk ku olah siang ini. Kemudian aku membersihkan di
ri dan bersantai di sofa sambil menonton TV hingga tertidur.
Bersambung..