Sebuah Keindahan Ciptaan Tuhan part11~


Cukup lama aku tertidur hingga waktu telah menunjukkan sore hari. Kini aku merasa lapar. Masih dalam keadaan telanjang, aku pun bangkit dan menuju dapur. Dapurku terletak tepat setelah pintu masuk. Kemudian, aku mulai memasak dengan bahan yang kubeli pagi tadi.

Saat sedang memasak, pintu unitku diketuk. Kulihat saat ini ada seorang teknisi di balik pintu. Aku lupa bahwa kemarin aku meminta teknisi untuk datang memeriksa saklar listrik yang rusak. Aku kemudian mencari pakaian untuk kukenakan. Namun, karena akan memakan waktu jika ke kamar sementara aku tak bisa meninggalkan masakanku, akhirnya aku mengenakan jaket yang kukenakan pagi tadi. Kusleting jaket dan kubuka pintu. Ia tampak tertegun melihatku. Akibat terburu-buru, jaketku tak menutup keseluruhan, sleting jaket yang tak terlalu tertutup memperlihatkan sedikit belahan dadaku dan pahaku cukup terekspos saat ini. Aku pun mempersilahkan teknisi tadi untuk masuk.


“Permisi mbak”
“Iya silahkan pak”
“Dimana yang rusak mbak?”
“Di kamar pak”
“Saya permisi ya mbak”
“Iya pak, maaf ini tanggung kalo ditinggal takut gosong”
“Iya mbak” ujar pak Teknisi sambil berjalan ke kamar sementara aku menyelesaikan masakanku. Setelah menyelesaikan masakanku, aku pun menyusul ke kamar.
“Gimana pak?”
“Ini masih dicek mbak, saklarnya ini agak masalah”
“Oh iya pak, nama bapaknya siapa?”
“Saya Paijo mbak”
“Oh saya Indah pak”
“Mbak Indah baru di sini?”
“Iya pak, baru beberapa bulan”
“Oh pantesan saya baru lihat”
“Iya pak”
“Di sini sih aman mbak, paling ya baru tadi pagi aja ada kejadian”
“Oh iya? Ada apa tadi pagi pak?”
“Iya, di lantai 9 ada yang ditangkap, katanya ada yang sewa unit dipakai untuk jual diri. Ada tetangganya yang laporin soalnya sering ada cowo masuk beda-beda.”
“Wah gak bener banget kaya gitu”. Aku awalnya berpikir ia akan menceritakan bahwa ada yang mungkin memergoki aksiku. Namun ternyata, sesuatu yang lain.
“Iya mbak. Awalnya karena di cctv tangga darurat lantai 3 keliatan ada perempuan wara – wiri telanjang. Terus security pada ramai tadi pagi ngomongin. Kebetulan si tetangga denger, jadi dia cerita. Kalo emang bener itu orangnya, kacau sih, gak cuma jual diri tapi juga gila.”
“Iya ih bahaya itu pak, kalau ada anak kecil yang lihat bisa rusak mereka.” Aku hanya bisa terdiam. Pikiranku kacau karena khawatir jika aku ketahuan, namun semoga saja identitasku tidak diketahui.
“Betul mbak, oh iya ini udah selesai, bisa dicoba dulu mbak”
“Baik pak”
“Sama tadi saya nemu ini pas saya cek tangga darurat” ujarnya mengeluarkan sebuah terong.
“Loh kok bisa ada terong di tangga darurat pak?”
“Nah aneh juga kan, mungkin emang ada yang buang kali ya?”
“Iya kali pak, tapi parah banget buang sampah sembarangan, cuma kalo diliat juga kayanya bukan sampah karena masih bagus”
“Iya makanya bingung saya mbak, apa jangan-jangan si cewek itu kali ya?”
“Iya mungkin pak”
“Ya sudah mbak, saya permisi ya mbak”
“Iya pak, terima kasih banyak ya pak” ujarku sembari memberinya tips.
“Iya sama sama mbak, wah semangat ini saya kalo ada yang rusak di sini, udah baik, cantik pula hahaha”
“Jangan dong pak, masa barang rusak mulu hihihi”
“Biar ketemu sama mbaknya terus hahaha”
“Bisa aja bapak ini”
“Ya sudah saya permisi ya mbak”
“Iya pak Paijo”


Setelah itu, aku pun melanjutkan aktifitasku yang tertunda. Aku menyantap makanan yang ku masak tadi. Rasa lapar karena perutku yang kosong dari pagi membuatku makan dengan lahap. Setelah makan, aku pun membersihkan piring beserta cucian alat masak. Tiba-tiba saja aku teringat saat aku dipaksa pak Zainal mencuci piring dalam keadaan telanjang. Aku teringat saat payudaraku menggosok wajan kotor. Aku teringat saat payudaraku mencuci piring kotor dengan sabun cuci piring. Aku pun membawa tumpukan piring kotor ke kamar mandi.


Kutanggalkan seluruh pakaian dan mulai kusirami tubuhku dengan air. Kemudian aku menuangkan sabun cuci piring ke payudaraku. Setelah itu, ku ambil sebuah wajan kotor dan kuusapkan ke payudaraku. Pentilku pun bergesekan dengan wajan tersebut. Geli namun nikmat. Setelah itu, aku mengambil piring kotor dan kuperlakukan sama seperti wajan kotor tadi. Setelah semua piring kubersihkan, aku pun mencuci sendok, garpu, dan spatula. Namun, karena ukurannya tidak terlalu besae seperti piring, tentu aku akab kesulitan untuk menggosoknya. Akhirnya kuputuskan untuk mencuci alat makan tersebut dengan cara kuselipkan pada belahan payudaraku. Kujepit kedua payudaraku dengan tangan kiri dan kumasukkan sendok pada belahan dadaku. Setelah itu, kutarik perlahan sehingga sendok harus melewati jepitan kedua payudaraku.


Setelah semua alat memasak dan makan ku cuci, aku pun membilas semuanya dengan shower. Sambil membilas satu per satu, kembali kugosokkan semuanya ke tubuhku. Kini semua cucian piring telah bersih. Aku pun membawanya kembali ke dapur dan meletakkan pada rak piring. Kondisi tubuhku yang masih agak basah membuat lantai ikutan basah. Akhirnya, aku memutuskan untuk mengepel lantai. Namun, aku tidak ingin mengepel dengan cara biasa. Kini, ku tuangkan sabun pembersih lantai ke tubuhku. Kuratakan seperti menggunakan sabun mandi. Kemudian, aku pun merebahkan diri dalam keadaan tengkurap di lantai. Ku mulai dari kamarku. Ku bersihkan lantai dengan payudara dan perutku. Setelah itu, kulanjutkan dengan membersihkan ruang tamu juga dengan cara yang sama. Hingga di dapur, karena bagian depan tubuhku sudah kotor, akhirnya aku menggunakan punggungku untuk membersihkan lantai. Kini, tubuhku sudah kotor akibat debu lantai yang menempel pada tubuhku. Akhirnya, seluruh lantai rumahku telah bersih namun masih agak basah. Puas melihat hasil pekerjaanku, aku pun mandi untuk membersihkan diri.


Di tengah mandiku, ku dengan suara orang mengetuk pintu apartemenku. Karena ketukan pintu tak kunjung berhenti, aku pun menghentikan sementara mandiku. Aku keluar dari kamar mandi dengan hanya tertutupkan handuk. Ku intip melalui lubang pintu, rupanya ada pak Paijo. Ku buka sedikit pintuku dan kutanya maksud kedatangannya. Ia pun mengatakan bahwa ia perlu mengganti saklar listrik yang rusak tadi. Ia mengatakan bahwa yang ia lakukan hanya perbaikan sementara, sewaktu-waktu dapat rusak dan mengakibatkan arus pendek sehingga harus segera diganti. Aku pun mempercayai dirinya dan mempersilahkan dirinya masuk.


“Maaf ganggu mandinya, saya permisi ya mbak”
“Iya pak, saya lanjut mandi dulu ya pak”
“I… Iya mbak” Sepertinya ia gelagapan karena melihatku yang basah dan hanya tertutupkan oleh handuk yang tidak dapat menutupi tubuhku seutuhnya. Handukku hanya menutupi dari areola payudaraku hingga 10 cm di bawah pinggang sehingga selangkanganku pasti terlihat sedikit.


Setelah itu, aku pun kembali masuk ke kamar mandi. Sedangkan pak Paijo, ia melangkah menuju kamarku. Aku pun membersihkan seluruh tubuhku dan akhirnya selesai mandi. Namun, aku melupakan sesuatu. Aku hanya membawa handukku ke kamar mandi. Aku tak membawa satu pun pakaian. Seluruh pakaianku baik yang bersih dan kotor ada di kamar. Pak Paijo juga kini sedang berada di kamarku. Entah bisikan darimana namun tiba-tiba aku ingin memamerkan tubuhku kepadanya. Semoga saja tidak ada hal lebih yang terjadi. Aku tak ingin sembarangan berhubungan badan lagi meskipun aku sangat suka memamerkan tubuh indahku dan mendapatkan komentar nakal akan diriku.


Aku pun berjalan ke kamarku setelah mengenakan handuk untuk menutupi tubuhku. Sengaja kubiarkan tubuhku masih basah agar semakin terlihat seksi. Aku memberanikan diri berjalan di dalam apartemenku. Hingga akhirnya aku tiba di depan pintu kamarku yang tak tertutup dan membuatku terkejut. Pak Paijo ternyata sedang mengocok penisnya dengan BH dan celana dalam kotorku. Sambil mengocok penisnya dengan celana dalamku, ia menciumi BH dan celana dalamku. Melihat hal tersebut membuatku mulai ragu. Aku khawatir jika ia akan memperkosaku. Aku tak ingin kejadian dengan pak Dodi kembali terulang dimana aku hampir menjadi boneka seksnya. Namun, di satu sisi aku juga bangga bahwa tubuh indahku dan kecantikanku kembali membuat seorang pria bernafsu. Tiba-tiba saja lamunanku buyar karena pak Paijo.


“Mbak Indahhh” ujarnya sembari terkaget melihatku.
“Apa yang bapak lakukan?”
“Maaf mbak, saya khilaf mbak, tolong jangan laporkan saya mbak”
“Bapak sudah keterlaluan”
“Mbak maaf mbak, saya mohon mbak”
“Saya ga terima pak, bapak sudah keterlaluan, pergi dari sini sekarang juga pak” ujarku sambil berakting marah. Sejujurnya aku ingin memamerkan tubuhku, namun akal sehatku kali ini lebih menguasaiku.
“Mbak saya mohon mbak, saya tidak ingin kehilangan pekerjaan saya, orang tua saya sedang sakit, kakak saya di penjara, saya mohon mbak”
“Saya gak peduli pak, bapak secara gak langsung sudah melakukan pelecehan. Saya jadi takut untuk terus ada di sini. Saya minta bapak pergi sekarang juga dari sini. Saya gak peduli saklarnya sudah benar atau belum, pokoknya bapak pergi dari sini sekarang juga.”
“Baik mbak, sekali lagi saya mohon maaf mbak, saklarnya sudah saya ganti. Saya mohon sekali mbak jangan laporkan saya mbak” ujarnya sembari bersujud menggenggam kakiku dengan keadaan celananya yang belum menutup. Meskipun merasa ketakutan, penis pak Paijo kulihat masih tegak berdiri.
“Saya takut pak. Saya tolong lepaskan saya pak.” Ujarku sembari berusaha melepaskan genggamannya pada kakiku. Namun, hal tak terduga terjadi, akibat gerakanku, handuk yang tak terikat dengan benar terlepas. Kini aku telanjang bulat di hadapan pak Paijo.
“Mbak handuknya lepas, silahkan dipakai lagi mbak”
“Bapak ngapain tadi berbuat seperti itu?” Ujarku sembari memungut handukku.
“Saya khilaf mbak, tadi saya lihat mbak saat masuk, tiba-tiba nafsu saya bangkit. Terus setelah ganti saklar, ga lihat sengaja pakaian dalam mbak Indah. Karena sudah sangat lama tak melampiaskan hasrat seksual setelah ditinggal istri saya yang meninggal, saya jadi berbuat bodoh mbak.”
“Bangun pak, lepaskan kaki saya” ujarku sambil berusaha memperbaiki handukku. Aku yakin ia sempat melihat tubuhku yang tak tertutup apa pun.
“Saya mohon maaf mbak”
“Duduk sana di sofa sekarang juga”
“Baik mbak”


Kami pun keluar dari kamar. Ku pungut pakaian dalamku yang ia jadikan objek pelampiasannya. Pak Paijo pun duduk di sofa sementara aku berdiri di hadapannya.


“Ok pak, saya akan maafkan bapak, tapi saya minta bapak pegang ini” ujarku sembari memberikannya dalamanku tadi.
“Terima kasih mbak, ini untuk apa mbak?”
“Ulangi apa yang bapak lakukan tadi”
“Tapi mbak..”
“Cepat atau saya laporkan”
“Baik mbak” ujarnya sambil mengambil pakaian dalamku. Diulangnya apa yang ia lakukan tadi. Dimana ia membungkus penisnya dengan CD ku sembari menciumi BH dan CD ku. Tanpa ia sadari, aku merekam dan memfoto dirinya sebagai jaminan jika ia berani macam-macam.
“Baik saya sudah foto bapak. Saya akan simpan ini sebagai jaminan jika bapak berani macam-macam”
“Baik mbak, saya janji gak akan macam-macam.”
“Ok bagus, sekarang lanjutkan apa yang bapak lakukan tadi. Lanjutkan ngocok sambil bapak ceritakan lanjutan yang tadi.”
“Maksudnya gimana mbak?”
“Udah cepet ngocok lagi sambil cerita lagi”
“Baik mbak, jadi istri saya beberapa bulan yang lalu baru aja meninggal, dia sakit semenjak kakak saya masuk penjara. Singkat cerita ternyata dia selingkuh sama kakak saya. Oh iya, kakak saya dulu ojek online. Dia dipenjara karena tertangkap sedang telanjang bersama teman-temannya di hotel. Setelah tahu Kasus kakak saya, orang tua saya sakit, istri saya juga jadi pemurung.”
“Ya ampun, ternyata selama ini istri bapak selingkuh sama kakaknya bapak?” Ujarku. Entah mengapa cerita tersebut tak asing di telingaku. Aku teringat Dodi dan kawanannya. Entah apakah semua ini hanya kebetulan saja mirip atau tidak.
“Iya mbak… Sejujurnya hati dan hidup saya hancur banget… Cuma karena demi berbakti kepada orangtua saya, saya harus bangkit…” Ujarnya sambil tetap mengocok penisnya.
“Yang sabar ya pak, pasti berat apa yang bapak hadapi, tapi tolong jangan berbuat seperti tadi pak.”
“Iyaa… Mbakk… Maaf…”
“Kali ini saya maafkan, tapi bapak jangan macam-macam.”
“Iyaaa… Mbakk…”
“Ya udah pak, keluarin biar cepet selesai”
“Iyaa… Mbakkk…” Ujarnya sembari terus mengocok penisnya.
“Saya bantu bapak, tapi bapak ga boleh minta lebih mau?”
“Mau mbak…”
“Oke diam di sofa ya pak” ujarku sembari melepas handukku. Kini aku telanjang bulat di hadapannya.
“Ohhh… Mbakkk… Badan mbak bagus banget… Ahhh…. Pengen saya entot rasanya…”
“Terus kocok pak semangat” ujarku sambil menghampirinya. Aku melepaskan seluruh pakaiannya. Kini kami sama sama telanjang bulat.
“Ahhh… Mbak… Saya pengen entotin mbak…”
“Ingat pak janjinya jangan minta lebih” ujarku sembari berdiri bugil di hadapannya. Untuk membuatnya kian bernafsu, aku pun memainkan clitorisku karena sejujurnya aku sendiri mulai bergairah.
“Ahhh… Mbak…”
“Ayooo…. Pakkk… Ahhhh… Terus kocok pak…”
“Iyaaa… Ahhh… Mbak….”


Kami pun terus bermasturbasi bersama. Vaginaku sudah sangat basah. Aku sangat bergairah akibat dari melihat seseorang bermasturbasi karena melihatku sedang telanjang. Selain itu, aku juga semakin bernafsu karena dapat memamerkan tubuhku kepada seorang pria. Aku pun terus memainkan vaginaku. Hingga akhirnya “crrrtt crrrttt crrrttt” keluarlah cairan cintaku hingga membasahi lantai. Aku pun hampir terjatuh karena lemas akibat dari kenikmatan yang ku peroleh. Sementara saat kulihat pak Paijo, ia seperti menahan orgasmenya. Kulihat, ia sangat tertegun melihatku yang orgasme. Setelah itu, kulihat ia melanjutkan onaninya.


“Mbak… Cakeo banget… Mantep banget… Pengen gue ewe terus sampe pingsan… Ahhh…” Racaunya.
“Hihihi silahkan membayangkan pak…”
“Ahhh… Bangsat… Gue ewe lu…” Ujarnya sembari berusaha bangkit menuju ke arahku.
“Ingat pak, jangan macam-macam”
“Ohhh… Maaf mbak… Saya… Ahhh… Ga akan… Macam-macam… Cuma pengen… Keluarin… Peju di atas mbak…”
“Eh apppp…”
“Crot crot crot crot crot” pak Paijo menembakkan spermanya di seluruh tubuhku yang sedang dalam posisi berlutut.
“Iihhhh saya kan habis mandi. Sekarang harus mandi lagi dong”
“Ahhh… Maaf mbak… Saya ga tahan… Enak banget…”
“Hihihi dasar duda lapuk”
“Makasih banyak ya mbak, saya juga mohon maaf mbak” ujarnya sembari berusaha membantu membersihkan tubuhku.
“Sama sama pak, cukup jadi rahasia kita, dan jika bapak macam-macam, saya ga akan segan untuk laporkan bapak, jika ada yang tau semuanya, saya juga akan laporkan bapak, ingat itu”
“Iya mbak, saya akan jaga dan rahasiakan semuanya.”
“Bagus, sekarang pergi dari sini pak.”
“Iya mbak. Pakaian saya mana ya mbak?”
“Itu depan pintu” ujarku. Kulihat penis pak Paijo masih tegak berdiri.
“Oh iya mbak”
“Eh tunggu pak, itu kok masih keras aja? Bukannya biasanya lemes kalo udah ejakulasi?”
“Oh punya saya emang kalo habis keluar bisa tetap keras sampe 15 menit, makanya dulu sama istri saya bisa berkali-kali keluar. Ini juga yang bikin saya bingung, padahal saya bisa memuaskan dia di ranjang, tetapi kenapa dia malah pilih selingkuh ya”
“Loh emang alasan selingkuhnya gatau pak?”
“Engga mbak, makanya saya stres dan bingung, saya sama kakak saya jauh lebih baik saya dalam apa pun, tapi kok bisa dia selingkuh dengan kakak saya sendiri”
“Yang sabar ya pak”
“Iya mbak, terima kasih, kalau gitu saya permisi ya mbak”
“Gapapa itu masih keras gitu pak?”
“Biarin aja mbak, ntar juga lemas sendiri kok mbak”


Sejujurnya melihat penisnya yang masih tegak membuat gairahku kembali bangkit. Namun, aku harus menahan birahiku. Aku tak ingin sembarangan penis kembali memasuki tubuhku. Tiba-tiba timbul ide isengku. Aku berpura-pura menarik pak Paijo. Melihat ajakanku ia menurutiku. Aku mengocok penisnya perlahan untuk membangkitkan gairahnya. Ia pun mengikuti layaknya hewan ternak. Kututup matanya dengan BH ku yang ia ambil. Kemudian aku menuntunnya berjalan. Hingga akhirnya mencapai tujuanku, aku bergegas membuka pintu, menarik BH ku, dan mendorongnya keluar. Aku membiarkan dirinya telanjang di lorong apartemenku. Kemudian aku mengunci pintu unitku. Tak kuberikan pakaiannya sebagai pembalasan atas perbuatannya. Kulihat ia pun panik dan berusaha bersembunyi karena terdengar suara langkah kaki. Aku pun meninggalkan pintu unitku dan kurapihkan semua pakaian dalamku. Tak lupa kubungkus pakaian pak Paijo dalam plastik. Benar saja, tak lama berselang terdengar teriakan.


Pak Paijo yang panik berusaha untuk masuk tangga darurat. Namun, pintu darurat pada lantai ini tak dapat dibuka dari lorong. Kulihat ia berlari ke arah pintu darurat lain untuk bersembunyi. Saat ini banyak penghuni apartemen tidak di tempat sehingga pak Paijo berhasil kabur. Melihat hal tersebut, aku mengenakan pakaianku. Ku bawa pakaian pak Paijo dan aku keluar menaiki lift ke lantai 6. Kemudian, aku membuka bungkusanku dan ku geletakan pakaian pak Paijo di depan tangga darurat lantai 5. Setelah itu, aku pun meninggalkan lokasi dan keluar kemudian menuju ke arah lift. Aku pun berpura-pura kembali ke lift dan turun ke lobby untuk ke minimarket.


Saat aku naik kembali, situasi di lantai 5 cukup ramai. Sepertinya ada yang melaporkan pak Paijo. Akhirnya, seluruh sudut lantai 5 pun ditelusuri hingga akhirnya beberapa satpam masuk tangga darurat tempat pak Paijo bersembunyi dan tempat pakaiannya berada. Tak berselang lama, seorang satpam keluar dari tangga darurat membawa pakaian pak Paijo dan beberapa menyeret pak Paijo. Pak Paijo pun akhirnya dibawa ke pihak berwajib dan menerima hukuman atas perbuatannya. Meskipun sempat mengelak, namun tak seorang pun mempercayai dirinya dan kini ia mendekam di sel tahanan.
​Bersambung…