Sebuah Keindahan Ciptaan Tuhan part16~

Part 16. NATUAL ADVENTURE

Aku terbangun di pagi hari setelah melewati malam yang mendebarkan dan menyenangkan. Kubuka kedua mata dan kini aku sedang berada di atas kasurku. Kuperhatikan sekitar nampaknya hari sudah pagi. Kulihat hp ku dan benar saja waktu menunjukkan pukul 12 siang. Aku pun beranjak keluar dan ku tak dapati ibuku. Sepertinya ia sudah berangkat menuju sawah. Aku menyesal bangun kesiangan. Padahal aku sudah berjanji akan membantu ibu sebelumnya. Aku pun pergi ke kamar mandi dan membersihkan diri. Kususul ibuku ke sawah karena sedang tak ingin seorang diri di rumah.

Sesampainya di sawah, aku melihat ibu sedang bersantai menikmati santap siang bersama sesama petani lainnya. Aku pun menghampiri mereka dan ikut bergabung. Para petani di sini menanyakan kabarku. Kami pun berbincang ngalor ngidul hingga tak terasa waktu sudah sore hari. Mereka pun pulang. Ibu mengajakku untuk pulang, namun aku menolaknya. Aku ingin berjalan-jalan dahulu. Aku dan ibu pun berpisah. Aku berjalan ke arah hutan. Aku ingin ke air terjun yang ada di dekat sini.

Aku berjalan masuk ke arah hutan yang mulai gelap karena sudah sore hari. Aku terus berjalan hingga akhirnya bertemu dengan sungai. Aku hanya perlu berjalan ke arah hulu sungai sekitar 15 menit. Sejuknya alam membuatku merasa segar. Udara segar yang ku hirup sangat berbeda dengan di ibukota. Hal ini membuatku bersemangat untuk terus berjalan menuju tujuanku.

Namun, indahnya alam yang masih natural ini membuatku ingin bersatu dengannya. Kulepas kaos yang kukenakan. Kulanjutkan dengan melepas celanaku. Kini aku hanya mengenakan sandal dan pakaian dalam saja. Saat akan menaruh pakaianku, aku bingung akan taruh dimana karena tidak mungkin kutaruh di tanah. Karena tak ada pilihan lain, akhirnya aku putuskan untuk membungkus seluruh pakaianku dengan kaosku saja. Aku lanjutkan dengan melepas braku. Kini aku sudah topless di pinggir sungai. Udara sejuk pun mengenai payudaraku. Kulepaskan kain penutup terakhir pada tubuhku dan kini aku telah bersatu dengan alam tanpa penghalang apa pun. Kumasukkan dan kubungkus celana dan pakaian dalamku di dalam kaos. Kulepaskan sandalku dan kujadikan alas untuk menaruh kaosku.

Aku pun berjalan ke arah hulu setelah meninggalkan seluruh pakaianku. Barang berharga seperti ponsel dan dompet kutinggalkan di rumah. Tak ada satu pun penghalang yang menutupi kulitku saat ini. Beberapa kali juga tanpa sengaja kerikil terinjak olehku. Namun, kerikil tersebut tak terasa menyakitkan sama sekali. Telanjang di alam bebas seperti ini membuatku tak merasakan rasa sakit. Perasaan yang muncul justru rasa bahagia. Aku juga tak begitu khawatir akan ada yang melihatku karena hari yang sudah sore. Udara sejuk menyentuh langsung tubuhku. Nyaman sekali rasanya telanjang di alam yang masih asri ini.

Aku terus berjalan hingga akhirnya mencapai air terjun. Air terjun tersebut tidaklah terlalu tinggi. Mungkin sekitar 2-3 meter saja. Tanpa pikir panjang aku pun melompat dan berenang di bawah air terjun. Aku merendamkan diriku di sana. Air yang sangat jernih dan dingin membuatku tak ingin keluar dari sana. Aku melihat beberapa ikan di sana. Sungguh berbeda sekali sungai di sini dengan di kota. Sungai di sini sangat jernih.


Bosan bermain di air, aku pun duduk pinggir sungai. Birahiku sudah bangkit sejak bertelanjang tadi. Sepanjang jalan pun selangkanganku sudah lembab. Aku pun mulai meremas payudaraku. Aku mainkan jari di puting kananku. Setelah itu, kumainkan jariku di vaginaku. Kugesekkan jariku di sana. Kumasukkan jari manis dan jari tengahku ke dalam vaginaku. Kukocok jariku di sana. Terasa jariku dijepit vaginaku. Tak butuh waktu lama aku pun mencapai orgasmeku. Cairan cintaku menyembur dengan deras ke sungai. Aku pun lemas dan tergeletak di pinggir sungai.

Saat sedang bersantai mengumpulkan tenaga, aku mendengar suara orang berjalan. Aku yang terkejut menyeburkan diri kembali ke sungai. Bingung kemana harus bersembunyi, aku berlari ke arah air terjun. Aku takut ketahuan karena telanjang seorang diri sedangkan pakaianku terletak jauh dariku. Aku bersembunyi di balik air terjun. Ada sedikit celah di sana dan aku bersembunyi di sana. Aku hanya bisa berjongkok di sana dengan kondisi tubuhku harus terendam dan celah sedikit untuk kepalaku agar bisa bernafas.

Tak lama kemudian, muncul 2 orang petani. Mereka sepertinya habis bekerja di ladang. Baju mereka kotor akibat lumpur dan mereka membawa cangkul. Kaki dan lengan mereka pun penuh dengan lumpur. Mereka kemudian mencuci cangkul mereka. Aku hanya bisa bersembunyi sambil berharap mereka tak melihatku. Aku terdiam berjongkok di sini. Beberapa kali gelembung dari air terjun mengenai puting payudaraku. Putingku juga beberapa kali juga bergesekan dengan ikan yang berenang. Bahkan vaginaku pun beberapa kali tersentuh ikan. Birahiku pun bangkit. Aku hanya bisa menahan birahiku.

Aku ingin segera keluar dari sini agar dapat menuntaskan birahiku. Sulit rasanya bergerak di tempatku saat ini. Namun mereka tak kunjung pergi dari sini. Kutaksir umur mereka sekitar awal 50an tahun. Setelah selesai mencuci cangkul mereka, mereka pun beranjak dari sungai. Kukira mereka akan pergi, namun aku salah. Mereka membuka pakaian mereka hingga telanjang. Kedua pria tersebut kemudian kembali menyemplungkan diri mereka. Mereka membersihkan diri mereka di sungai. Tubuh mereka yang terbiasa bekerja keras sangat kekar. Aku terkejut melihat penis mereka yang sangat besar. Melihat itu birahiku semakin tinggi. Perlahan kumainkan kembali jariku di vaginaku.

Tak lama kemudian, salah satu dari mereka bergerak ke arahku. Ia mandi di bawah air terjun untuk membersihkan diri. Aku hanya bisa berharap ia tak melihatku. Derasnya air terjun membuatnya tak dapat melihatku. Namun, karena ia mandi menghadapku, kini penisnya berada di depanku. Ingin rasanya kukulum penis tersebut namun aku urungkan niat tersebut. Aku yang hanya berdiam diri seperti patung terkejut. Penisnya mengeluarkan air kencing yang tepat mengarah ke wajahku. Akibatnya, aku pun mengeluarkan suara karena merasa jijik. Pria yang mengencingiku sepertinya mengetahui keberadaanku.

Ia pun masuk ke balik air terjun. Kini terekspos lah diriku yang sedang bersembunyi di sini. Ia kemudian menarikku keluar. Ia jambak rambutku dan melemparku keluar dari persembunyianku. Kini tubuh telanjangku terlihat oleh 2 pria tersebut.

“Jo, liat nih yang gue temuin” ujar pak Yono.
“Apaan no?” Ujar pak Paijo.
“Ada bidadari nih, selendangnya aja ga ada” ujar Yono.
“Wah cakep amat ya ini, ga boleh dibiarin gitu aja nih” ujar Paijo.
“Tolong lepaskan saya pak” ujarku.
“Lu ngapain bugil di sini?” Ujar Paijo.
“Tadi saya lagi mandi pak, terus karena denger ada orang ke sini, saya ngumpet” ujarku.
“Bohong lu, pengen ngintip kan?” Ujar Yono.
“Beneran pak” ujarku.
“Yauda kepalang tanggung, puasin kita dulu mumpung kita minta baik-baik, atau kita perkosa lu terus kita arak lu keliling kampung” ujar Paijo.
“Iya pak, tapi mohon lepaskan saya setelah itu pak” ujarku yang ketakutan akan diarak keliling kampung.

Mereka pun kemudian bergerak mendekatiku. Mereka menyuruhku berdiri. Pak Yono mulai menciumiku sementara pak Paijo memainkan payudaraku dari belakang. Kubalas ciuman pak Yono dan perlahan kusentuh penis 2 pria tersebut. Akal sehat dan birahiku memiliki pikiran yang sama. Akal sehatku berkata daripada melawan dan diperkosa, lebih baik kunikmati saja permainan ini sedangkan birahiku ingin sekali rasanya dituntaskan dengan penis mereka. Pak Yono kemudian memainkan jarinya di vaginaku sambil menghisap puting payudaraku, sedangkan kini aku berciuman dengan pak Paijo yang berada di belakangku. Dirangsang seperti ini membuat birahiku semakin tinggi. Aku berusaha menyentuh penis mereka namun mereka menahannya. Mereka ingin memuaskanku dahulu sebelum menikmati tubuhku.

Pak Yono kemudian melumat vaginaku, sedangkan pak Paijo pergi meninggalkan kami. Selain menjilati bibir vagina dan clitorisku, pak Yono juga memainkan jarinya di dalam vaginaku. Nikmat sekali rasanya hingga aku memejamkan mataku karena sangat menikmati permainan pak Yono. Tiba-tiba rangsangan yang kuterima bertambah. Aku merasakan putingku dihisap-hisap. Aku pun menggeliat akibat rangsangan yang kuterima. Aku mendengar suara tertawa pak Paijo. Kubuka mataku, dan aku terkejut. Rupanya, ia mengambil ikan dan mengarahkan ikan tersebut ke putingku. Ikan tersebut pun menghisap-hisap putingku. Akhirnya aku pun orgasme dan cairan cintaku muncrat dengan derasnya. Melihat hal tersebut, pak Paijo dan pak Yono tertawa terbahak-bahak.

Setelah membiarkanku menikmati orgasme, mereka kembali mendekatiku. Mereka mengarahkan penis mereka dan aku tahu apa yang harus kulakukan. Kukulum 2 penis perkasa di hadapanku. Kuhisap dan kusedot bergantian kedua penis tersebut. Hanya sebentar saja pak Paijo pun berpindah posisi untuk menusuk vaginaku. Sementara pak Yono duduk di batu melihat kami. Pak Paijo memasukkan penisnya yang tegak perkasa ke vaginaku. Dengan ritme perlahan ia gerakkan penisnya di dalam vaginaku. Setelah beberapa saat, ia naikkan ritmenya. Suara desahanku kini meramaikan suasana hutan yang sepi. Pak Paijo juga tak membiarkan payudaraku. Ia mainkan putingku dan membuat birahiku bangkit kembali. Semakin lama permainan seks kami semakin panas. Suara desahan dan air terjun mewarnai area ini.

Setelah 2 kali aku kembali orgasme karena permainan pak Paijo, pak Paijo pun mengeluarkan spermanya di wajahku. Ia kemudian menyuruhku meratakan spermanya di wajahku. Setelah itu, ia pun duduk santai mengumpulkan tenaga, dan kini giliran pak Yono menikmati tubuhku. Penis pak Yono sudah tertidur kembali karena lama menunggu aku dan pak Paijo. Saat aku menghampirinya, ia menyuruhku membersihkan wajah dahulu. Aku pun mencuci sperma di wajahku dengan air di sungai. Setelah bersih, pak Yono kembali memintaku mengulum penisnya.

“Yon, gue duluan ya, nunggu lu lama, lu kan lebih lama kalo ngewe dibanding gue”
“Hahaha bisa aja lu Jo, yauda hati hati sana”
“Mbak Indah, kapan kapan lagi ya hahaha”

Aku hanya mengangguk saja. Aku hanya berharap semoga mereka tak mengenali asal usulku. Aku terus melanjutkan kulumanku di penis pak Yono. Aku terpikir, saat melayani pak Paijo saja membutuhkan waktu sekitar setengah jam, bagaimana dengan pak Yono yang katanya lebih kuat. Bisa jadi matahari terbenam saat aku selesai melayaninya. Aku hanya khawatir dengan jalanku menuju pakaianku. Aku takut kesulitan mencari pakaianku. Saat aku sedang berpikir, pak Yono menusuk penisnya semakin dalam di mulutku hingga penisnya masuk seluruhnya.

Beberapa menit deepthroat, ia mencabut penisnya sementara aku merasa sedikit mual. Ia arahkan penisnya ke vaginaku dan tanpa basa basi langsung mempenetrasiku. Tanpa ampun ia menyodok vaginaku. Kembali desahanku keluar karena kenikmatan yang kurasakan di vaginaku. Pak Yono ternyata memang perkasa. Tak hanya penisnya besar, panjang, dan keras, tapi permainannya pun sangat luar biasa. Tak hanya menghujamkan penisnya di vaginaku, tangan kanannya memainkan payudaraku, sedangkan tangan kirinya mengelus lubang analku. Bahkan akibat ulahnya aku pun langsung orgasme. Ia pun menghentikan gerakan penisnya di vaginaku untuk membiarkanku orgasme.

Setelah orgasmeku berakhir, pak Yono berbisik kepadaku dan mengatakan bahwa ia akan memberikan kenikmatan yang menyiksaku. Alu tak paham dan tak peduli apa maksudnya. Ia kembali melakukan penetrasi di vaginaku. Ia juga kembali memainkan jemarinya. Aku pun menggeliat dan kembali mendesah. Apa pun yang ia lakukan pada tubuhku membuat gairah seksualku tak pernah padam. Kenikmatan seperti ini lah yang sudah lama sangat kuinginkan. Hampir saja aku mengatakan bahwa aku bersedia menjadi boneka seks untuknya.

Puas bercinta dalam keadaan berdiri, ia pun duduk di bibir sungai. Ia menyuruhku naik ke pangkuannya. Aku yang memahami maksudnya mengambil posisi cowgirl. Kunaik turunkan pinggulku agar penisnya terus bergesekkan dengan dinding vaginaku. Melihat payudaraku yang bergerak naik turun membuatnya semakin bernafsu. Ia lumat payudaraku. Lidahnya menjilati areola dan putingku.

Tak butuh waktu lama hingga akhirnya aku pun orgasme. Ini orgasme pertama ku pada permainan cintaku dengan pak Yono. Jika kulihat, aku bisa katakan ia memang perkasa. Aku merasa puncak birahi pak Yono masih sangatlah jauh. Aku pun melemas karena sudah beberapa kali orgasme. Tubuhku ambruk memeluk pak Yono. Setelah orgasmeku mereda, aku yang sudah kehabisan tenaga tak dibiarkan begitu saja oleh pak Yono. Ia menggerakkan pinggulku.

Aku yang sudah kehabisan tenaga hanya bisa pasrah dan menikmati permainan pak Yono. Harus kuakui pak Yono sangatlah hebat dalam berhubungan seks. Beberapa kali kami berganti posisi seks dan aku selalu orgasme setiap berganti posisi. Tubuhku sudah sangat lemas akibat orgasme berkali-kali. Bahkan untuk sekedar membalas ciuman pak Yono saja aku sudah tak sanggup. Hingga akhirnya aku merasakan pak Yono akan mengeluarkan spermanya. Ia sepertinya ingin berejakulasi di dalam vaginaku. Aku yang sudah sangat lemas hanya bisa pasrah. Selain itu, aku pun kembali orgasme. Akibat orgasme tersebut, aku pun kehilangan kesadaran.

Ketika aku terbangun, langit sudah hampir gelap. Matahari sudah mulai terbenam. Aku masin dalam posisi tertidur di pinggir air terjun. Aku melihat sekitar dan kulihat pak Yono sedang duduk bersantai menikmati rokok dan sudah berpakaian.

“Eh sudah bangun mba Indah?”
“Iya pak, berapa lama saya pingsan pak?”
“30 menitan mba”
“Lama juga ya pak, lemas banget saya rasanya pak, terima kasih ya pak sudah jagain saya”
“Sama sama mba, justru yang terima kasih udah dikasih nyicipin tubuh mba Indah, nagih banget rasanya mba”
“Bisa aja bapak”
“Beneran mba, mba Indah bikin ketagihan hahaha, semoga kapan-kapan bisa lagi”
“Hahaha bisa aja bapak”

Pak Yono pun membantuku berdiri. Pak Yono pun bertanya dimana pakaianku. Aku pun menceritakan kepada pak Yono bahwa pakaianku ada di dekat sini dan ia tak perlu khawatir. Aku tak ingin ia mengetahui bahwa aku sengaja jalan bertelanjang bulat di hutan ini. Kami pun berpisah. Pak Yono berjalan ke arah hutan sementara aku beralasan ingin membersihkan diri terlebih dahulu. kubersihkan tubuh dan vaginaku dari sperma sisa pertempuran kelaminku dengan pak Yono dan pak Paijo. Setelah membersihkan diri, aku pun berjalan menyisiri sungai untuk kembali ke tempat pakaianku.

Aku cukup kedinginan sepanjang perjalanan. Tubuhku yang basah setelah membersihkan diri tak dapat kukeringkan. Udara di sini memang sejuk karena hutan yang belum terjamah. Aku pun terus berjalan menuju tempatku menyimpan pakaian. Namun naas bagiku, ketika aku mencapai tempatku menyembunyikan pakaian, pakaianku raib. Tak satupun tersisa termasuk sandalku. Aku berusaha mencari di sekitar namun tak kutemukan sama sekali. Sulit bagiku untuk pulang dalam keadaan seperti ini. Aku harus melewati persawahan terlebih dahulu setelah keluar dari hutan. Setelah itu, aku harus berjalan melewati beberapa rumah sebelum mencapai rumahku. Menuju halaman belakang rumahku memang terbuka, namun pada waktu seperti ini tetanggaku biasanya sedang memasak di halaman belakang mereka. Namun, tak ada waktu untuk ragu. Semakin malam akan semakin gelap dan jalan semakin tak terlihat. Akhirnya aku putuskan untuk berjalan dahulu sambil terus memperhatikan kondisi sekitar.

Rasa dingin terus menusuk hingga tulangku. Tak ada yang dapat menghangatkan tubuhku karena ketelanjanganku. Aku pun mencapai area persawahan. Aku teruskan berjalan hingga mendekati area pemukiman. Area persawahan sangat terbuka sehingga samar-samar orang pasti bisa melihatku. Aku pun harus berjalan cepat agat tak ketahuan. Tak mungkin aku berlari karena suara lariku pasti akan terdengar. Mendekati area pemukiman, aku melihat lampu kendaraan. Aku yang masih berada di area persawahan bingung harus bersembunyi dimana. Akhirnya kuputuskan untuk tengkurap di sawah agar setidaknya tubuhku tak terlihat.

Kendaraan lewat tak kunjung berhenti. Aku pun terus menjaga posisiku agat tak nampak oleh siapa pun. Hingga akhirnya aku merasakan sesuatu bergerak di kakiku. Benda tersebut sangatlah licin. Dengan cepat benda tersebut bergerak di antara kedua kakiku. Benda licin tersebut kemudian dengan cepat masuk ke dalam vaginaku. Aku sangat kaget. Kubalik tubuhku dalam posisi telentang dan kulihat seekor belut masuk ke dalam vaginaku. Ia bergerak menggeliat di sana. Entah kenapa gerakan belut tersebut justru membuat gairahku kembali bangkit. Aku pun menikmatinya dan tanpa sadar mendesah perlahan.

Saat sedang menikmati gesekkan di vaginaku, aku melihat situasi jalanan yang sudah sepi. Aku dilema. Haruskan aku menuntaskan birahiku atau kembali berjalan agar sampai di rumah karena aku takut ibuku khawatir. Akhirnya kuputuskan untuk terus berjalan pulang namun tak kulepaskan belut yang masih menggeliat di vaginaku. Sambil berjalan kupilin putingku dengan jariku. Belut tersebut tak kunjung diam sehingga aku dapat berjalan sambil menikmati gesekkan di vaginaku. Untungnya sepanjang jalan tak ada seorang pun. Bahkan tak ada seorangpun yang bersantai di depan rumahnya.

Tiba di depan rumahku, kondisi rumahku sudah terang. Aku pun berputar menuju pintu belakang. Untungnya handukku sedang terjemur di jemuran. Namun, sebelum mengambil handuk aku keluar masukkan belut di vaginaku hingga akhirnya aku mencapai orgasme di halaman belakang rumahku. Puas dengan orgasmeku, aku mencabut belut tersebut. Kulempar belut tadi ke got. Aku ambil handukku dan masuk ke dalam kamar mandi. Aku pun membersihkan diri.

Setelah mandi, aku pun masuk ke dalam rumah. Ibu kulihat sedang menyiapkan makan malam. Ia bertanya aku habis darimana dan aku katakan bahwa aku habis jalan-jalan, kemudian karena sempat kepleset saat berjalan pulang hinggat tercebur ke sawah, aku pun langsung mandi. Mendengar alasanku ibu tak curiga sama sekali. Aku pun masuk ke kamar untuk kembali berpakaian. Setelah berpakaian, aku pun keluar kamar untuk menyantap makan malam bersama ibuku.

Menjelang pukul 10 malam, ibu sudah masuk ke kamar untuk beristirahat. Ibuku memang terbiasa tidur cepat. Aku yang belum mengantuk memutuskan untuk menonton TV sejenak. Hingga tak lama berselang, terdengar suara ketukan di pintu rumahku. Aku mengintip dari balik jendela dan kulihat wajah yang tak asing. Orang tersebut adalah pak Yono.​
Bersambung…