Part 17. Night’s out
Aku membuka pintu dan kutemui pak Yono. Saat itu aku hanya mengenakan daster sepanjang lutut tanpa apa pun dibaliknya. Kulihat wajah pak Yono terkejut melihatku keluar dari balik pintu. Daster ketat ini membentuk tubuhku dengan jelas. Aku sendiri tak peduli karena pak Yono sudah sempat menikmati tubuhku. Lebih tepatnya memberikan diriku kenikmatan yang tak terlupakan hingga aku sempat tak sadarkan diri.
“Ada apa pak?” Ujarku membuyarkan lamunannya.
“Eh maaf mba Indah, mba Indah tinggal di sini?”
“Iya pak”
“Oh baru tahu saya, ibu ada mba?”
“Ibu tidur pak, sepertinya kelelahan, ada apa ya pak?”
“Bisa dibangunkan ga ya?”
“Baru aja tidur pak, kenapa ya pak?”
“Ga ada apa apa kok mba, cuma ada yang ingin dibicarakan dengan ibu”
“Oh bisa ke saya saja pak, nanti saya sampaikan ke ibu”
“Jadi gini, ibu kan ambil belanjaan di tempat saya, nah ini sudah waktunya bayar, tadi sih ibu bilang mau bayar malam ini, tapi kalo memang sudah tidur, tolong sampaikan besok dibayar ya mba”
“Oh iya pak, memang berapa jumlahnya pak?”
“300 ribu mba”
“Oh yauda pak, duduk dulu, saya ambilkan uangnya, mau minum apa pak?”
“Ga usah repot mba, saya juga cuma sebentar kok, mau pergi lagi belanja ke pasar”
“Jauh pak pasarnya?”
“Lumayan mba, sekitar 1 jam perjalanan mba”
“Boleh saya ikut pak?”
“Boleh dong mba Indah”
“Ya sudah sebentar ya pak, saya ambil uangnya dulu”
Aku pun masuk ke dalam. Pak Yono duduk di teras halaman rumahku. Aku ambil uang untuk membayar pak Yono dan belanja di pasar. Aku pun mengenakan jaket yang cukup tebal. Aku malas mengganti pakaianku bahkan mengenakan pakaian dalam. Jaket ini cukup tebal sehingga putingku dapat tersamarkan. Aku tinggalkan HPku karena baterainya habis. Aku pun pergi keluar dan menghampiri pak Yono. Kuberikan uang pelunasan hutang ibuku kepadanya. Aku pun mengunci pintu. Setelah itu, aku naik ke mobil bak pak Yono yang terparkir tepat di depan rumah ibuku.
“Saya ga nyangka ternyata mba Indah tinggal di sini” ujar pak Yono.
“Iya pak, saya sudah lama juga tidak pulang”
“Iya, saya juga baru 2 tahun tinggal di kampung ini, makanya tidak tahu kalo itu rumah mba Indah”
“Iya pak, ngomong-ngomong, bapak bawa apa di belakang?”
“Itu hasil panen kebun saya, jadi sebagian saya jual di pasar, sisanya istri saya yang jual di rumah”
“Oh ini ke pasar sekalian belanja buat apa pak?”
“Biasa mba buat keperluan sehari-hari, oh iya mba, makasih banget ya sore tadi, nikmat banget, kalah jauh istri saya mba”
“Bisa aja bapak”
“Tapi mba berani banget ya, berkeliaran bugil gitu, mana bukannya berontak pas diperkosa, justru malah nikmatin”
“Ya daripada saya kenapa-napa pak, mending yauda nikmatin saja, hitung-hitung bagi rejeki hihi”
“Nakal kamu mba, yauda bugil lagi berani ga mba?”
“Emangnya ga puas pak?”
“Mana ada puasnya sih nikmatin tubuh mba Indah hahaha”
“Duh malu ah pak”
“Ga usah malu mba, saya udah liat semua juga mba”
“Saya lepas jaket aja deh ya pak”
“Lepas semua dong mba”
Aku dilema. Jujur, seks dengan pak Yono sangat berkesan bagiku. Aku sangat menikmati sekali hubungan badan kami sore tadi. Aku yang terbawa suasana dan rayuannya akhirnya melepas seluruh pakaianku. Aku bertelanjang bulat di samping pak Yono yang mengemudikan mobil. Melihatku telanjang bulat, pak Yono tersenyum senang. Tampak wajahnya menunjukkan kebahagiaan melihatku yang tak mengenakan apa pun. Sepanjang perjalanan menuju pasar, ia tak henti menggerayangi tubuhku yang tertutup apa pun.
Kami pun tiba di pasar. Pak Yono pun memarkirkan mobilnya di depan sebuah kios. Ia menyuruhku berpakaian namun jangan dahulu turun dan tetap berada di dalam mobil. Pak Yono pun dari mobil, sementara aku mengenakan pakaianku. Pak Yono menghampiri kios tersebut dan tak lama berselang, ia pun menurunkan muatan dari bak mobilnya. Aku pun kegerahan dan keringat mengucur deras di tubuhku. Dasterku pun basah dan menempel ketat di tubuhku. Bentuk tubuhku tentu tercetak dengan jelas. Untung saja tak lama berselang, pak Yono sudah kembali ke kemudi mobil.
“Loh mba Indah basah banget bajunya”
“Iya gerah habisnya pak”
“Yauda mba saya pindahin mobil, habis itu kita turun mba”
“Oh iya pak”
Pak Yono pun memindahkan parkirnya. Ia tak dapat meninggalkan mobilnya di sana karena pemilik kios akan menerima kiriman barang lain sehingga mobil pak Yono harus dipindahkan untuk memudahkan penurunan barang. Setelah mobil terparkir sempurna, pak Yono mengajakku turun. Namun, ia melarangku mengenakan jaketku. Aku sempat protes, namun ia menahan jaketku. Akhirnya, aku pun menurutinya dan turun hanya dengan mengenakan dasterku yang sudah sangat basah.
Kami pun masuk ke dalam pasar. Pak Yono pun mengatakan bahwa ia akan membeli sayuran dahulu. Aku pun menemaninya. Kami pun berkeliling pasar. Banyak mata yang memandangi tubuhku. Beberapa kali tubuhku tersentuh oleh orang lain. Bahkan ada yang sengaja menghimpit tubuhku sambil menggerayangi tubuhku. Aku pun terpisah dengan pak Yono. Aku bingung harus bagaimana. Aku merasa telanjang seorang diri di antara banyak orang. Aku pun berusaha mencari jalan keluar untuk menuju mobil pak Yono. Aku melihat pintu keluar yang cukup sepi. Aku pun berusaha keluar lewat sana. Aku tak mungkin keluar melalui pintu tempatku masuk karena tak ingin menjadi pusat perhatian.
Mendekati pintu tersebut, suasana semakin sepi. Tak kulihat seorang pun di sana. Bahkan cenderung gelap. Aku pun mulai ragu. Aku takut terjadi hal yang tak diinginkan. Dihadapkan dengan pilihan seperti ini, aku pun berbalik badan menuju pintu tempatku masuk. Namun, saat aku akan berjalan menjauh dari tempat tersebut, aku merasakan tarikan dari belakang. Tanpa sempat menoleh, aku diseret menuju sisi sepi pasar. Aku dibawa keluar area pasar ke dalam sebuah kios yang gelap.
Aku lihat ada 3 orang pria di sana. Mereka sepertinya kuli panggul yang bekerja di sana. Badan ketiganya cukup kekar. Tak satu pun dari mereka berperut bunci. Ketiganya memang sudah bertelanjang dada saat aku di sana. Aku berusaha untuk berontak dan melarikan diri. Namun, salah satu pria tersebut berhasil menahanku. Tenagaku sangatlah tak sebanding dengan mereka. Mereka pun serentak menggerayangi tubuhku. Tangan mereka menelusup masuk ke dalam pakaianku. Mereka gerayangi seluruh tubuhku. Dengan paksa mereka terus menahanku. Dua orang memegangi tanganku sambil meremas payudaraku. Sementara satu pria lagi berusaha menelanjangiku.
Tak butuh waktu lama dengan paksa mereka berhasil melepas dasterku yang merupakan satu-satunya penutup tubuhku. Aku berusaha untuk berontak namun mereka mengancam bahwa seluruh orang di pasar akan ikut memperkosaku. Aku pun bergidik ngeri. Kini tubuh telanjangku terpampanh di hadapan mereka. Dasterku telah hancur tak berbentuk disobek oleh mereka. Aku tak tahu bagaimana caraku pulang ataupun menuju mobil pak Yono nanti. Aku juga tak tahu dimana pak Yono, satu satunya harapan yang bisa menyelamatkanku.
Tanpa henti ketiga pria tersebut terus menggerayangi tubuhku. Secara bergantian mereka mengocok vaginaku dengan jari mereka. Entah setan apa yang membuatku mulai menikmati rangsangan ini. Perlahan vaginaku mulai basah. Kulihat mereka mulai tersenyum melihat vaginaku yang mulai basah.
“Hahaha nikmatin juga lu lonte” ujar pria A.
“Iya tuh kayanya mulai keenakan” ujar pria B.
“Ini lonte kayanya emang gampang sange” ujar pria C.
“Kayanya yang begini dipake sepasar juga ga bakal puas dia” ujar pria A.
“Eh lonte, sepong kontol gue buruan” paksa pria B sambil mengarahkan kepalaku ke penisnya.
“Gue mau pake boolnya ah, kayanya sempit nih” sambung pria C.
Tak butuh waktu lama aku sudah dalam posisi membungkuk. Mulutku telah dijejali penis pria B. Sedangkan pria C dengan paksa berusaha menusuk anusku. Aku berusaha untuk memohon agar jangan dianusku, namun suaraku tak keluar karena mulutku dijejali oleh penis pria B. Pria A kemudian datang dan memintaku mengocok penisnya. Pria C berhasil menusuk anusku yang kering dan aku pun merasakan kesakitan yang luar biasa. Tanpa basa basi pria C juga mulai mempenetrasi anusku yang baru sembuh. Aku takut luka yang baru sembuh di sana akan kembali kambuh.
10 menit berlalu, pria C merebahkan dirinya tanpa melepas penisnya di lubang anusku. Kini aku berada di atas pria C dengan posisi membelakanginya. Melihat vaginaku yang terbuka, pria B langsung memasukkan penisnya ke sana, sedangkan pria A menusuk penisnya ke dalam mulutku. Setelah sekian lama, kembali aku dipenetrasi pada 3 lubangku sekaligus. Aku hanya pasrah dan berusaha menikmati permainan mereka. Namun, anusku membuatku tak bisa merasakan kenikmatan sama sekali. Rasa sakit di sana sangat luar biasa. Bahkan hanya beberapa menit berselang aku mulai kehilangan kesadaran diri.
POV ketiga
“Yah dia pingsan” ujar pria A.
“Biarin aja dah” jawab pria B.
“Lu pada enak lobangnya tetep bisa dipake, lah gue, kalo dia pingsan gini mulutnya kan kagak maen” ujar pria A.
“Hahaha sabar aja yak, ntar gantian deh” ujar pria C.
Ketiga pria tersebut tanpa ampun terus bergilir bergantian mempenetrasi tubuh Indah yang tak berdaya. Beberapa kali mereka bergantian posisi. Menjelang pukul 3 pagi, mereka pun berejakulasi bergantian di vagina Indah. Puas menikmati tubuh Indah, mereka pun pergi dari kios kosong tersebut. Mereka membiarkan begitu saja tubuh Indah yang tak tertutup apa pun dengan lelehan sperma pada vaginanya.
Di sudut lain pasar, pak Yono yang sudah ingin pulang mulai mencari Indah. Ia berputar di sekeliling pasar namun tak juga menemukannya. Mulai khawatir, ia pun mencoba mencari Indah di area pasar yang sepi. Ia melihat satu per satu kios kosong. Benar saja tak butuh waktu lama, ia berhasil menemukan tubuh Indah yang tergeletak tak sadarkan diri. Ia berusaha membangunkan Indah. Namun, Indah tak kunjung sadarkan diri. Ia melihat lelehan sperma dari vagina Indah. Ia juga melihat sobekan pakaian yang Indah kenakan sebelumnya. Ia pun menyimpulkan bahwa Indah telah diperkosa hingga tak sadarkan diri.
POV Indah
Aku terbangun dalam keadaan diriku berada dalam pelukan pak Yono. Pak Yono kulihat tampak panik. Ia terlihat mengkhatirkanku yang tak sadarkan diri.
“Pak saya gapapa, kita pulang ya pak” ujarku.
“Iya mbak, mbak maaf ya tadi kita terpisah, saya jadi ga bisa lindungi mbak”
“Iya pak gapapa pak, yang penting kita pulang dulu pak”
“Iya mbak, mbak tunggu sini ya, saya ambil mobil dulu”
“Tapi saya takut pak ditinggal sendirian”
“Iya mba, tapi di dalam ramai, lewat luar juga tidak aman, baiknya mbak tunggu di sini sambil sembunyi”
“Tapi pak, saya takut”
“Yauda gini aja, mbak pake jaket saya, harusnya nutupin sampai pantat mba, mba kuat untuk jalan?”
“Iya pak, saya kuatin pak”
“Oke mba, ini jaket saya”
Kukenakan jaket pak Yono. Jaket tersebut cukup menutupi hingga sebagian pahaku. Namun, jika berjalan samar akan terlihat pahaku yang mulus. Kami pun masuk ke area pasar dan melewati area yang tak terlalu ramai. Beberapa pria melihatku seakan ingin menelanjangiku. Bahkan tak sedikit yang menggoda dengan ucapan “berapa nih sekali crot”, “binal amat yak”, “pengen gue kawinin ga”. Cemoohan mereka kuhiraukan. Aku tak ingin menjadi pusat perhatian. Kami pun tiba dengan selamat di mobil pak Yono.
Sampai di mobil, ku kembalikan jaket pak Yono. Aku kenakan jaketku yang ditinggal di sana. Pak Yono pun menjalankan mobilnya. Pak Yono pun bertanya kepadaku mengapa aku bisa sampai tak sadarkan diri dan berakhir diperkosa. Kuceritakan mulai dari sejak aku terpisah hingga akhirnya tersasar dan berakhir diperkosa hingga tak sadarkan diri. Mendengar ceritaku, kulihat penis pak Yono mengeras. Aku pun tergoda dengan penis pak Yono. Entah mengapa sehabis diperkosa bukannya trauma justru aku ingin menikmati penis pak Yono yang berhasil memberikanku kenikmatan yang menghilangkan kesadaran.
Kulepaskan jaketku dan kini aku bertelanjang di sampingnya. Ku elus penisnya dari luar celana. Perlahan kubuka resleting celananya. Ku elus kepala penisnya yang mulai keluar melalui celah resletingnya. Kulihat wajahnya mulai keenakan. Kugoda kembali dirinya dengan kujilati kepala penisnya.
“Duh mba, habis diperkosa sampe pingsan, masih ga puas?”
“Justru saya ga ngerasain kenikmatan, beda sama penis bapak yang bikin saya pingsan keenakan”
“Dasar kamu nakal mba Indah”
Pak Yono pun menurunkan kecepatannya. Ia khawatir jika ngebut akan berbahaya karena penisnya sedang merasakan kenikmatan. Aku pun tak henti menjilati kepala penisnya. Kujilati lubang penisnya terus menerus sambil sesekali menelan kepala penisnya. Tiba-tiba, pak Yono menghentikan mobilnya. Mobil pak Yono dihentikan beberapa anak jalanan. Mereka memaksa pak Yono mengantar mereka dan mengancam akan menghabisi pak Yono jika melawan. Awalnya mereka tak menyadari keberadaanku. Namun, saat mereka berusaha menarik pak Yono yang berusaha menolak, mereka mengancam akan berteriak agar aksi kami diketahui banyak orang. Pak Yono pun akhirnya hanya bisa mengalah.
“Antar kita ke simpang, dan lonte ini harus ada di bak mobil, kalo ga kita habisin lu berdua” ujar seorang anak jalanan yang sepertinya jagoan di antara mereka.
“Tapi tujuan saya beda” jawab pak Yono.
“Bodo amat, anter kita atau kalian berdua mati?”
“Iya mas” ujar pak Yono ketakutan.
Mereka pun mulai naik ke bak belakang. Sementara aku mereka sandera bersama mereka di bak mobil. Kini aku bertelanjang di hadapan 10 anak jalanan di bak mobil pak Yono. Mereka menyuruhku berjoget di sana. Aku menolaknya, namun mereka mulai menampar pipiku karena menolak. Aku yang takut mereka akan berbuat lebih kasar akhirnya hanya bisa menurut. Aku cukup kesulitan bergoyang karena kondisi mobil yang bergerak di jalan yang tak rata. Sambil aku bergoyang mereka mulai mengeluarkan penis mereka dan mengocok penis mereka. Kulihat penis si jagoan yang paling besar.
“Gue yang pake duluan ini perek, habis itu silahkan kalian gilir habis gue”
Mereka pun mulai memegangi tubuhku. Setiap kaki dan lenganku dipegang oleh satu orang dan kini aku berada di posisi seperti huruf X. Si pemimpin alias jagoan pun mulai mempenetrasi vaginaku yang basah saat tadi tergoda penis pak Yono. Sebuah sensasi baru kurasakan saat ini. Bercinta di alam terbuka di atas sebuah kendaraan yang bergerak. Aku pun mulai mendesah kenikmatan karena sensasi baru ini. Aku sangat menikmati setiap penetasi yang terjadi di vaginaku. Seakan aku menjadi tontonan setiap orang yang kami lewati.
Namun, saat aku sedang keenakan, penetrasi di vaginaku terhenti. Aku merasakan penis si jagoan menyemburkan cairannya di dalam vaginaku. Ia pun mencabut penisnya dan mempersilahkan teman-temannya menggilirku. Kulihat si jagoan pun terdiam lemas bahkan mulai tertidur. Sementara kesembilan orang lainnya mulai menggilirku secara bergantian. Mereka sempat mengatakan bahwa penis bos mereka memang besar namun lemah. Mereka pun membuktikan omongan mereka. Mereka lebih baik dalam hal seks. Selain itu, mereka sengaja maju satu per satu. Setiap mereka akan orgasme, mereka menarik penis mereka dan berganti posisi. Berbagai posisi mereka lakukan padaku. Terbukti aku beberapa kali orgasme selama perjalanan. Beberapa kali mobil pak Yono juga berpapasan dengan kendaraan lain. Aku tak peduli apakah ada yang melihat aksi kami. Bahkan aku tak malu untuk mendesah menikmati kenikmatan yang kurasakan.
Tepat mencapai tujuan mereka, sepuluh anak jalanan telah ejakulasi setelah menikmati tubuhku. Mereka memandikanku dengan sperma mereka. Pak Yono melihat kondisiku yang acak-acakan penuh sperma. Pak Yono sempat berusaha memindahkan tubuhku. Namun, aku menolaknya. Aku masih ingin berada di bak mobil ini dalam keadaan telanjang bermandikan sperma. Aku juga kehabisan tenagaku akibat pingsan sebelumnya dan orgasme berkali-kali setelah melayani para anak jalanan tadi. Aku tak sanggup untuk bergerak dan ia pun menutup tubuhku dengan terpal agar tak terlihat dari kendaraan lain. Namun, sepanjang perjalanan terpal tersebut kubuka. Beberapa kali mobil pak Yono membalap truk dan tentunya supir truk dapat melihatku yang telanjang dengan jelas. Aku menggodanya dengan sengaja. Kumainkan clitoris dan payudaraku. Ia melihatku dengan tatapan penuh nafsu. Untungnya mobil pak Yono dapat melaju lebih cepat sehingga sang supir tak dapat terus melihatku. Beberapa kali kejadian serupa terjadi. Puas rasanya memamerkan tubuhku yang penuh sperma ke para supir truk.
Akhirnya kami pun tiba di rumahku. Pak Yono membantu membopongku sampai pintu rumah. Pak Yono sebenarnya ingin menikmati tubuhku. Namun, ia kasihan melihat keadaanku. Aku pun masuk ke dalam rumah. Ku ambil handuk dan membersihkan tubuhku. Aku pun tidur karena sudah kelelahan setelah sehari semalaman disiksa dan diberikan kenikmatan.
Bersambung…