Buku Harian Lina

Namaku Lina. Sejak aku kuliah semester awal, aku telah memutuskan untuk mengenakan busana Muslimah termasuk mengenakan Jilbab yang menutupi Kepalaku. Meski demikian pakaian tersebut tak mampu menutupi lekuk liku tubuhku yang indah. Terutama pada bagian dada 34C ku yang memang sangat menonjol itu.

Jika pada umumnya wanita lain mengenakan busana muslimah dengan ukuran longgar, aku memilih mengenakan pakaian yang ketat hingga membentuk tubuhku dengan jelas. Jika pada umumnya wanita lain mengenakan Jilbab yang panjang hingga sampai ke perut, aku justru memilih Jilbab pendek yang bahkan tidak sampai menutupi dadaku. Karena terus terang saja, aku memang sangat bangga pada bentuk dadaku yang besar, montok menggelayut indah. Jika mengenakan BH yang tepat, dipadu dengan baju yang ketat, maka akan terlihat menonjol dan menantang sekali.

Pacarku sangat tergila-gila pada bentuk dadaku. Setiap kali kami bertemu, pasti disempatkannya untuk mencumbu dadaku. Sementara kedoyananku pada kontol bermula ketika aku masih duduk di bangku SMA. Saat itu aku hanya berani menyentuh kontol pacarku saja. Menyentuh, mengelus-elus. Tidak lebih dari itu.

Lagipula ketika SMA itu pacarku memang tidak pernah menuntut lebih. Dia sudah cukup keenakan hanya dengan kusentuh-sentuh saja. Bahkan seringkali aku hanya menyentuh kontolnya dari luar celananya.

Namun semuanya berubah ketika aku mulai kuliah di Jakarta. Perkenalanku dengan cowok-cowok Jakarta yang ternyata penuh pengalaman membuat hidupku berubah.

Sejak pertama kali pacarku meminta aku mengisap kontolnya, aku langsung suka . Dan sejak itu aku jadi wanita berjilbab yang doyan kontol.

part 1

sebuah permulaan

Pagi ini hangatnya mentari yang menerobos jendela kamarku membuatku terbangun dari tidurku yang lelap setelah semalam memekku luluh lantak dijilat pacarku.

Masih terbayang bagaimana lidahnya menari-nari di dalam memekku. Masih terbayang juga bagaimana kontolnya memenuhi rongga mulutku sampai muncrat dengan derasnya di dalam mulutku. Saking derasnya sampai-sampai tumpah meleleh membasahi leherku.

Malas-malasan kusingkirkan selimut yang menutupi tubuh telanjangku. Kubiarkan angin menerpa tubuh mulusku. Sambil tanganku meraba-raba bulu memekku yang tipis, aku membayangkan kembali kejadian-kejadian di masa lalu saat pertama kali aku mengenal kontol.


Saat itu aku masih kelas 3 SMA. Sebenarnya saat itu aku belum boleh pacaran. Tapi mana bisa aku tahan. Maka dengan diam-diam aku tetap menjalin hubungan dengan teman sekelasku.

Ceritanya waktu itu aku janjian dengan pacarku mau nonton film di bioskop. Sekitar jam 6.30 sore aku bergegas pergi tanpa pamit.
Sesampai di bioskop pacarku menyambut dengan senyum lebarnya. Langsung digandengnya tanganku menuju teater 3 karena pertunjukan sudah hampir dimulai.
Ternyata da memilih tempat duduk paling belakang dan paling ujung. Benar-benar tempat yang strategis dan aman untuk pacaran. Kami pun langsung duduk manis di pojok bioskop ini.

Belum lagi pertunjukan dimulai, tangannya sudah mulai bergerilya meraba-raba pahaku yang terbungkus rok longgar dengan potongan agak pendek. Perlahan dia menyentuh lututku yang tidak tertutup rok. Padahal lampu bioskop belum dimatikan. Tapi kudiamkan saja perbuatannya itu. Karena kulihat di barisan tempat kami duduk tidak ada penonton lain. Jadi bisa dipastikan tidak ada yang melihat gerakan jemarinya di lututku.

Mungkin karena merasa tidak ada penolakan dariku membuat jemarinya semakin berani. Perlahan jari-jemarinya bergerak ke atas menggeser rokku hingga sedikit tersingkap. Bulu kudukku lamgsung meremang menerima serangan seperti ini.

Ini adalah pengalaman pertama aku di raba-raba seperti ini. Biasanya pacarku hanya berani menggandeng dan menggenggam tanganku saja. Kejadian ini benar-benar pengalaman pertama buatku.

Perlahan jemari di atas pahaku semakin bergerak ke atas. Perasaan aneh menyelimuti diriku. Geli… tapi nikmat. Hingga akhirnya rokku benar-benar tersingkap sampai atas. Dan celana dalamku pun terpampang dengan jelasnya sementara lampu bioskop masih terang benderang. Sejenak ada terbersit rasa takut ketahuan. Tapi rasa nikmat mengalahkan pikiran sehatku. maka kubiarkan saja jemari kasar itu terus bermain-main di atas pahaku. bahkan kemudian kurasakan jemarinya mulai menyentuh belahan memekku dari luar celana dalam.

Aku tersentak nikmat. Rasa nikmat yang belum pernah kurasakan.

Sedang kunikmati gesekan jemarinya di belahan memekku, tiba-tiba lampu padam. Ah, pertunjukan akan dimulai.

Aku tidak perduli lagi dengan keadaan sekitar. Langsung kurengkuh wajah pacarku ini. Kucium bibirnya penuh nafsu. Lidahku bermain-main di rongga mulutnya. Saling membelit, melilit, menjilat-jilat dengan liar. Padahal ini adalah ciuman pertama bagiku. Aku hanya mengikuti naluri nafsuku saja.

Menerima perlakuanku yang penuh nafsu itu membuat dia bertambah semangat. Jemarinya langsung menerobos celana dalamku. Dan akupun terpekik pelan saat kurasakan jemarinya menyentuh memekku secara langsung. Perlahan dibukanya belahan memekku sambil mencari-cari klitorisku. Dan saat benda kecil itu tersentuh, sungguh rasanya seperti melayang ke langit ke tujuh. Luar biasa nikmatnya. Jika saja aku sedang tidak di dalam bioskop, aku pasti sudah berteriak histeris penuh nikmat.
Saat kurasakan tangan pacarku agak terhambat celana dalam, tanpa ragu-ragu segera kupelorotkan celana dalamku dan kuletakkan celana dalamku itu di kursi sebelah. Lalu kubentangkan kakiku lebar-lebar agar memekku bebas terhidang dengan lezatnya. Dengan demikian jemari nikmat itu semakin mudah mengobok-obok memekku yang sudah banjir bandang.

“Aaaaah… gosok terus, sayaaang…” aku mengerang perlahan takut terdengar penonton lain. kugoyang-goyangkan pinggulku agar jemarinya menyentuh itilku. Setiap kali itilku tersentuh, rasanya seperti ada ribuan jemari yang menggelitik sekujur tubuhku.

Nikmaaaaaat… Oooooh…!!!

Tak cukup sampai disitu, segera kubuka kancing-kancing kemejaku. Kubuka semuanya sampai tubuh bagian depanku terbuka bebas. Lalu kubuka kancing BH ku dari belakang. Tak ayal kedua payudaraku yang berukuran extra itu langsung melompat mencari udara segar.

Kubuka BH-ku lewat kedua lenganku dan kuletakkan di kursi sebelah bersama CD-ku yang sudah nangkring duluan. Kini dadaku terpampang dengan indah. Lalu kuremas-remas sendiri mengimbangi gerak jemari pacarku yang masih asik bermain-main di memekku.

Tak lama kurasakan ada sesuatu yang mendesak akan meledak dari dalam tubuhku. Seluruh otot ditubuhku mengejang. Terutama otot memek. Beberapa kedutan kurasakan dengan rasa nikmat yang tak terkira. “Aaaaaaaah… sayaaaaanggg… enak bangeeeeet…”

Masih tersisa beberapa kedutan lagi sampai akhirnya tubuhku lemas tak berdaya. Rasanya bagaikan tulang-tulang di seluruh tubuh ku di lepas satu per satu.
Namaku Lina. Sejak aku kuliah semester awal, aku telah memutuskan untuk mengenakan busana Muslimah termasuk mengenakan Jilbab yang menutupi Kepalaku. Meski demikian pakaian tersebut tak mampu menutupi lekuk liku tubuhku yang indah. Terutama pada bagian dada 34C ku yang memang sangat menonjol itu.

Jika pada umumnya wanita lain mengenakan busana muslimah dengan ukuran longgar, aku memilih mengenakan pakaian yang ketat hingga membentuk tubuhku dengan jelas. Jika pada umumnya wanita lain mengenakan Jilbab yang panjang hingga sampai ke perut, aku justru memilih Jilbab pendek yang bahkan tidak sampai menutupi dadaku. Karena terus terang saja, aku memang sangat bangga pada bentuk dadaku yang besar, montok menggelayut indah. Jika mengenakan BH yang tepat, dipadu dengan baju yang ketat, maka akan terlihat menonjol dan menantang sekali.

Pacarku sangat tergila-gila pada bentuk dadaku. Setiap kali kami bertemu, pasti disempatkannya untuk mencumbu dadaku. Sementara kedoyananku pada kontol bermula ketika aku masih duduk di bangku SMA. Saat itu aku hanya berani menyentuh kontol pacarku saja. Menyentuh, mengelus-elus. Tidak lebih dari itu.

Lagipula ketika SMA itu pacarku memang tidak pernah menuntut lebih. Dia sudah cukup keenakan hanya dengan kusentuh-sentuh saja. Bahkan seringkali aku hanya menyentuh kontolnya dari luar celananya.

Namun semuanya berubah ketika aku mulai kuliah di Jakarta. Perkenalanku dengan cowok-cowok Jakarta yang ternyata penuh pengalaman membuat hidupku berubah.

Sejak pertama kali pacarku meminta aku mengisap kontolnya, aku langsung suka . Dan sejak itu aku jadi wanita berjilbab yang doyan kontol.


Sebuah Permulaan

Pagi ini hangatnya mentari yang menerobos jendela kamarku membuatku terbangun dari tidurku yang lelap setelah semalam memekku luluh lantak dijilat pacarku.

Masih terbayang bagaimana lidahnya menari-nari di dalam memekku. Masih terbayang juga bagaimana kontolnya memenuhi rongga mulutku sampai muncrat dengan derasnya di dalam mulutku. Saking derasnya sampai-sampai tumpah meleleh membasahi leherku.

Malas-malasan kusingkirkan selimut yang menutupi tubuh telanjangku. Kubiarkan angin menerpa tubuh mulusku. Sambil tanganku meraba-raba bulu memekku yang tipis, aku membayangkan kembali kejadian-kejadian di masa lalu saat pertama kali aku mengenal kontol.


Saat itu aku masih kelas 3 SMA. Sebenarnya saat itu aku belum boleh pacaran. Tapi mana bisa aku tahan. Maka dengan diam-diam aku tetap menjalin hubungan dengan teman sekelasku.

Ceritanya waktu itu aku janjian dengan pacarku mau nonton film di bioskop. Sekitar jam 6.30 sore aku bergegas pergi tanpa pamit.

Sesampai di bioskop pacarku menyambut dengan senyum lebarnya. Langsung digandengnya tanganku menuju teater 3 karena pertunjukan sudah hampir dimulai.

Ternyata da memilih tempat duduk paling belakang dan paling ujung. Benar-benar tempat yang strategis dan aman untuk pacaran. Kami pun langsung duduk manis di pojok bioskop ini.

Belum lagi pertunjukan dimulai, tangannya sudah mulai bergerilya meraba-raba pahaku yang terbungkus rok longgar dengan potongan agak pendek. Perlahan dia menyentuh lututku yang tidak tertutup rok. Padahal lampu bioskop belum dimatikan. Tapi kudiamkan saja perbuatannya itu. Karena kulihat di barisan tempat kami duduk tidak ada penonton lain. Jadi bisa dipastikan tidak ada yang melihat gerakan jemarinya di lututku.

Mungkin karena merasa tidak ada penolakan dariku membuat jemarinya semakin berani. Perlahan jari-jemarinya bergerak ke atas menggeser rokku hingga sedikit tersingkap. Bulu kudukku lamgsung meremang menerima serangan seperti ini.

Ini adalah pengalaman pertama aku di raba-raba seperti ini. Biasanya pacarku hanya berani menggandeng dan menggenggam tanganku saja. Kejadian ini benar-benar pengalaman pertama buatku.

Perlahan jemari di atas pahaku semakin bergerak ke atas. Perasaan aneh menyelimuti diriku. Geli… tapi nikmat. Hingga akhirnya rokku benar-benar tersingkap sampai atas. Dan celana dalamku pun terpampang dengan jelasnya sementara lampu bioskop masih terang benderang. Sejenak ada terbersit rasa takut ketahuan. Tapi rasa nikmat mengalahkan pikiran sehatku. maka kubiarkan saja jemari kasar itu terus bermain-main di atas pahaku. bahkan kemudian kurasakan jemarinya mulai menyentuh belahan memekku dari luar celana dalam.

Aku tersentak nikmat. Rasa nikmat yang belum pernah kurasakan.

Sedang kunikmati gesekan jemarinya di belahan memekku, tiba-tiba lampu padam. Ah, pertunjukan akan dimulai.

Aku tidak perduli lagi dengan keadaan sekitar. Langsung kurengkuh wajah pacarku ini. Kucium bibirnya penuh nafsu. Lidahku bermain-main di rongga mulutnya. Saling membelit, melilit, menjilat-jilat dengan liar. Padahal ini adalah ciuman pertama bagiku. Aku hanya mengikuti naluri nafsuku saja.

Menerima perlakuanku yang penuh nafsu itu membuat dia bertambah semangat. Jemarinya langsung menerobos celana dalamku. Dan akupun terpekik pelan saat kurasakan jemarinya menyentuh memekku secara langsung. Perlahan dibukanya belahan memekku sambil mencari-cari klitorisku. Dan saat benda kecil itu tersentuh, sungguh rasanya seperti melayang ke langit ke tujuh. Luar biasa nikmatnya. Jika saja aku sedang tidak di dalam bioskop, aku pasti sudah berteriak histeris penuh nikmat.

Saat kurasakan tangan pacarku agak terhambat celana dalam, tanpa ragu-ragu segera kupelorotkan celana dalamku dan kuletakkan celana dalamku itu di kursi sebelah. Lalu kubentangkan kakiku lebar-lebar agar memekku bebas terhidang dengan lezatnya. Dengan demikian jemari nikmat itu semakin mudah mengobok-obok memekku yang sudah banjir bandang.

“Aaaaah… gosok terus, sayaaang…” aku mengerang perlahan takut terdengar penonton lain. kugoyang-goyangkan pinggulku agar jemarinya menyentuh itilku. Setiap kali itilku tersentuh, rasanya seperti ada ribuan jemari yang menggelitik sekujur tubuhku.

Nikmaaaaaat… Oooooh…!!!

Tak cukup sampai disitu, segera kubuka kancing-kancing kemejaku. Kubuka semuanya sampai tubuh bagian depanku terbuka bebas. Lalu kubuka kancing BH ku dari belakang. Tak ayal kedua payudaraku yang berukuran extra itu langsung melompat mencari udara segar.

Kubuka BH-ku lewat kedua lenganku dan kuletakkan di kursi sebelah bersama CD-ku yang sudah nangkring duluan. Kini dadaku terpampang dengan indah. Lalu kuremas-remas sendiri mengimbangi gerak jemari pacarku yang masih asik bermain-main di memekku.

Tak lama kurasakan ada sesuatu yang mendesak akan meledak dari dalam tubuhku. Seluruh otot ditubuhku mengejang. Terutama otot memek. Beberapa kedutan kurasakan dengan rasa nikmat yang tak terkira. “Aaaaaaaah… sayaaaaanggg… enak bangeeeeet…”

Masih tersisa beberapa kedutan lagi sampai akhirnya tubuhku lemas tak berdaya. Rasanya bagaikan tulang-tulang di seluruh tubuh ku di lepas satu per satu.

Aku masih terbuai dengan rasa nikmat yang tiada tara saat kurasakan puting dadaku ada yang mencium. Oooh… nikmat itu datang lagi. Lalu pacarku berbisik lembut di telingaku. “Lin, gantian pegang kontolku donk…”

Aku hanya mengangguk sambil menjawab “Iya…” dengan perlahan. Dalam hatiku muncul rasa penasaran seperti apa bentuk kontol itu sebenarnya.

Dengan agak terburu-buru kekasihku menurunkan celana berikut celana dalamnya sampai sebatas lutut. Dan terlihat lah benda bulat panjang yang mengacung dengan gagahnya.

Agak ragu kusentuh benda yang katanya bisa bikin enak memek itu.

Melihat aku ragu-ragu, pacarku langsung menyambar tanganku dan membimbingnya untuk menggenggam kontol besar itu. Baru sekali itu aku melihat langsung kontol yang sedang ngaceng. Karena belum mengerti harus bagaimana, aku hanya mengelus-elus perlahan sambil kubolak-balik memperhatikan bentuknya.

Sedang seru-serunya menggenggam kontol, tiba-tiba lampu menyala terang benderang. Aku panik bukan main. Buru-buru kukancingkan bajuku tanpa sempat memakai BH. Bahkan celana dalam pun belum sempat kukenakan.

Jadilah aku pulang dengan tanpa BH tanpa celana dalam…


Ancol Kenangan

Selepas SMA, aku melanjutkan kuliah ke Jakarta di sebuah perguruan tinggi yang lokasinya dekat dengan Ancol. Disaat kuliah inilah aku memutuskan untuk memakai busana muslim lengkap dengan Jilbab yang menutupi kepalaku.

Di bulan ketiga aku kuliah, aku berkenalan dengan seorang cowok dari fakultas teknik. Wajahnya lumayan ganteng, tubuh atletis karena memang dia rajin berolah raga. Dadanya bidang tegap dengan bongkahan pantatnya yang membulat bikin ngences. Doni benar-benar punya bentuk tubuh yang sangat menjanjikan.

Kencan pertama kami pergi nonton di bilangan Kelapa Gading. Saat film dimulai, Doni mulai menggenggam jemariku. Kemudian dia mencium jemariku. Aku menunggu dengan berdebar langkah berikutnya.

Tapi ternyata serangannya hanya sampai di situ saja. Hingga film usai, dia hanya menciumi jemariku tidak lebih. Ah, padahal aku ingin lebih. Ingin rasanya aku memulai, tapi malu juga. Apalagi ini baru kencan pertama. Akhirnya kami pulang tanpa meninggalkan kesan apapun.
Hari-hari berikutnya aku disibukkan dengan kuliah hingga tidak terlalu sering bertemu dengan dia.

Namun selang 3 hari, kembali Doni mengajakku kencan. Mau makan malam katanya. Akupun langsung menyetujui dan minta dia menjemputku di tempat kostku.

Jam 8 malam dia datang menjemput, dan kami langsung menuju Ancol dengan mobilnya. Awalnya kami hanya berputar-putar saja di kawasan ancol. Mungkin karena dia mengira aku belum pernah ke ancol. Maklum baru 3 bulan di Jakarta.

Akhirnya kami parkir di tempat yang agak sepi. Sebenarnya aku bingung juga, ngapain ngobrol di mobil. Katanya mau makan malam. Tapi belum sempat aku bertanya, tiba-tiba dia sudah langsung mencium bibirku. Ciumannya begitu menghanyutkan membuat aku benar-benar terlena. Apalagi tangan kanannya langsung meremas dada kiriku dengan lembut. Lalu tanpa sempat aku menolak, Jilbabku di buka. Aku ingin mencegah, tapi kupikir pacaran begini pake jilbab, ya malu sama jilbab lah. Maka kubiarkan saja jilbabku melayang entah kemana.

Perlahan ciumannya berpindah ke kupingku yang sudah tak tertutup jilbab lagi. Langsung aku gemetar merasakan geli-geli enak yang luar biasa. Setelah itu lidahnya turun menjilati leherku yang putih mulus. Aku semakin melayang.

Perlahan tangannya membuka kancing-kancing bajuku sampai copot semua. Dengan semangat, kemejaku di kuakkannya hingga terbuka lebar. Lalu tangannya bergerak ke punggungku dan ‘Tasss !’ kancing BH-ku dilepas. Dadaku yang besar langsung melompat indah.

Dengan penuh nafsu dia angkat BH-ku keatas, dan tampaklah payudaraku yang putih besar dengan putingnya yang sudah mengacung keras. Sejenak dipandanginya kedua buah dadaku. Lalu perlahan diusapnya putingku. Dipencet-pencet, dipelintir pelan, ooooh…. rasanya tidak kuat lagi. Langsung kutarik kepalanya minta diisep.

Rupanya dia mengerti keinginanku. Langsung lidahnya bermain-main di putting susuku. Ujung pentilku di sentil-sentil dengan lidahnya. Rasanya bukan main. Enaaakkk sekali…

“Aaaaah… Sayaaaang…. Isep, sayaaang…” tak mampu kutahan kejolak nafsuku. Saat mulutnya melahap dadaku, eranganku semakin menjadi. “Aaaaaaghhhh… terus, sayaaang… isep yang kenceeeng…” Lupa sudah aku dengan Jilbabku. Yang kuinginkan saat ini adalah kenikmatan yang lebih dan lebih …

Celana dalamku rasanya sudah basah. Maka agar dia langsung menuju memekku yang sudah becek ini, kuangkat kakiku dan ngangkang selebar-selebarnya. Rok-ku tersingkap sampai perut. CD-ku terlihat dengan bebasnya. Benar saja. Melihat gayaku seperti itu, tangannya langsung dimasukkan ke dalam CD-ku.

“Ooooooooogh… iya itu, sayang… mainin yang itu…” aku benar-benar sudah lupa diri. Saat itilku dimainkan, teriakanku semakin menjadi-jadi. Kugoyang-goyangkan pantatku mencari kenikmatan lebih. Kuimbangi gerakan jarinya di memekku dengan goyangan pinggulku.
Sampai akhirnya desakan di memekku semakin kuat. Otot-otot memekku mengejang, dan… “Oooooooooghhh… sayaaang… enaaaaaaak!!” Memekku berkedut-kedut beberapa kali. Rasanya sungguh luar biasa. Bagaikan dilempar ke angkasa, kemudian dihempaskan kembali ke bumi dengan nikmat.

Aku lemas, tersandar, ngangkang…

Kubiarkan kakiku ngangkang dengan lebarnya beberapa saat. Sambil kuresapi kenikmatan barusan. Saat kubuka mataku, tampak senyum lebar pacarku. Langsung kukecup mesra bibirnya. Lalu dia bangkit dan merebahkan sandaran kursinya. Dia pun terlentang di kursinya, dan tampaklah kontolnya mengacung dengan gagahnya, Rupanya saat aku terpejam tadi dia sudah membuka celana berikut CD-nya.

Aku tertegun menatap kontolnya yang sudah ngaceng itu. Wuiiiih… Gede banget. Tegak berdiri, Urat-uratnya tampak bertonjolan di sekitar kontolnya. Kepala kontolnya begitu besar seperti helm tentara. Nafsuku langsung bangkit lagi.

Perlahan kugenggam kontol besar itu. Waaaw, tanganku yang mungil ini hampir tidak cukup menggenggamnya. Kontolnya kuremas-remas, kuusap-usap, seperti yang biasa dulu kulakukan dengan pacarku saat di SMA.

“Diisep donk, say…” kata pacarku tiba-tiba.

Aku terkejut. ”Kok diisep? kenapa ?”

“Ya biar enak”. jawabnya.

Karena penasaran, kucoba mencium kepala kontolnya perlahan. Lalu kujilat batang kontolnya dari bawah ke atas. Tapi dia rupanya belum puas kalau belum kukulum. Dia minta aku memasukkan kontolnya ke mulutku. Meski agak jijik, tapi karena memang pengen tau, kumasukkan kontol gede itu ke mulutku yang lebar. Kuisap, kepalaku naik turun dengan sendirinya. Ternyata enak juga.

Gesekan kontol besar itu di mulutku menimbulkan sensasi nikmat sendiri. Aku semakin semangat mengelomoh kontolnya yang luar biasa itu. Sesekali kujilati kepala kontolnya. Lalu lubang kencingnya kubuka-buka dengan lidahku. Dia sampai merem melek akibat perbuatanku itu. Kubasahi seluruh batang kontolnya dengan ludahku, kemudian kukocok dengan kuat pake tangan. Saat kontolnya agak kering, kumasukkan lagi ke mulutku. Lalu kukocok lagi.

“Iyaaaah… terus, sayang… isep yang kenceng…. Ooohhh…” pacarku benar-benar keenakan. Melihat kondisi pacarku seperti itu, aku semakin bersemangat memberikan kenikmatan padanya.

“Oooogghhh… kamu pinter, sayang… kocok terus, sayaaaang…” rintihnya.

Sampai kurasakan kontolnya semakin membesar, lalu tiba-tiba… “Craaaaattttss…!!!” air maninya menyembur saat kukocok dengan kencang. Aku tak sempat mengelak hingga mukaku terkena muncratan air maninya. Begitu juga leher dan dadaku.Terus kukocok kontolnya sampai tidak ada lagi air mani yang keluar. Lalu kujilati kontolnya sampai bersih. Tampak pacarku begitu puas. Dan aku juga sangat puas. Pertama kali ngisep kontol dan pertama kali melihat sperma laki-laki.

Sejak itu, aku semakin doyan ngisep kontol. Setiap ada kesempatan aku selalu minta untuk ngisep kontolnya sampai dia muncrat keenakan…

sore yang indah

Aku masih bengong sendirian di kamar. jam baru menunjukkan pukul 4 sore, Sudah seminggu lewat sejak terakhir aku ngisep kontol. Dan malam ini pacarku mengajakku jalan malam lagi. Ugh… masih lama. Padahal aku udah kangen banget sama kontolnya. Kangen pengen kuisep-isep lagi.

Sedang aku termenung sendiri, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar kostku. Dengan agak malas aku membuka pintu.

Saat pintu terbuka, ternyata pacarku yang datang lebih awal. Aku terkejut sekaligus senang dengan kedatangannya. “Kok udah dateng am segini? Aku belom mandi lho…”

Pacarku tersenyum sambil melangkah masuk ke dalam kamarku. Katanya dia udah kangen. Gak tahan nunggu sampai malam.

Aku senang mendengarnya. Supaya bisa cepat berangkat, aku pamit mau mandi dulu. Tapi pacarku mencegah. Dia bilang mandinya nanti aja. Sekarang ngobrol-ngobrol dulu katanya. Lalu dia menutup pintu kamar. Ups! Cepat-cepat aku cegah. Soalnya di tempat kostku ini kalau ada tamu cowok boleh aja di bawa ke kamar. Tapi gak boleh tutup pintu.

Pacarku sepertinya kecewa. Untung aku cepat dapat ide. Segera aku minta pacarku menggeser tempat tidurku ke balik pintu kamar. Sehingga pintu hanya bisa di buka sepermpat. Dan ruang dibalik pintu menjadi agak lega dan aman. Kalaupun ada yang masuk, pasti kita yang di dalam udah tau duluan.

Mendengar itu pacarku langsung semangat. Dengan badannya yang kekar itu sebentar saja tempat tidurku sudah berpindah posisi. Dan benar. Posisi di balik pintu benar-benar aman.

Dengan agak tergesa tubuhku di dorong hingga jatuh telentang di atas tempat tidurku di bagian yang terlindung. Dan dengan tergesa juga tiba-tiba dia sudah menindih tubuhku. Bibirku langsung dilumatnya dengan penuh gairah. Lidah kami langsung saling melilit. Bahkan lidahnya sampai menggaruk-garuk langit-langit mulutku.

Dengan cepat gairahku naik. Memekku langsung terasa lembab dan berdenyut minta di jilat.

Ciuman pacarku mulai bergerak dari bibirku bergeser ke kupingku. Daerah paling sensitive yang bisa bikin aku menggelinjang hebat. Kalau bukan karena pintu yang masih terbuka, pasti aku sudah mengerang-ngerang keenakan. Terpaksa aku tahan suaraku agar tidak terdengar dari luar. Benar-benar tersiksa rasanya. Tersiksa dalam penjara kenikmatan birahi yang luar biasa.

Lalu lidahnya meluncur turun ke leherku. Digigit-gigit kecil leherku, bikin aku tambah kelojotoan. Aku tidak perduli walau leherku penuh dengan bekas gigitan. Toh kalau keluar aku selalu pakai jilbab. Gak bakal keliatan.

Sambil terus menjilat leherku, tangannya mulai menggerayangi dadaku. Diremas-remas begitu benar-benar bikin aku tidak tahan. “Hhhhhhh… sayaaang…” erangku pelan takut terdengar dari luar. Kurasakan jemari tangan pacarku mulai bekerja membuka kancing-kancing kemejaku. Ups! segera kucegah. Aku takut kalau aku sampai telanjang lantas tiba-tiba ada yang masuk, bisa berabe.

Akhirnya pacarku hanya meremas-remas dadaku dari luar bajuku saja. Tidak berhenti disitu, tangannya dengan cepat mengangkat rokku sampai ke perut. Maka memekku yang masih tertutup CD langsung terhidang dihadapannya. Tidak menunggu lama-lama, jemarinya langsung menyelinap kebalik CD-ku dan menari-nari di lubang penuh nikmat itu.

Aku benar-benar tidak sanggup lagi bertahan. Tubuhku menggelinjang dan bergetar dengan hebat. Setiap gesekan jemarinya membuat aku melayang-layang tidak karuan. Tiba-tiba tangannya berusaha menarik lepas CD-ku.

“Jangan!” meski sudah dipenuhi birahi, aku masih sempat kuatir jika nanti ada yang masuk secara tiba-tiba.

Untunglah pacarku tidak protes. “Ya udah, kalo kamu gak mau buka celana, aku aja deh.” katanya sambil langsung membuka celananya sampai sebatas lutut.

Woooow… aku terbelalak melihat kontolnya yang gede panjang sudah berdiri tegak siap tempur. Belum sempat aku meraih batang kontol besar itu, pacarku sudah menindih tubuhku lagi. Kontolnya yang sudah keras itu di gesek-gesekkannya ke memek aku yang masih tertutup CD.

Ampuuuunnn…. rasanya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Enaknya luar biasa.

Terus saja dia gesek-gesek kontolnya ke memekku. Terkadang malah kepala kontolnya di tusuk-tusukkan ke lobang memekku. Membuat tubuhku semakin bergetar

Akhirnya aku tak mampu lagi bertahan. Bagaikan bendungan yang jebol, seluruh hasratku memancar dengan derasnya. Memekku berkedut-kedut dengan gencarnya. CD-ku basah, benar-benar banjir. Tubuhku lemas lunglai, kunikmati terjangan gelombang orgasme ini dengan kaki mengangkang lebar. Nikmaaaaat…

Setelah dilihatnya napasku mulai teratur, tanganku ditariknya sampai aku terduduk di kasur. Lalu disodorkannya kontolnya yang besar itu ke mulutku. Aku mengerti keinginannya. Langsung saja kuraih batang enak itu, kuelus-elus sejenak sebelum kumasukkan ke dalam mulutku.

Aku selalu suka jika batang kontol besar memenuhi rongga mulutku. Dengan semangat batang kontol itu aku isap, kujilat, mulutku maju mundur dengan teratur.

Setelah kontolnya basah dan licin, segera kukocok kontol itu dengan tanganku. Kuisap lagi, kocok lagi begitu seterusnya, sampai tiba-tiba tubuh pacarku menegang dan… Craaaaat…!! air maninya memancar seperti pemadam kebakaran. Banyak sekali. Langsung saja kutelan semua air mani itu sambil kubersihkan kontolnya dengan lidahku.

Akhirnya malam itu kami tidak jadi keluar. Kami lebih suka menghabiskan malam dengan ngobrol di kamarku sambil sedikit raba-raba. Malah aku masih sempat ngisep kontolnya sampai ngecret di mulutku sekali lagi.