Sebuah Keindahan Ciptaan Tuhan part1~

Hai semua, perkenalkan namaku Indah. Saat ini aku berusia 27 tahun. Aku sudah menikah hampir 2 tahun dengan mas Angga. Namun, kami memang belum berencana memiliki momongan dalam waktu dekat. Kami masih ingin berfokus mengejar karir. Tubuhku sendiri dapat dibilang ideal. Tinggiku 165 cm dengan berat badan 57 Kg. Ukuran braku 36B. Sedangkan ukuran sepatu di angka 39. Aku bekerja sebagai karyawan kantoran biasa di perusahaan sawit. Sedangkan suamiku berprofesi sebagai seorang dosen.

Setiap hari, aku menggunakan office look yang casual. Selain pada hari tertentu, aku terbiasa ke kantor menggunakan kaos panjang atau hoodie dan cardigan dengan celana jeans. Aku juga bepergian ke kantor dengan menggunakan KRL. Aku tinggal di daerah kota hujan sedangkan kantorku berada di dekat pusat ibukota. Meskipun memiliki mobil, namun aku merasa lebih baik berdesak-desakan di KRL dibandingkan macet-macetan di jalanan.

Suatu malam, aku dan suamiku sedang berada di rumah. Kami tinggal berdua di sebuah rumah kecil yang berada pada perumahan yang masih sepi. Perumahan ini merupakan cluster baru yang pintu masuknya terletak di pinggir jalan raya. Dari pintu keamanan di depan, terdapat jarak hingga 1 Km ke arah perumahan. Namun, perumahan ini tetap aman karena hampir tidak ada jalan untuk maling keluar masuk kecuali melewati pos keamanan. Selain itu, jarak antar rumah di sini tidaklah terlalu dekat. Sehingga setiap rumah memiliki halaman yang cukup luas.

Seminggu ini, aku sedang sibuk-sibuknya di kantor. Sudah 2 hari ke belakang aku pulang malam. Hari ini, aku pulang lebih cepat, pukul 10 malam. Setelah merapihkan meja kerjaku, aku segera memesan ojek online dari kantorku ke stasiun. Aku buru-buru ingin pulang karena langit sudah mendung. Aku ingin dapat segera pulang agar terhindar dari hujan yang mungkin turun. Hari ini aku mengenakan turtleneck putih dilapisi cardigan hitam. Aku juga memakai celana jeans yang cukup ketat dan sepatu sneakers. Kantorku tidak terlalu mempermasalahkan pakaian yang dikenakan selama masih sopan.

Ketika mencapai lobby, driver ojol yang ku pesan pun datang. Kami bergegas meluncur menuju stasiun kereta. Di tengah perjalanan, rintik hujan mulai turun. Meskipun hanya gerimis, namun cukup deras. Akhirnya, driver ojolku memutuskan untuk berhenti dan memakai jas hujan terlebih dahulu. Aku pun dipinjamkan olehnya jas hujan plastik. Ku pindah semua barangku ke tas, kemudian kumasukkan ke dalam jam hujan. Setelah itu, kami pun melanjutkan perjalanan. Rupanya, tidak lama setelah kami lanjut berjalan, gerimis pun berhenti. Karena sudah tanggung, akhirnya jas hujan tetap kami kenakan sampai kami tiba di stasiun.

Tiba di stasiun, aku pun basah kuyup. Aku basah kuyup bukan karena kehujanan, tapi karena kepanasan akibat memakai jas hujan. Keringat bercucuran di seluruh tubuhku. Bahkan, turtleneck yang kugunakan menyeplak di tubuhku. Aku yang hari itu memakai BH berwarna biru dongker sampai terlihat samar-samar karena memang turtleneck yang kugunakan berbahan cukup tipis. Bahkan, baju yg sebelumnya agak longgar kini menempel di tubuhku dan membentuk tubuhku. Dengan penampilan seperti ini, banyak mata laki-laki yang melihatku. Mata mereka benar-benar terpaku padaku.

Tidak perlu waktu lama, kereta pun datang. Aku sebenarnya terbiasa masuk di gerbong wanita. Meskipun penuh, tapi aku merasa lebih aman di sana. Namun, karena terburu-buru dan kereta selanjutnya masih lama, aku pun naik di gerbong biasa. Awalnya memang kereta sudah cukup penuh. Setelah aku naik, kereta semakin penuh. Kini aku terjepit di antara banyak orang. Depan belakang kanan kiri semuanya pria. Aku terjepit di antara pria-pria yang matanya menatap penuh nafsu kearahku. Aku sendiri berhasil mendapatkan pegangan tangan sehingga aku tidak perlu khawatir terjatuh.

Di perjalanan, banyak sekali rasanya yang menyender ke arahku. Bahkan, semua orang di sekitar ku menghadap kepadaku. Kulihat tidak seorangpun berpaling dariku. Aku bisa melihat bahwa mereka melihat diriku dengan tatapan penuh nafsu. Menjadi pusat perhatian seperti ini, aku tidak tahu kenapa tapi aku menikmatinya. Tiba di stasiun berikutnya, masih ada beberapa penumpang yang masuk kembali. Aku semakin terjepit di antara para lelaki. Mereka sepertinya 1 rombongan karena di jalan mereka terus mengobrol bahkan dengan aku di antara mereka. Meskipun begitu, aku tahu mata mereka mengarah kemana. Mata mereka mengarah ke dada dan pantatku. Stasiun berikutnya, kereta semakin penuh dan aku semakin berdesakan dengan mereka. Dadaku bahkan menempel dengan pria yang ada di depanku.

Begitupun dengan pria di belakangku. Aku dapat merasakan dadanya menempel dengan punggungku. Sedangkan kedua lenganku juga menempel dengan orang di sampingku. Semakin lama, mereka mulai memperlihatkan gelagat yang tidak baik. Karena terdesak, aku bahkan tidak dapat melihat ke arah mana pun. Jangankan untuk mengalihkan pandangan, untuk berdiri saja aku kesulitan. Orang di belakangku bahkan mulai kurang ajar. Aku dapat merasakan bokongku diremas. Orang didepanku juga mulai menggerakkan badannya. Sedangkan orang di kanan dan kiriku beberapa kali menyenggol dadaku.

Aku sendiri merasa ada 4 benda keras menempel di bawahku. Sepertinya keempat pria tersebut sedang ereksi. Perlahan-lahan, aku merasakan gesekan di bokongku. Pria di depanku, ia mengarahkan tangaku ke selangkangannya. Rupanya ia sudah mengeluarkan penisnya di depanku. Aku menengok ke bawah, dan benar saja, keempat pria tersebut mengeluarkan penis mereka masing-masing. Pria di belakanhku menggesekkan penisnya ke bokongku, pria depanku menggunakan tanganku, sedangkan 2 pria lainnya mengocok penis mereka sendiri. Awalnya aku malu dan merasa dilecehkan. Namun, lama kelamaan, ukuran penis mereka yang lebih besar dari suamiku membuatku penasaran. Mereka juga tidak malu untuk meremas dadaku.

Mereka semakin berani saja. Tangan mereka mulai masuk ke dalam bajuku. Kedua pria di sampingku, masuk ke dalam bh ku dan meremas serta memilin puting dan payudaraku. Pria di depanku, berusaha menciumku, namun aku menghindar. Ia bahkan berkata “udah nikmatin aja mba, kalo teriak kita semua sama-sama malu kan mba.”

Dirangsang terus menerus aku pun menikmatinya. Tangan pria di depanku bahkan masuk ke dalam celanaku. Ia menggesek jarinya di bibir vaginaku. Pria tersebut tersenyum mengetahui vaginaku basah. Dilecehkan seperti ini seharusnya aku berteriak meminta pertolongan, namun aku justru mendesah dan menikmatinya.

Beberapa stasiun terlewati dan vaginaku semakin becek. Entah bagaimana, celana jeansku juga sudah merosot sepahaku. Begitu pun celana dalamku. Pria di belakangku kini sudah mulai menggesekkan langsung penisnya dengan pantatku. Sedangkan pria didepanku menggesekkan penisnya dengan vaginaku. Aku juga sudah tidak berpegangan sekarang. Kedua tanganku berpegangan dengan 2 penis di kanan kiriku. Mereka mengocok penis mereka dengan tanganku.

Tidak lama berselang, aku merasakan cairan di pantatku. Pria di belakangku sepertinya ejakulasi setelah puas melecehkan pantatku. Dua pria yang kukocok menyusul dengan menembakkan sperma mereka di pahaku. Sedangkan pria didepanku, ia mulai memasukkan penisnya sedikit-sedikit ke dalam vaginaku. Tidak lama, ia pun mengeluarkan spermanya tepat di depan bibir vaginaku. Setelah itu, mereka kembali memasukkan penis mereka ke dalam celana masing-masing. Setelah itu, mereka membantuku memakai kembali celana dalam dan celanaku. Kini, di balik celanaku terdapat lelehan sperma dari 4 pria tersebut.

Setelah pakaianku rapih, kereta mencapai stasiun tempat aku akan turun. Aku pun turun dan keempat pria tersebut tersenyum nakal ke arahku. Aku kemudian berjalan ke pintu keluar stasiun setelah memesan ojek online. Saat ojek online tersebut menjemputku, matanya tidak lepas dari arah selangkangaku. Celana jeansku ternyata telah basah akibat sperma mereka. Ia juga melihat ke arah dadaku. Ternyata, tanpa kusadari, keempat pria tersebut berhasil melepas BH ku. Turtleneck yang masih agak basah membuat putingku samar-samar terlihat.

Setelah puas melihatku, ia pun memberikan helm kepadaku. Di perjalanan, kami merasa canggung. Ia pun berusaha membuka obrolan.

“Ga takut masuk angin neng?” Ujar bapak ojol.
“Maksudnya pak?” Jawabku.
“Engga neng, bajunya basah gitu, katanya gampang masuk angin nanti.”
“Oh iya pak, tadi sebelum naik kereta hujan, jadi kebasahan dikit pak.”
“Oh gitu neng, oh iya makasih rejekinya neng”
“Maksudnya pak?”
“Engga neng, lumayan ada orderan ke arah pulang”
Obrolan kami sepanjang jalan terus menjurus. Aku tahu kemana obrolannya mengarah. Aku yang malas dengan driver ini akhirnya memutuskan untuk turun beberapa blok sebelum rumahku. Aku tidak ingin driver ini mengetahui rumahku. Setelah itu, aku berjalan pulang. Kini, aki sudah tidak merasa selangkanganku basah. Sepertinya semua sperma tersebut telah mengering. Aku lihat semua orang sudah berada di dalam rumah. Aku yang sudah tidak betah karena celana dalam yang basah akhirnya diam sejenak. Aku melihat sekitar memastikan semuanya aman.

Kulepas celanaku. Kulepas celana dalamku. Ternyata, sperma keempat pria tersebut belum mengering sepenuhnya. Aku ingin mencoba sensasi baru. Aku berjalan pulang hanya dengan turtleneck yang kugunakan. Aku terus berjalan hingga mencapai belokan masuk ke dalam blok rumahku. Sensasi setengah telanjang di tempat terbuka membuatku bergairah. Selain itu, aku juga menikmati aliran sperma yang belum mengering. Kini aku ingin berbuat lebih. Aku memastikan keadaan di sekitar rumah. Saat ini pukul 12 malam dan tidak kulihat siapa pun. Aku membuka turtleneck ku dan kini aku telanjang bulat. Kumasukkan semua pakaianku ke handbagku. Setelah itu aku berjalan pulang ke rumah. Sensasi ini membuat birahiku semakin membara. Aku berjalan sembari memainkan jariku di vaginaku. Hingga akhirnya aku tiba di depan pagar rumahku. Aku membuka pintu pagar dan masuk ke halaman rumahku. Kumainkan vaginaku dengan liar dan aku pun orgasme. Aku menahan suaraku agar tidak mencuri perhatian.

Setelah puas menikmati orgasmeku, aku masuk ke dalam rumah tetap dalam keadaan telanjang. Aku kemudian membersihkan diriku. Suamiku sedang tidak di rumah seminggu ini. Hal ini juga membuatku mudah bergairah. Setelah mandi, aku tetap tidak mengenakan apa pun. Aku mulai merasa nyaman tidak berpakaian sama sekali. Aku pun mencari tahu apa yang terjadi denganku dan keempat pria yang suka memamerkan bagian vitalnya. Ternyata, itu adalah gejala eksibisionis. Semakin kucari tahu, semakin aku ingin terjun semakin dalam. Aku pun mengantuk dan akhirnya aku tertidur.​

Bersambung…