Digilir Dua Satpam Bejat Pemuas Nafsu

Semenjak kejadian malam itu, Dewi yang tadinya seorang istri yang menerima keadaan dan tidak pernah mengetahui bahwa bersetubuh itu sangat nikmat berubah menjadi Dewi yang ingin dipuaskan setiap kali bersetubuh, tetapi suaminya tidak pernah dapat memuaskan Dewi seperti biasanya, suaminya selalu keluar duluan pada saat Dewi baru mulai terangsang, setelah itu suaminya langsung tertidur tanpa memperdulikan lagi keadaan istrinya.

Hal ini membuat Dewi ingin selalu mencari lagi laki-laki seperti Andi yang dapat memuaskan hasrat birahinya. Seperti malam itu setelah melakukan hubungan suami istri, suaminya langsung terlelap, sementara Dewi merasa tersiksa karena birahinya tidak terlampiaskan, vaginanya terasa gatal ingin merasakan sodokan-sodokan penis.

Dengan penuh kesal Dewi beranjak dari tempat tidurnya lalu ia menuju ke dapur untuk mengambil segelas air, sambil memegang gelas air minum Dewi beralih menuju ke teras depan, kemudian Dewi duduk di sofa yang ada di teras. Saat Dewi sedang duduk merenung di dalam kegelapan malam, Dewi melihat sesosok tubuh dari kejauhan sedang berjalan mendekati rumahnya.

Setelah dekat ia mengetahui sesosok tubuh itu adalah seorang satpam di perumahan dimana ia tinggal, nampaknya Satpam ini sedang menjalankan tugasnya berkeliling komplek yang bersistem cluster ini. Melihat sosok tubuh Satpam itu yang kekar Dewi tertarik dan birahinya yang belum terlampiaskan berkobar kembali. Tanpa banyak pikir Dewi melambaikan tangannya ke arah satpam itu, si satpam yang mengetahui dirinya dipanggil segera menghampiri Dewi.

ā€œSelamat malam, buā€ dengan sopan satpam itu menyapa.
Dewi memperhatikan nama Satpam itu di seragamnya lalu membalas sapaannya,ā€ malem pak Sugito, ā€œ

Sementara itu mata Sugito tak berkedip menatap tubuh Dewi yang terbalut daster tipis dan disinari oleh lampu teras sehingga membuat tubuh Dewi yang sexy terbayang dengan jelas, membuat birahi Sugito bergolak, perlahan-lahan pentungan di selangkangannya menegang, membuat celana satpamnya menggelembung. Semua ini tidak terlepas dari mata Dewi yang memang dari tadi sudah mulai mencuri-curi pandang ke arah selangkangan Sugito.

ā€œAdaaaā€¦aapaaa..bu,ā€ tanya Sugito dengan sedikit terbata-bata karena menahan nafsu birahinya yang menggelegak.
Di matanya terlihat kedua bukit kembar Dewi yang menonjol dan kedua putingnya yang berwarna merah muda tercetak dengan jelas dibalik dasternya, sementara pandangan matanya melihat di selangkangan Dewi bayangan hitam dari balik dasternya. Dalam hatinya membatin nyonya ini tidak pakai apa-apa lagi dibalik dasternya.

Sugitopun menelan air liurnya, ingin rasanya ia menerkam tubuh Dewi ini dan menggenjotnya, tapi pikiran jernihnya masih berjalan karena statusnya yang sebagai satpam di komplek perumahan ini, bisa-bisa kehilangan pekerjaannya kalau ia melakukan pikirannya itu.

ā€œBapak, bisa tolongin saya?ā€ tanya Dewi.
ā€œApaa..yang bisa saya bantu ā€¦bu?ā€ Sugito berbalik tanya, suaranya bergetar menandakan sedang dipenuhi oleh nafsu birahinya.
ā€œSini, pak. Ikutin saya, yach,ā€ kata Dewi tersenyum.

Dewipun melangkah menuju kedalam rumahnya diikuti oleh Sugito yang masih bingung dan semakin bernafsu. Sugito melihat bongkahan pantat Dewi yang tercetak karena tanpa Dewi sadari dasternya terjepit oleh belahan pantatnya saat ia duduk tadi. Sugito merasakan penisnya tambah mengeras.

Setelah menutup pintu depan dan menguncinya, Dewi melangkah menuju ke kamar tidur tamu yang tidak terlalu berjauhan dengan ruang tamu, Sugito masih mengikutinya dengan penuh tanda tanya, hatinya membatin apa yang dibutuhkan oleh nyonya muda ini dari dirinya. Desampainya didalam kamar tidur, Dewi langsung menutup pintu kamar dan menguncinya.

ā€œSaya, butuh bantuan bapak untuk muasin saya,ā€ Dewi berkata sambil tangannya mulai meraih kemeja seragam satpam Sugito, dan mulai membukai kancingnya satu persatu dengan sangat cekatan.
Setelah kemeja Sugito terlepas, tangan Dewi beralih kecelana Sugito, celana Sugito dengan cepat telah terbuka, lalu Dewi menurunkan celana seragam itu ke bawah, tapi Dewi agak kesulitan menanggalkan celana itu karena terhalang oleh sepatu Satpam Sugito.
ā€œPak, lepaskan sepatunya dong,ā€ kata Dewi.

Sugito yang masih belum lepas kagetnya karena mendengan perkataan Dewi tadi dan perbuatan Dewi yang melucuti pakaiaannya, mengikuti perintah Dewi dengan melepaskan sepatunya. Sekarang Sugito hanya mengenakan celana dalamnya saja, tonjolan di balik celana dalamnya membuat Dewi semakin bernafsu, dengan bernafsu ditariknya ke bawah celana dalam Sugito sehingga penisnya terangguk-angguk dengan gagahnya.

Dewi terbelalak melihat penis Sugito yang lebih panjang dan besar dari punya Andi, apalagi kalau dibandingkan dengan punya suaminya, sambil menurunkan celana dalam Sugito Dewipun berjongkok di depan Sugito dan penis Sugito yang berdiri dengan tegak itu mulai dijilatinya, dari mulai ujung kepalanya sampai kepelernya, sambil kadang-kadang ditingkahi dengan kuluman-kuluman dan hisapan hisapan lembut, membuat Sugito yang masih seperti bermimpi ini mendesah-desah keenakan.

Batin Sugito masih belum mempercayai apa yang terjadi ini, tidak pernah terlintas sedikitpun dalam pikirannya bahwa penisnya akan dijilati dan dikulum-kulum oleh wanita secantik dan sesexy Dewi apalagi wanita ini termasuk dari golongan yang terhormat, yang secara tidak langsung adalah yang membayar gajinya.

ā€œOughhā€¦aaaahhhhā€¦.sshhhhhā€¦aaaghhhhā€¦buuuā€¦.uueennaaak kkā€¦tennaaanā€¦oougghhā€¦ā€ Sugito mengerang keenakan, menikmati penisnya yang sedang dikaraoke oleh Dewi.
ā€œhhhmmmā€¦ssshhsssā€¦sssllrrpppā€¦ssssllrpppā€¦hhhhmmm..ko ntolmu besar sekali,ā€ Dewi bergumam sambil tetap asyik mengulum dan menjilati pentungan Sugito, tangan kirinya asyik memegangi pentungan Sugito, sementara tangan kanannya asyik mengelus-elus vagina dan kelentitnya.

Sugitopun akhirnya tidak mau diam saja, kedua tangannya mulai meremas-remas kedua bukit kembar Dewi yang masih tertutup daster, remasan-remasan kasarnya mulai membuat Dewi menggelinjang kegelian.

Dewipun merasakan lubang vaginanya semakin basah, ia menghentikan aksinya kemudian berdiri lalu mulai melepaskan dasternya sehingga sekarang Dewi telanjang bulat di depan Sugito, mata Sugito terbelalak melihat keindahan tubuh Dewi, betul-betul ia seperti bermimpi, tidak pernah terlintas dalam pikirannya bahwa dia akan melihat tubuh Dewi telanjang apalagi akan menikmatinya seperti saat sekarang ini.

Setelah melepaskan dasternya Dewi merebahkan tubuhnya di ranjang, kemudian ia mulai mengangkangkan kedua belah kakiknya, sehingga lubang kenikmatannya yang berwarna merah terpampang di hadapan Sugito.

ā€œAyo pak, beri aku kepuasan,ā€ Dewi berkata sambil tangannya mengelus-elus kelentit dan lubang vaginanya.
Mendengar permintaan Dewi itu, Sugito tersenyum lalu menghampiri Dewi yang sudah terlentang menantikan sodokan pentungan satpamnya. Diusap-usapkannya kepala penisnya dibelahan vagina dan dikelentit Dewi, membuat Dewi menggelinjang kegelian, hasrat birahinya semakin bertambah bergelora, nafasnya semakin memburu.

ā€œOughhhā€¦.paaakkā€¦.jaaanggaannnā€¦.dielussss-elusss..sssshh..aagchhhhā€¦mmaasuukkiinā€¦. kevaginakuā€¦paakkkā€¦ooughhhā€¦aakuuuā€¦tidak taahan lagiā€¦ceepaatā€¦paakkā€¦akuu..ingin merasakan penismuuuā€¦yang besaaarr ituā€ Dewi mengerang menyuruh Sugito untuk cepat memasukkan penisnya ke dalam vaginanya.

Dengan perlahan-lahan Sugito mulai menyelipkan kepala penisnya di belahan vagina Dewi, setelah itu dengan perlahan-lahan Sugito mulai menekan penisnya. Penis Sugito mulai melesak ke dalam lubang senggama Dewi perlahan-lahan. Dewi mengejang merasakan penis Sugito yang besar melesak ke dalam lubang vaginanya, ia merasakan agak sedikit sakit karena besarnya penis Sugito dan karena untuk pertama kalinya juga vaginanya diterobos oleh penis besar.

Penis Sugito perlahan-lahan mulai terbenam di dalam lubang senggama Dewi, setelah lebih dari setengah dari panjang batang penisnya terbenam didalam vagina Dewi, Sugito mulai mengangkat kedua belah kaki Dewi, kemudian kedua kaki Dewi ditekan kearah tubuh Dewi sendiri, sehingga lutut Dewi hampir menyentuh dada Dewi sendiri, dengan posisi seperti itu Sugito lalu menghentakkan penisnya sekaligus, sehingga seluruh batang penisnya terbenam dalam vagina Dewi, sentakan Sugito membuat Dewi terhenyak dan menahan nafas, Dewi merasa vaginanya seperti robek, tak lama berselang Sugito mulai memaju-mundurkan penisnya dengan perlahan karena tadi saat ia menghentakkan penisnya ia melihat Dewi meringis menahan sakit.

Lama-lama rasa sakit di lubang vaginanya mulai hilang terganti dengan rasa nikmat yang sangat melebihi kenikmatan yang ia rasakan bersama Andi, nampaknya Sugito sangat berpengalaman dalam urusan ngentot dan memuaskan wanita. Desahan, erangan dan lenguhan kenikmatan semakin sering keluar dari mulut Dewi dan Sugito, keduanya betul-betul merasakan kenikmatan duniawi yang belum pernah dialami oleh mereka selama ini, Dewi memang belum pernah merasakan sensasi bersetubuh seperti sekarang ini.

Dewi merasakan lubang senggamanya penuh sesak oleh jejalan penis Sugito, seluruh area sensitif di dalam lubang senggamanya tersentuh oleh gesekan-gesekan penis Sugito. Sementara Sugito sendiri belum pernah merasakan tubuh mulus dan putih dan lubang vagina yang sempit seperti yang dimiliki oleh Dewi, apalagi keharuman tubuh Dewi yang menambah hasrat birahinya.

ā€œOuughh..paakk..penismuuuā€¦besaaarrā€¦sekaaliii..pen uh vaginakuuu..dibuatnyaaā€¦ā€ Dewi mengerang-erang kenikmatan menikmati sodokon-sodokan penis Sugito.
ā€œBuuuā€¦aaaghhhā€¦memeekkā€¦ibuuuā€¦juuugaaā€¦seemppitā€¦sekaa lliiiā€¦ā€erang Sugito keenakan menikmati jepitan vagina Dewi di batang penisnya.
ā€œteruusssā€¦paakkā€¦.puaasskkaan..aakhhuuā€¦sshhh..aaach hā€¦.eenaakkkā€¦ooughhhā€¦ā€Dewi mendesah-desah, sementara tubuhnya mengejang-ejang menikmati sodokan-sodokan Sugito.
Kadang-kadang Dewi mengangkat pinggulnya menyambut kedatangan penis Sugito, mengakibatkan penis Sugito terbenam lebih dalam, dan menyentuh dinding rahimnya.

Gelinjangan tubuh Dewi menikmati persetubuhan ini semakin menjadi-jadi saat Sugito mulai menciumi leher Dewi yang jenjang dan jilatan-jilatan di kedua belah telinga Dewi, membuat sensasi persetubuhan ini semakin menjadi-jadi. Kedua bibir mereka pun kadang-kadang berpagutan dengan penuh nafsu, kedua lidah mereka saling bertautan. Tiba-tiba tubuh Dewi mengejang sementara tangannya meremas-remas rambut Sugito, kedua kakinya mengait pinggul Sugito, pinggulnya terangkat menyambut sodokan Sugito, merasakan ini Sugito pun semakin mempercepat sodokan-sodokannya,.