Part 4. Shows Gone Wrong
Keesokan harinya, aku terbangun pukul 10 pagi. Tubuhku sangatlah lelah. Petualangan semalam sangatlah menyenangkan. Pengalaman yang sangat menegangkan sekaligus menyenangkan kulalui malam tadi. Satu hal yang akan selalu kuingat adalah anal ku kehilangan virginitas oleh sebuah timun. Selain itu, petualangan melewati celah sempit di rawa juga masih menyisakan beberapa luka dan lecet di tubuhku. Aku juga masih kelelahan akibat kejadian tadi malam. Aku tak menghitung berapa kali aku orgasme malam tadi. Tubuhku sangatlah lelah dan tak bertenaga. Rasanya aku ingin beristirahat seharian di atas kasur.
Hari ini hari minggu. Sungguh saat yang pas untuk beristirahat seharian penuh. Namun, tiba-tiba terdengat suara ketukan di pintu rumahku. Aku dengan terpaksa berjalan ke pintu depan rumahku. Kukumpulkan seluruh tenagaku untuk berjalan ke sana. Rupanya yang mengetuk pintu rumahku adalah pengantar paket. Kulihat paket yang ia antar cukup besar. Aku tidak tahu apa isinya. Namun jelas bahwa paket itu memang ditujukan ke sini karena penerima adalah suamiku. Saat akan meminta tanda tanganku, kulihat matanya cukup kaget. Aku yang bingung dan juga baru sadar bahwa sedari tadi aku tidak mengenakan apa pun. Untungnya aku berada di balik pintu sehingga tidak siapa pun melihatku. Karena kepalang tanggung, kuperlihatkan saja sebagian tubuhku setelah memberikan tanda tangan. Setelah itu, aku pun menutup pintu rumah.
Seperti biasa, aku menjalani berbagai aktivitas tanpa sehelai benang pun menutupiku. Mulai dari memasak hingga membersihkan rumah. Setelah selesai semua, aku pun bersantai. Lelah dan pegal sekali rasanya tubuh ini. Ingin rasanya aku spa atau pijat untuk sekedar relaksasi. Namun aku malas sekali untuk pergi keluar rumah. Seandainya saja ada layanan spa panggilan. Saat sedang merapihkan brosur yang ada di meja ruang tamu, aku melihat selebaran pijat panggilan tunatera ibu Lili. Berhubung tubuhku sangat lelah, Aku pun mengkontak jasa tersebut dan memanggilnya.
Setelah memanggil jasa tersebut, aku pun ke kamar untuk mengenakan pakaian. Aku tidak begitu niat untuk eksib kembali. Aku mengenakan bra dan celana dalam berwarna hitam. Kemudian, kubalut tubuhku dengan kimono. Tidak berselang lama, kudengar ketukan pintu rumahku. Kubuka pintu dan aku terkejut. Seorang pria tua datang ditemani seorang pemuda. Saat aku tanyakan maksud kedatangan mereka, rupanya yang akan memijatku adalah seorang pria. Ibu Lili adalah nama panti pijatnya. Karena sudah tanggung, jadi kulanjutkan saja semuanya. Aku sudah sangat lelah dan butuh pijatan di tubuhku. Aku pun mempersilahkan sang terapis masuk.
Spoiler: Pakaianku
Kami pun saling memperkenalkan diri. Pak tua yang akan memijatku bernama Saiful dan yang mengantarnya adalah anaknya yang bernama Singgih. Setelah berbincang sebentar, aku pun menggelar matras lipat di lantai kamar tamu. Setelah itu, aku alasi dengan seprai matras tersebut. Setelah semua persiapan selesai, kami pun akan memulai sesi pijat. Saat memasuki kamar tamu, rupanya Singgih pun ikut masuk ke kamar. Aku bingung mengapa demikian, ia pun menjawab bahwa ia harus membantu pak Saiful karena ia tidak dapat melihat sama sekali. Aku sebenarnya keberatan. Namun, tiba-tiba jiwa eksibisionis ku muncul dan kubiarkan saja. Singgih sendiri meminta 2 buah handuk. Ia mengatakan bahwa handuk tersebut akan digunakan untuk menutupi area sensitif ku.
Sesi pijat pun dimulai. Saat ini aku masih mengenakan kimonoku beserta pakaian dalam. Pijatan dimulai dari kaki kanan ku tanpa menggunakan minyak. Pijatan pak Saiful sangatlah pas untukku. Rasanya nikmat dan relax sekali. Kemudian pijatan pun naik ke betis dan pahaku. Setelah itu dilanjutkan dengan pijatan di bagian kiri. Kemudian setelah pahaku dipijat, ia pun memulai pijatan di area pinggang dan pantatku. Ia juga memijat bagian dalam pahaku. Beberapa kali jarinya mengenai bibir vaginaku. Diperlakukan seperti itu membuat hasratku perlahan bangkit. Ia juga beberapa kali memainkan jarinya di sekitar lubang anusku. Mungkin jika ia dapat melihatnya, vaginaku sudah mulai sedikit basah.
Saat ini, kulihat Singgih sedang asyik memainkan HPnya. Aku tidak begitu mempedulikan dirinya karena kulihat ia sepertinya sedang sibuk bermain game di HPnya. Pijatan pun berlanjut ke punggung dan leherku. Aku sedikit kecewa karena sebenarnya aku menikmati permainan jari pak Saiful. Namun, aku harus terlihat biasa saja agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Setelah itu, pak Saiful memintaku untuk melepas kimonoku karena ia akan memulai pijatan dengan menggunakan minyak urut. Aku pun mengikuti perintahnya. Kini terpampang jelas tubuhku yang hanya dibalutkan pakaian dalam. Kulihat Singgih mencuri-curi pandangannya terhadap tubuhku. Sedangkan pak Saiful mulai menuangkan minyak ke kakiku.
Dipijatnya kakiku dengan telaten. Nikmat sekali rasanya setelah menjalani hari yang melelahkan hingga kemarin malam. Pijatannya juga mulai naik ke betis dan pahaku. Rasanya otot tubuhku yang sebelumnya kaku kini melemas. Pijatan terus berlangsung sama seperti sebelumnya. Hingga saat mencapai pantatku, ia melepas celana dalamku. Aku pun mengikutinya karena sebelum melepas celana dalamku, pak Saiful telah menutupnya dengan handuk. Kini, hanya handuk saja yang menutupi pantatku dari pandangan 2 pria tersebut. Pak Saiful pun melanjutkan pijatannya dengan pola yang sama. Setelah memijat pinggang dan pantatku, ia mulai memijat bagian dalam pahaku. Kali ini, jari pak Saiful sangat terasa menyentuk bibir vagina dan analku. Kali ini jari pak Saiful menyentuh tanpa terhalang apa pun. Pak Saiful tentu dapat merasakan bahwa vaginaku tentu sangat basah akibat rangsangan yang ia berikan. Beberapa kali bahkan jarinya sedikit masuk ke dalam lubang vaginaku.
Di tengah kenikmatan yang kurasakan, pak Saiful berpindah naik untuk memijat punggungku. Aku kecewa karena kenikmatan tersebut harus terhenti. Kemudian, pak Saiful membuka kaitan BH ku sebelum menuangkan minyak. Namun, ia tidak menutupinya dengan handuk karena payudaraku masih tertutup. Meskipun begitu, kini bagian belakang tubuhku hampir telanjang seutuhnya. Ia juga memintaku untuk melepas saja BH ku. Aku pun mengikuti perintahnya. Ia pun mulai memijat punggung bagian bawah dan dilanjutkan hingga naik ke bagian leher. Pijatan tersebut terus berulang hingga bagian samping tubuhku. Beberapa kali tangannya juga mengenai sisi samping payudaraku. Setelah itu, ia melanjutkan dengan memijat tanganku. Satu hal yang kusadari, saat ia memijat punggungku aku sedikit merasakan ada tonjolan keras yang mengenai pantatku. Meskipun ia tidak dapat melihat, bukan berarti ia tidak memiliki birahi. Mungkin sentuhan yang ia berikan padaku juga membuat birahinya bangkit.
Setelah memijat tangaku, ia memintaku berbalik badan. Ia juga membantuku dengan menutup area sensitifku dengan handuk. Sementara Singgih kulihat masih sibuk dengan gamenya. Entah apakah ia hanya berpura-pura atau tidak. Tapi kulihat ia tidak fokus dengan gamenya dan mencuri-curi melihat tubuhku. Ia kemudian memulai pijatan kembali di bagian kaki. Pijatannya yang nikmat membuatku mulai mengantuk. Meskipun begitu, rasa kantuk yang kurasakan tidaklah sebesar birahiku yang sudah bangkit. Pijatan pak Saiful sendiri mulai naik ke atas. Aku sendiri memejamkan mataku berpura-pura tertidur. Pijatan pak Saiful lagi beberapa kali menyerempet ke lubang vaginaku. Ia juga melepas handuk yang menutupi selangkanganku sehingga kini aku hanya ditutupi handuk di dadaku. Singgih kulihat sudah tidak fokus dengan gamenya.
Pak Saiful melanjutkan pijatannya ke bagian perutku dan dadaku. Setelah itu pijatannya pun berakhir. Aku merasa tanggung. Ingin sekali rasanya aku orgasme. Tapi tidak mungkin aku mengatakan hal tersebut. Kemudian aku meminta pak Saiful memijat kembali pinggangku dengan alasan masih kurang nyaman.
Aku pun kembali tengkurap. Ia kembali memijatku. Ia juga tidak lupa memijat bagian dalam pahaku. Beberapa kali ia kembali menyentuh bibir vaginaku. Bahkan kali ini, ia berani memasukkan jarinya ke dalam vaginaku. Aku yang sudah tidak tahan hanya bisa mendesah. Aku pun sedikit mengangkat pinggulku saat ini. Sementara jari pak Saiful sudah masuk seutuhnya. Ia mengobok vaginaku dengan jarinya. Ia juga memasukkan jari lain ke dalam lubang anusku setelah diolesi minyak. Kini kedua lubangku sedang dipeneterasi menggunakan jarinya. Nikmat yang tiada tara. Tanpa kusadari aku pun menggeliat. Kini tak ada apa pun yang menutupi tubuhku. Aku yakin Singgih pasti dapat melihat segalanya.
Pak Saiful terus memainkan jarinya. Aku sudah tidak lagi menahan desahanku dan justru menikmatinya. Ketika aku akan mencapai orgasmeku, pak Saiful menghentikan permainan jarinya dan mencabutnya. Ia memintaku berbalik badan. Aku sangat tersiksa dengan ulahnya. Aku pun berbalik arah agar ia dapat segera memainkan jarinya kembali. Kulihat Singgih tidak ada di kursi yang sebelumnya ia duduki. Aku kembali memejamkan mataku. Pak Saiful kembali memainkan jarinya di dalam vaginaku. Sungguh nikmat sekali permainan jarinya. Tidak butuh waktu lama aku pun mengeluarkan cairan cintaku. Aku yakin pak Saiful mengetahui nya karena aku mengempot jarinya. Aku pun mengatur nafasku kembali.
Saat sedang mengatur nafasku, aku merasa selangkanganku terbuka. Saat aku ingin melihat ke bawah, mataku ditutup oleh handuk. Aku yang masih mengatur nafas tidak dapat berontak. Aku merasakan sesuatu yang tumpul masuk ke dalam vaginaku. Kemudian aku mendengar bisikan “Nikmati saja mba”. Suara tersebut adalah suara Singgih. Rupanya ia masih berada di ruangan ini. Pak Saiful kemudian menggejot vaginaku. Aku pun hanya bisa pasrah dan menikmati saja. Daripada berontak dan aku disakiti, lebih baik aku menikmati saja pikirku. Kemudian, aku merasa ada sesuatu yg ingin masuk ke dalam mulutku. Sepertinya itu adalah penis Singgih. Kini aku digenjot dua pria sekaligus di mulut dan vaginaku. Puas menikmati mulutku, Singgih pun beranjak. Pak Saiful kemudian mencabut penisnya, sepertinya ia akan berganti dengan Singgih. Kemudian aku pun digendong dan kurasakan sebuah penis masuk ke dalam vaginaku. Lalu, aku merasakan satu penis lagi masuk ke dalam anusku. Kini aku dipeneterasi 2 penis sekaligus dalam keadaan digendong.
Tidak butuh waktu lama, aku mendengar pak Saiful mengerang. Sepertinya ia akan orgasme. Kemudian kedua pria tersebut menghentikan genjotan mereka. Aku pun diposisikan berlutut dan kurasakan tembakan sperma tepat di wajahku. Setelah itu, pak Saiful pun rebahan untuk beristirahat. Singgih kemudian membersihkan wajahku dengan handuk. Setelah itu, ia kembali menggendong ku sambil mempenetrasiku. Ia menggendongku keluar kamar. Ia kemudian menggenjot diriku di ruang tamu. Permainan Singgih sangatlah perkasa. Aku sangat menikmatinya. Hingga tak berselang lama, aku kembali akan mencapai orgasmeku. Singgih yang mengerti mempercepat sodokannya. “Aaahhh… Teruss…. Enakkk” Ujarku. Tidak lama kemudian aku pun orgasme. Singgih menghentikan pergerakannya agar aku dapat menikmati orgasmeku.
Setelah orgasmeku selesai, Singgih terus menggenjot tubuhku dengan posisi aku direbahkan di sofa. Kami berganti berbagai gaya di sini. Singgih sangatlah perkasa. Desahanku terdengar nyaring di ruangan ini. Mungkin jika ada yang lewat di depan rumahku, secara samar ia akan mendengarnya. Aku tentu saja tidak ingin hal itu terjadi. Aku sendiri kembali akan orgasme untuk yang ketiga kalinya. Namun, kekhawatiranku benar terjadi. Rupanya saat aku sedang dipijat tadi, Singgih sengaja memesakan makanan online. Ia memesan menggunakan HP ku yang dapat dibuka dengan wajah. Sepertinya ia mengscan wajahku tadi. Kini, makanan tersebut telah tiba dan sang ojol sudah berada di depan pintu rumahku. Singgih kemudian menghentikan genjotannya. Ia juga menyuruhku untuk mengambil pesanan tersebut. Namun, aku sudah sangat tanggung. Aku ingin mencapai orgasmeku dahulu.
Akhirnya, Singgih menarikku ke depan pintu. Ia membuka sedikit pintu tersebut. Kami bersembunyi di balik pintu dan aku mengeluarkan kepalaku. Ia kemudian memasukkan penisnya ke dalam vaginaku. Ia menggenjot diriku perlahan dengan pintu terbuka. Aku pun terpaksa harus menerima pesanan dari ojol tersebut dengan memperlihatkan kepalaku yang bergoyang akibat sodokannya.
“makasih ya pak”
“Sama sama neng, kayanya seru banget, boleh ikutan gak” Ujar ojol tersebut
“Jangan pak, ahhh…, udah… Bapakkkk… Pergi sana… Ahhh… “
“Masuk aja sini pak ikutan” Teriak Singgih.
Mendengar hal tersebut, pak ojol pun masuk ke dalam. Singgih pun mengatakan bahwa si bapak ojol bebas menyaksikan kami namun ia tidak boleh menyentuhku. Ia juga diperbolehkan mengocok penisnya dan membuangnya di wajahku. Mendengarkan hal tersebut, bapak ojol kemudian melepas celananya. Ia pun mengocok penisnya sambil menyaksikan live sex di hadapannya. Payudaraku terus berayun, vaginaku semakin becek, dan desahanku tak kunjung berhenti. Aku pun mencapai klimaksku dan cairan cintaku membasahi lantai. Setelah itu, aku ambruk ke lantai.
Singgih kemudian kembali menghujam penisnya di dalam vaginaku. Kali ini ia bergerak cepat karena sepertinya ia akan orgasme. Saat Singgih sedang menggenjot diriku, Tiba-tiba ada sperma yang menyembur ke wajahku. Aku lupa bahwa kami sedang disaksikan oleh orang lain. Setelah itu, pak ojol kembali mengenakan celananya dan pergi meninggalkan kami dengan pintu terbuka. Aku yang sudah tak bertenaga akibat orgasme hanya bisa pasrah jika ada melihat kami. Untungnya, tidak butuh waktu lama, Singgih pun orgasme. Namun sial, ia mengeluarkan spermanya di dalam vaginaku.
Setelah puas mengeluarkan spermanya, Singgih melepas pens nya dari vaginaku. Spermanya pun ikut mengalir perlahan keluar dari vaginaku. Setelah itu, ia kembali menggendong diriku. Namun, rupanya ia menggendong ku ke halaman depan. Singgih kemudian menidurkanku di halaman depan dan meninggalkan aku. Ia kemudian masuk ke dalam rumah. Aku pun mengumpulkan tenagaku. Aku takut jika ada yang melihatku. Aku pun berusaha merangkak menuju ke pintu rumahku. Sambil aku merangkak, sperma Singgih terus menetes. Jika ada yang melihatku, mungkin aku akan diperkosa di tempat. Saat aku berhasil meraih gagang pintu rumahku, aku tak dapat membukanya. Rupanya Singgih mengunci pintunya dari dalam. Kulihat di dalam Singgih dan pak Saiful sedang memyantap makanan mereka. Mereka tidak mempedulikan aku yang telanjang seorang diri di halaman. Aku pun bingung kemana harus bersembunyi.
Aku tidak bisa terus berdiam diri. Dengan terpaksa aku pun mencari tempat bersembunyi. Kulihat di luar memang sangatlah sepi. Mobil seluruh tetangga juga tidak ada di tempat. Namun, hal itu tidak menutup kemungkinan jika suatu saat akan ada saja yang melihatku. Benar saja, saat aku mencari tempat bersembunyi, aku mendengar suara kendaraan dari kejauhan. Aku tidak tahu dimana aku harus bersembunyi. Aku yang sudah bingung akhirnya berusaha mengetuk pintu rumahku. Saat kendaraan semakin dekat, Singgih akhirnya membukakan pintu dan aku pun masuk secepat kilat.
“Gimana mba? Seru gak?”
“Sera seru apanya”
“Hehe udah jangan ngambek, yauda kami mau pamit pulang, bayarannya mana mba?”
“Bayar apalagi? Kan itu udah pesan makanan seenaknya, mana saya diperkosa juga”
“Oh gitu? Tapi kan udah dipuasin sama kita, udah dipijit juga sama kita, kalo emang gamau bayar yauda”
“Oke ini ongkosnya, terima kasih”
“Nah gitu dong, sama sama mba cantik, semoga bisa cepat bertemu lagi.”
Mereka pun pergi dari rumahku. Sungguh berbahaya sekali tadi. Terlambat beberapa detik saja, aku pasti terekspos. Aku kemudian membersihkan semua ruangan dan membersihkan diri. Setelah itu, aku bersantai hingga tertidur di kamarku.
Di sisi lain kota
“Eh Supri, kenapa lu sumringah gitu?”
“Ini tadi gue abis anter makanan eh dikasih suguhan”
“Mana coba liat”
“Lah ini si Indah. Yang kemarin gue ceritain, Maknyus itu pri.”
“Eh serius ini orangnya? Anjing cakep banget, enak lu bisa nikmatin, lah gue cuma bisa coli ngeliatin”
“Santai pri, gue ada rencana, hehehe”
“Oke Dod hehehe”
Bersambung…