Sebuah Keindahan Ciptaan Tuhan part8~

Update Part 8.

Part 8. A New Beginning
Keesokan harinya, aku terbangun pukul 12 siang. Hari ini aku mendapatkan libur sebagai hadiah setelah berhasil membuat proposal proyek yang perusahaanku tawarkan diterima client. Aku terbangun dan segera menuju dapur karena perutku keroncongan. Aku keluar dari kamar dalam keadaan telanjang bulat. Setelah mandi tadi pagi, aku mengeringkan tubuhku dan tidur begitu saja tanpa berpakaian. Aku pun memasak mie instan karena sudah sangat lapar. Setelah mie instan ku siap disajikan, aku menyalakan tv untuk makan siang sambil menonton TV.

Aku menyaksikan berita untuk sekedar up to date dengan berita yang sedang ramai. Berita politik masih menjadi topik perbincangan hangat saat ini. Saat aku telah menghabiskan mie instanku, penyiar membawakan berita yang membuat diriku terkejut.

“Pemirsa, 3 orang pria diamankan kepolisian setelah tertangkap basah sedang berbuat tidak senonoh di sebuah kamar hotel. Petugas mengatakan bahwa ketiga tersebut ditemukan sedang dalam keadaan telanjang bulat ketika penangkapan terjadi. Kejadian bermula saat seorang petugas hotel tengah memeriksa hotel. Kamar yang ditempati ketiga pria tersebut terbuka. Petugas yang penasaran kemudian menelusuri kamar tersebut dan ditemukan 3 orang pria yang sedang tertidur telanjang. Ketiga pria tersebut berinisial S, D, dan S kini sedang dalam pemeriksaan polisi dan akan ditahan jika terbukti bersalah. Saat dilakukan penggeledahan, polisi juga menemukan 3 pil obat terlarang di lokasi kejadian. Ketiga pria tersebut akan menerima hukuman penjara jika terbukti bersalah dengan tuduhan penyalahgunaan obat dan perbuatan asusila.”

Aku syok mendengarnya. Saat melihat liputan kamar lokasi penangkapan, aku sadar bahwa itu adalah kamar tempat aku digilir tadi malam. Selain itu, inisial mereka juga sama persis dengan ketiga pria yang menikmati tubuhku tadi malam. Aku bersyukur, selain aku berhasil menghilangkan bahan mereka untuk memanfaatkan diriku, aku juga akan aman dari ancaman mereka. Aku pun merayakan kemenanganku dengan melompat-lompat di dalam rumah. Rasa lelahku kini hilang sepenuhnya setelah mendengar berita tersebut. Hingga tanpa kusadari berita selanjutnya disampaikan.

“Seorang pria berinisial A babak belur dihajar warga setelah menabrak sebuah sepeda motor. Warga emosi setelah pria tersebut berusaha melarikan diri saat diminta pertanggungjawaban oleh warga. Pria tersebut berdalih bahwa ia sedang buru-buru ke bandara karena khawatir dengan istrinya yang berada di ibukota. Hingga saat ini, pelaku sedang dirawat di Rumah Sakit hingga pulih untuk segera diadili. Pria yang sehari-hari bekerja di sebuah perusahaan pekebunan tersebut terancam hukuman 10 tahun penjara jika terbukti lalai dalam berkendara dan merugikan orang lain.”

Aku tersentak. Apakah itu suamiku? Apakah mas Angga baik-baik saja? Tadi malam mas Angga berkali-kali menghubungi diriku. Banyak sekali pesan yang ia kirim. Namun, aku belum sempat membacanya. Aku pun mengambil HPku dan melihat pesan mas Angga. Benar saja ia nekat untuk pulang karena khawatir denganku. Ia juga mengirimkan pesan bahwa ia sudah memesan tiket pesawat. Aku pun tertunduk lesu. Akibat perbuatanku, kini mas Angga akan mendekam di penjara. Namun, aku juga sangat khawatir dengan kondisi mas Angga. Ia dikabarkan babak belur dan sedang dalam perawatan di rumah sakit. Aku pun mencoba menghubungi mas Angga namun HP nya tak aktif. Aku pun menangis tersedu-sedu. Aku sangat merasa bersalah kepada mas Angga.

Suara dering telfon memecah tangisanku. Kulihat telefon masuk. Aku pun mengangkatnya.

“Benar dengan mba Indah?”
“Iya saya sendiri” Jawabku terisak-isak.
“Saya Alex temannya mas Angga, mba mohon maaf, mba sudah lihat berita? Mas Angga terlibat kecelakaan dan sedang dirawat. Mas Angga nabrak orang dan babak belur dikeroyok warga. Mas Angga sendiri sedang dalam keadaan koma. Mba mohon bersabar dan berdoa terus untuk keselamatan mas Angga ya.”
“Iya mas, terima kasih infonya mas”
“Iya mba, mba jangan khawatir, saya akan dampingi mas Angga, akan saya kabarkan jika ada apa-apa.”

Telfon pun dimatikan. Aku sangat sedih. Aku juga merasa sangat bersalah. Apalagi aku juga belum menjadi istri yang baik. Aku mungkin dilecehkan, namun aku menikmatinya. Aku juga dengan sadar telah selingkuh darinya. Rasa bersalah tak kunjung berhenti mengacaukan pikiranku. Mas Angga sendiri seorang yatim piatu. Ia tak memiliki seorang pun saudara atau pun keluarga jauh lainnya. Hanya aku keluarga yang ia miliki. Berbeda denganku yang masih memiliki orang tua yang lengkap. Aku yang sedang sangat bersedih menghubungi kedua orang tuaku. Mereka pun berusaha menenangkan diriku.

Pada sore hari, kedua orang tuaku yang memang masih tinggal dalam 1 kota yang sama datang. Mereka berusaha menemaniku untuk menenangkan diriku. Saat ini aku sendiri sudah berpakaian yang sopan namun masih tanpa dalaman. Hingga telfonku kembali berbunyi dari Alex.

“Mba, mba yang ikhlas ya, mas Angga sudah tidak ada, barusan dokter menyampaikan bahwa pendarahan di otaknya sudah tidak dapat tertolong. Jenazah akan segera dibawa ke rumah hari ini. Mba harus sabar dan kuat ya.”

Mendengar berita tersebut, aku jatuh pingsan. Aku tak tahu berapa lama aku pingsan. Saat aku sadar, rumahku telah ramai oleh saudara dan keluargaku. Suasana duka menyelimuti kediamanku dan mas Angga. Selain itu, hadir juga beberapa rekan mas Angga di kantor. Saat mereka melihatku, mereka pun mengucapkan belasungkawa dan turut bersedih atas kepergian mas Angga. 30 menit berselang jenazah mas Angga datang. Aku tak dapat menahan tangisanku dan menangis terisak melihat tubuhnya yang kaku. Malam itu kulewati dengan kesedihan hingga akhirnya prosesi pemakaman berakhir pada pagi harinya. Pak Parto juga sempat datang ke rumahku dan mengatakan bahwa aku dapat beristirahat dan libur selama 2 minggu untuk memenangkan diri.

Seminggu setelah kepergian mas Angga, aku sudah lebih tenang dan ikhlas. Kedua orang tua ku juga telah pulang ke rumah mereka. Kini aku kembali seorang diri di rumah ini. Rasa bersalah juga masih kerap menghantui diriku. Namun, aku sadar bahwa aku harus bangkit dari kesedihanku. Aku pun melanjutkan hidup seorang diri.

Berbulan-bulan berlalu. Aku masih tetap seorang diri. Aku juga sudah tidak pernah berhubungan badan ataupun menunjukkan tubuhku ke siapa pun lagi. Beberapa kali pak Fredy juga ingin bertemu denganku, namun aku selalu menolaknya. Aku juga sudah keluar dari pekerjaanku. Kini aku telah pindah dari rumahku dan mas Angga. Aku menjualnya dan pergi ke sebuah daerah pulau wisata untuk memulai bisnis. Aku membuka sebuah tempat makan untuk melanjutkan hidupku. Aku menjalankan bisnis ini seorang diri karena masih baru memulainya sehingga aku perlu menghemat biaya.

Minimnya turis yang datang membuat usahaku stack. Bahkan beberapa kali tak ada pengunjung yang datang ke kedaiku. Hal ini membuatku sedikit kecewa. Namun, aku tak pantang menyerah dan berusaha terus mengembangkan bisnisku. Kini, aku mengubah bisnisku menjadi sebuah restoran private dimana aku hanya akan melayani satu orang tamu saja. Aku memanfaatkan ruang makan rumahku dan akan memasak lamgsung di hadapan tamu. Targetku adalah wisatawan yang ingin dinner romantis secara private. Restoranku sendiri hanya melayani satu pesanan tamu di siang hari dan malam hari.

Suatu malam, aku sedang membersihkan restoranku dari debu. Hal ini membuatku berkeringat dan kotor. Aku pun memutuskan untuk mandi sejenak. Saat aku tengah mandi, aku mendengar 2 orang pria tengah berbincang. Karena terburu-buru, aku pun mengenakan daster dengan belahan rendah tanpa dalaman apa pun. Aku pun menyapa mereka dan rupanya mereka bermaksud untuk makan di tempat ku. Aku pun mempersilahkan mereka masuk. Kemudian, aku memberikan mereka menu dan meninggalkan mereka sejenak. Namun, belum sempat aku pergi, mereka menahanku. Padahal, aku bermaksud untuk mengganti pakaianku. Mereka rupanya baru sampai dan sudah sangat lapar. Mereka kemudian memesan makanan dan minuman.

Aku kemudian memasak makanan dan menyiapkan minuman mereka. Karena memiliki konsep open kitchen, maka mereka dapat melihat diriku memasak. Salah satu dari mereka memuji kecantikan dan kemolekan tubuhku. Ia mengatakan bahwa aku sangat seksi dan seharusnya restoran ini ramai karena ada di bidadari. Mereka terus menerus memujiku. Makanan pun siap dan aku menyajikannya. Mereka pun menyantap makanan yang kuhidangkan tanpa melepas pandangan mereka dariku. Mereka kemudian meminta air putih.

Saat aku membawakan air putih, tanpa sengaja aku menjatuhkan gelas dan menyiprat tubuhku. Pakaianku pun basah. Payudaraku terceplak dan aku yakin mereka dapat melihat putingku yang tercetak di balik daster. Aku pun segera mengelap lantai dengan kain. Tanpa kusadari, belahan dasterku yang rendah membuat mereka dapat melihat payudaraku yang menggantung. Mereka melihatku dengan terpana. Tiba-tiba saja gairah pamerku bangkit. Dengan sengaja aku pun menungging dan mengelap lantai. Dasterku yang hanya sepanjang paha terangkat dan mereka dapat melihat pantatku yang tak tertutup apa pun. Mereka semakin terpana. Aku merasa darahku berdesir. Aku sangat menikmati pandangan mesum mereka kepadaku. Pelan-pelan jiwa pamerku kembali bangkit akibat hal ini. Aku pun selesai mengelap lantai dan kembali ke dapur untuk membawakan kembali air untuk mereka.

Setelah kutaruh kembali air minum mereka, mereka kembali memujiku. Mereka mengatakan bahwa tubuhku sangatlah indah. Mereka pun tak malu untuk mengajakku tidur dan berhubungan badan. Namun aku menolaknya. Aku beralasan bahwa aku masih harus melayani pelanggan. Mereka juga sempat menawariku sejumlah uang, namun aku menolaknya. Aku masih belum ingin berhubungan badan. Namun, aku menikmati saat tubuhku dipandangi mereka dengan penuh nafsu. Dengan rasa kecewa, mereka pun pergi dan meninggalkan restoranku. Setelah mereka pergi, aku menutup restoran.

Tiba-tiba saja, aku ingin bertelanjang ria malam ini. Aku pun melepas dasterku dan kini aku sudah tak tertutup sehelai benang pun. Aku pun membersihkan piring makan mereka dalam keadaan telanjang. Aku sangat menikmati ini. Entah mengapa, tiba-tiba aku ingin terus telanjang atau pun sekedar memamerkan tubuh indahku lagi. Aku sangat menyukai sensasi saat orang lain terkesima melihat keseksianku. Namun, aku masih takut terjadi hal yang tak diinginkan seperti dahulu.

Keesokan harinya, aku kembali membuka restoranku. Kembali kedua turis kemarin datang untuk makan di restoranku. Hari ini aku menggunakan pakaian yang tertutup dan terlihat raut wajah mereka yang sedikit kecewa. Aku tahu bahwa mereka pasti kecewa melihat diriku yang tertutup seperti ini. Aku sendiri tidak peduli. Aku ingin restoranku dikunjungi karena masakanku, bukan karena hal lain. Aku pun mempersilahkan mereka untuk duduk. Aku memberikan mereka menu dan mereka memesan makanan yang sama seperti kemarin. Setelah itu, aku pun menyiapkan pesanan mereka.

Setelah kusiapkan makanan mereka, mereka pun menyantapnya. Kulihat raut wajah mereka berubah kembali bahagia. Rupanya mereka sangat menikmati makananku. Tak lupa mereka pun mendokumentasikan santapan dan pengalaman mereka di restoranku. Mereka juga menanyakan akun sosial mediaku. Setelah puas menyantap makanan mereka, mereka pun pergi untuk tur.

Tak lama berselang, beberapa pesan masuk melalui sosial mediaku. Mereka ingin memesan reservasi untuk makan di tempatku. Rupanya kedua turis tadi membantuku mempromosikan restoranku. Bahkan aku sampai kewalahan menjawab dan menjadwalkan satu per satu reservasi. Aku sangat bersyukur dan berterima kasih kepada kedua turis tersebut. Mereka mengatakan bahwa tempatku sangat romantis dan masakan yang kusajikan sangatlah nikmat. Aku pun bahagia dan sangat bersemangat karena usahaku kini mulai memberikan hasil. Semoga saja semua ini akan terus berlanjut. Aku pun mulai memikirkan rencana ke depan. Aku berencana untuk membuat form registrasi untuk memudahkanku melayani pesanan nantinya.

Malam harinya, kedua turis tersebut sempat lewat di depan restoranku. Kami pun berbincang sejenak. Tak lupa aku juga mengucapkan terima kasih kepada mereka. Mereka pun bercerita bahwa mereka akan meninggalkan pulau ini esok hari. Mereka juga berencana untuk makan malam di restoranku malam ini. Setelah itu, mereka pamit kembali ke hotel untuk membersihkan diri.

Aku pun memikirkan bagaimana aku dapat berterima kasih kepada mereka. Aku sangat bersyukur kedatangan mereka membuat restoranku akan segera ramai pengunjung. Entah bisikan dari mana, tiba-tiba saja aku terpikirkan untuk melayani mereka dengan hanya menggunakan apron tanpa apa pun dibaliknya. Apron akan menjadi satu-satunya penutup tubuhku. Memikirkan hal itu, tiba-tiba saja vaginaku basah. Aku tak sabar untuk memamerkan tubuhku kepada mereka.

Malam hari pun tiba. Aku pun berdandan dengan cantik. Aku juga berusaha berpenampilan semenarik mungkin. Meskipun gairah pamerku bangkit, namun ada sedikit keraguan di hatiku. Aku takut mereka memperkosa diriku. Namun, tekadku sudah bulat dan aku tidak hanya akan menyajikan masak terbaikku, tapi juga memperlihatkan tubuhku. Mereka pun datang. Aku berusaha membuat ruangan sedikit remang agar kesan romantis tercipta. Selain itu, hal dimaksudkan agar mereka tidak dapat terlalu melihat tubuhku yang hanya ditutupi apron.

Mereka pun memujiku karena membuat restoran ini tampak lebih romantis. Mereka juga terpukau dengan kecantikanku malam ini. Aku pun mempersilahkan mereka untuk memesan. Namun, karena minimnya cahaya, akhirnya mereka pun menyalakan lampu. Kini, mereka dapet melihatku yang hanya tertutup apron. Mereka kemudian memujiku dan mengatakan bahwa aku sangat berani. Mereka memuji tubuh indah yang selalu kurawat sepenuh hati. Mereka kemudian memesan makanan. Saat aku sedang memasak, mereka menanyakan kepadaku suatu hal yang mencengangkan. Mereka bertanya apakah aku mau melepas apronku. Mereka berjanji akan membayar 10 kali lipat dan tidak akan berbuat mesum kepadaku. Mereka juga ingin aku menyajikan makanan di atas tubuhku. Mirip seperti naked sushi. Sebagai service khusus dan mempertimbangkan makanan yang mereka pesan aman untuk kulitku, maka aku pun menyetujui permintaan mereka.

Aku melepas ikatan apronku secara perlahan. Apron tersebut kini telah longgar, selanjutnya ku angkat apron tersebut. Kini aku telah telanjang bulat di hadapan mereka. Aku pun memasak santapan mereka sambil bertelanjang ria. Mereka sangat menikmati suguhan naked cooking yang aku lakukan. Mereka memesan mie goreng spesialku. Kini, setelah memasak, aku pun menaruh sumpit di meja mereka. Aku kemudian rebahan di atas meja. Setelah itu, ku tuangkan mie goreng yang sudah agak dingin ke atas tubuhku yang tak tertutup apa pun.

Mereka sangat terpukau dengan sajian yang ada di hadapan mereka. Mie goreng dengan 2 buah telur mata sapi. Mie goreng kuletakkan di perutku sedangkan telur di payudaraku. Hanya makanan ini saja yang menutupi tubuhku saat ini. Setelah itu, mereka pun menikmati makanan sambil memandangi diriku. Sesekali mereka juga iseng dengan sumpit mereka. Mereka sengaja menggeser sumpit mereka ke area sensitifku. Mereka menggeser mie ke area puting dan klitorisku. Melihat hal tersebut, seakan disengaja mereka kerap menyentuh area sensitifku dengan sumpit. Lama tak merasakan sentuhan lelaki membuat gairahku bangkit. Tanpa sadar putingku mengeras dan vaginaku pun basah.

Hal ini terus berlanjut. Bahkan beberapa kali mereka memencet putingku dengan sumpit atau memasukkan sumpit ke dalam vaginaku. Nikmat sekali rasanya dirangsang seperti ini. Namun aku tak ingin ini terus berlanjut. Saat makan malam mereka telah habis, mereka tak berhenti di sana. Mereka menjilati tubuhku untuk membersihkan sisa-sisa mie goreng. Di tengah ini semua, salah satu dari mereka beranjak dari meja makan. Ia membuka kulkas dan mengambil sebuah timun. Kemudian, ia kembali menjilati tubuhku. Pria tersebut selanjutnya memasukkan timun di dalam vaginaku. Ia keluar masukkan timun tersebut. Aku pun mendesah karena sudah tak tahan dengan rangsangan yang mereka berikan. Tak butuh waktu lama, aku pun orgasme. Melihatku yang orgasme, mereka menghentikan aktivitas mereka di tubuhku. Mereka tertegun melihat tubuhku. Mereka membiarkan diriku yang sedang menikmati orgasme yang sudah lama tak kurasakan.

Setelah orgasme ku berakhir, mereka membantuku bangkit dari meja. Mereka juga menepati janji mereka dengan tidak berbuat lebih. Aku pun pamit sejenak untuk membersihkan diri. Mereka mengerti dan mereka pun berbincang menunggu diriku yang membersihkan diri. Setelah membersihkan diri, aku pun keluar dari kamar handi dengan hanya ditutupi handuk. Mereka tak lepas memandangi tubuhku yang belum kering seutuhnya. Mereka kemudian mengatakan bahwa mereka ingin pergi ke klub malam bersamaku. Aku yang sudah mulai nyaman dengan mereka menyetujuinya.

Saat akan mengganti pakaian, mereka pun ikut memilihkan aku pakaian. Mereka memilih sebuah dress dengan potongan rendah dan panjang sepaha. Mereka juga mengatakan bahwa aku tak perlu mengenakan pakaian dalam karena aku terlihat cantik dengan tampilan seperti itu. Sejujurnya aku setuju dengan kedua pria tersebut. Aku terlihat sangatlah seksi. Setelah itu, aku mengunci rumah dan pergi ke klub malam bersama mereka.

Kami pun melewati malam sambil berdansa dan menenggak alkohol. Kami lewati malam dengan riang di sana. Aku tak diberikan istirahat oleh mereka. Mereka bergantian mengajakku berdansa. Beberapa kali juga mereka menyentuh areal sensitifku. Aku pun berkeringat karena memang klub ini berada di area terbuka tanpa pendingin ruangan. Akibatnya, tubuhku sangat menjiplak di balik pakaianku. Selain itu, karena pakaian yang kukenakan memiliki potongan rendah di dada, semua orang dapat melihat dadaku. Tidak jarang beberapa turis dengan sengaja menyentuh tubuhku.

Puas menikmati malam, aku dan salah turis, Mark pulang. Temannya, Jason tampak masih ingin menikmati malam. Kami pun berjalan berdua ke arah pulang. Di tengah perjalanan, Mark menantang diriku. Suasana yang sepi membuatnya menantangku untuk bugil sampai rumah. Ia bertaruh jika aku berhasil melakukannya, ia akan memberiku 10 juta. Merasa tantangan tersebut menarik, aku pun menyetujui tantangan Mark. Kulepas pakaianku dan kini aku sudah bertelanjang bulat. Aku pun berjalan pulang dengannya. Ia merangkulku dengan tangannya yang nakal meremas payudaraku. Jujur, setelah sekian lama aku bernafsu sekali. Telanjang di area terbuka dengan rangsangan yang kuterima membuat hasrat yang sudah lama terpendam kembali bangkit. Namun, aku merahasiakan hal tersebut karena aku tidak ingin lagi bersetubuh dengan sembarang orang. Aku hanya ingin sebatas memamerkan tubuhku.

Mendekati rumahku, aku sudah sangat tak tahan. Vaginaku sudah sangat basah karena Mark tak kunjung berhenti meremas payudaraku. Mark sendiri sudah sangat nafsu kepadaku. Mark juga kembali memberiku tantangan. Jika aku berhasil membuatnya ejakulasi dalam 5 menit, ia akan memberiku 100 juta tambahan. Namun jika aku gagal, ia bebas menikmati tubuhku sepanjang malam. Aku pun tanpa sadar menjawab ya karena nafsuku. Mark pun menyalakan timer sembari kubuka celananya. Ia kemudian menyalakan timer sedangkan aku sudah berlutut dihadapannya. Kukocok perlahan penisnya. Kulanjutkan dengan mengulum penis dan kedua buah zakarnya. Tak berselang lama, Mark pun ejakulasi di wajah, leher, dan dadaku. Kulihat timer dan waktu tersisa 30 detik. Aku menang.

Setelah itu, tanpa membersihkan diri kami pun melanjutkan perjalanan pulang. Tiba di depan rumah, Mark mentransfer hadiah untukku. Aku pun memberikannya kecupan hangat sebagai tanda terima kasih. Setelah itu, Mark pulang ke kamar hotelnya. Aku pun masuk ke dalam rumah dan segera mencari timun untuk menuntaskan hasratku. Sebenarnya aku berharap Mark menang. Aku rindu penis di dalam vaginaku akibat insiden di perjalanan pulang tadi. Meskipun sedikit kecewa karena tak dapat berhubungan badan, aku masih senang karena mendapatkan 110juta. Setelah aku orgasme akibat timun, aku pun tertidur di ruang tamu karena kelelahan akibat orgasme nikmat yang sudah lama tak kurasakan.