Aku terbangun di pagi hari setelah melewati malam yang melelahkan. Aku pun beranjak ke toilet untuk sekedar membersihkan wajahku dan menggosok gigiku. Setelah itu, aku kembali ke kasurku sembari menunggu perawat datang mengantarkan sarapan dan Mario datang.
1 jam setelahnya Mario pun datang dan aku telah selesai sarapan. Perawat juga mengatakan bahwa infusku perlu dihabiskan sebelum aku keluar dari rumah sakit. Sambil menunggu infusku habis, Mario mengurus segala administrasi dan pembayaran. Sedangkan aku mengganti pakaian. Ku kenakan kaos dan blazer beserta celana jeans ketat panjang. Aku ingin segera pulang ke rumah ibuku di kampung agar dapat beristirahat dengan tenang. Setelah infusku habis, aku dan Mario pun berangkat menuju rumah ibuku.
Perjalanan menuju kampung halamanku membutuhkan waktu sekitar 4 jam. Selama perjalanan, aku pun tertidur karena mengantuk. Mario pun tak mempersalahkan sikapku. Kami sempat mampir di sebuah restoran untuk makan siang. Restoran tersebut cukup ramai. Aku menjadi pusat perhatian. Kaos dan jeans ketat yang kukenakan membuat lekuk tubuhku terbentuk jelas. Namun, untungnya aku mengenakan pakaian dalam sehingga putingku tak terlihat.
Setelah menyantap makan siang, aku pun ke toilet untuk buang air kecil. Saat memasuki bilik, samar-samar ku dengar penjaga toilet berkata “Gila barang mantep tuh. Toketnya bulet, pantatnya sekel.” Mendengar ucapan tersebut, sisi nakalku bangkit. Kulepas seluruh pakaianku. Kutanggalkan bra dan celana dalamku. Aku pun buang air kecil dalam keadaan telanjang. Setelah itu, aku pun kembali mengenakan kaos dan celana jeansku. Bra dan celana dalamku sengaja kutinggalkan di kamar mandi. Aku pun keluar dari toilet dalam keadaan tanpa pakaian dalam. Secara samar, putingku terbentuk.
“Berapa mas?” Ujarku.
“2 ribu aja mbak”
“Oh iya ini mas, makasih ya”
“Sama sama mbak”
“Oh iya, itu toiletnya agak mampet kayanya, coba dicek deh”
Aku pun meninggalkan toilet umum. Samar kudengar penjaga toilet mengomentari putingku dan heran kemana BH ku. Aku sengaja meninggalkan BH dan celana dalamku untuk kenangan baginya. Seiring menjauhi toilet umum dan berjalan menuju mobil, kulihat penjaga toilet berjalan menuju toilet yang habis aku gunakan. Entah apa responnya ketika ia masuk dan melihat BH dan celana dalamku menggantung.
Aku dan Mario pun melanjutkan perjalanan ke rumahku. Kututupi putingku dengan kardigan agar tak diketahui oleh Mario. Kami menempuh perjalanan sekitar 90 menit hingga akhirnya kami sampai di rumah ibuku. Aku pun turun dari mobil dan langsung menuju ke dalam rumah. Sedangkan Mario, ia sedang menurunkan tas pakaianku selama di kampung. Ibuku langsung memelukku. Ia juga menangis karena khawatir dengan keadaanku. Aku pun menenangkannya dengan mengatakan bahwa aku baik-baik saja dan sudah tak merasakan apa pun.
Ibuku adalah seorang janda. Ayahku dan Mario sudah meninggal sejak Mario dalam kandungan. Dengan kerja kerasnya ia mengurus kami. Ia bekerja sebagai petani dan di saat senggang ia juga bekerja sebagai tukang cuci pakaian. Hingga kini, ia masih tetap menjalankan 2 profesi tersebut. Meskipun aku pernah menyuruhnya berhenti, ia menolak karena pekerjaan itu menjadi obat penghibur baginya dari kesepian. Ia juga tak ingin menyusahkan anak-anaknya dan bahkan tak meminta apa pun kepada kami.
Kami semua masuk ke dalam rumah. Mario langsung berbaring di kamarnya. Sedangkan aku dan ibu berbincang di ruang tamu. Kami membicarakan banyak hal. Mulai dari kesibukanku hingga kasus kemarin. Mendengar cerita mengenaskan yang ku alami, ibu kembali menangis. Namun, aku menenangkannya dengan mengatakan bahwa aku sudah baik-baik saja.
Setelah berbincang cukup lama, ibu pun pamit untuk pergi ke sawah. Aku sempat mengatakan ingin ikut, namun ibu melarangku dan menyuruhku untuk beristirahat terlebih dahulu. Sawah yang digarap ibu merupakan tanah milik almarhum ayahku. Jarak antara sawah dan rumahku hanya berjalan 5 menit saja. Rumah dan sawah ibuku hanya terhalang 3 rumah saja. Tidak banyak rumah di perkampungan ini. Setelah ibuku pergi, aku pun masuk ke kamar dan mengganti pakaian dengan dasterku. Tak ada apa pun di balik dasterku. Bahkan perban pun sudah kulepas. Kemudian, aku merebahkan diri di kasurku hingga aku terlelap.
Saat sedang nyenyak tidur, Mario membangunkanku. Ia pamit untuk kembali ke kota karena ada tugas mendadak. Aku sempat menyuruhnya menunggu ibu kembali, namun ia mengatakan bahwa ia akan mampir ke sawah untuk berpamitan kepada ibu. Akhirnya Mario pun pergi dan kini tinggal aku seorang diri.
Cuaca yang panas membuat diriku gerah. Seorang diri di rumah membuatku berani untuk menanggalkan dasterku. Meskipun begitu, keringat tetap bercucuran dan aku pun memutuskan untuk mandi. Kamar mandi di rumah ini berada di halaman belakang. Halaman belakang rumah ibuku juga tak tertutup dan menghadap langsung ke perkebunan. Aku pun melenggang ke kamar mandi dengan menggenggam handuk.
Sebelum keluar melalui pintu, aku memeriksa keadaan sekitar. Melihat keadaan yang sepi, aku pun berjalan dengan santai ke kamar mandi. Senang sekali rasanya sudah lama sejak terakhir aku bugil di ruang terbuka. Senang sekali rasanya. Entah mengapa aku berharap ada yang melihatku. Namun, hingga aku masuk dalam kamar mandi, tak ada orang lain yang melihatku.
Saat sedang mandi, aku mendengar suara kentukan di pintu rumahku. Aku berpikir itu ibuku. Pintu rumah sengaja kukunci agar tidak ada seorang pun yang bisa masuk karena aku sedang bertelanjang. Aku tak ingin ada hal yang tak diinginkan terjadi. Aku pun tak menghiraukan karena ibu pasti akan bisa masuk melalui pintu belakang. Hal ini didukung dengan suara langkah kaki menuju halaman belakang.
Akan tetapi, pikiranku salah. Langkah yang terdengar bukan hanya 1 orang, akan tetapi 2 orang. Aku pun bingung siapa orang-orang tersebut. Kemudian terdengar suara 2 pria memanggil ibuku. Aku yang hanya membawa handuk tak mungkin menemui mereka. Aku tak ingin membuat malu ibuku. Akhirnya aku berterik menjawab “Ibu sedang di sawah”
“Indah ya?” Jawab seorang pria. Dari suaranya, aku mengetahui bahwa itu suara pak RT.
“Iya, maaf ya pak saya lagi mandi”
“Oh iya gapapa, kalo gitu saya pamit ke sawah ya, ada perlu dengan ibu”
“Iya pak”
Kemudian aku mendengar langkah kedua pria tersebut bergerak. Sepertinya, mereka sudah pergi menuju sawah ibu. Aku pun melanjutkan mandi dengan tenang. Namun, saat selesai mandi, handuk yang kugantungkan di atas daun pintu hilang. Keadaan semakin memburuk setelah kudengar suara orang mengobrol dari arah perkebunan. Jika aku keluar sekarang, tentu saja aku pasti akan ketahuan. Suara yang kudengar, setidaknya dari 8 orang. Jika aku keluar sekarang, tentu saja aku tak hanya akan membuat malu ibuku, tapi juga mungkin aku akan diperkosa mereka. Aku hanya bisa menunggu di kamar mandi hingga mereka pergi. Sore hari seperti ini memang sudah waktunya mereka untuk pergi kembali ke rumah dari kebun.
Setelah menunggu cukup lama, aku mendengar para pria tersebut telah pergi menjauh. Aku pun mencoba mengintip melalui sela pintu untuk memastikan situasi aman terkendali. Aku pun membuka pintu perlahan hingga akhirnya terbuka. Tak kutemukan handukku di sekitar halaman belakang. Aku memberanikan diri untuk keluar kamar mandi. Kemudian aku berjalan menuju pintu rumah. Jarak antara kamar mandi dan pintu rumah yang hanya 5 meter terasa seperti 5 km. Aku terus berjalan sambil memperhatikan sekitar. Akhirnya aku berhasil mencapai pintu rumah. Tepat saat aku memegang gagang pintu rumah, aku mendengar suara orang mengobrol. Dengan sigap aku masuk ke dalam rumah. Aku tak tahu apakah mereka dapat melihatku.
Tak kusangka Indah sekarang sangat cantik jelita. Tubuhnya yang basah dan mulus sangat berbeda dengan wanita mana pun di kampung ini. Ingin rasanya ku jamah tubuh janda tanpa anak itu. Tak salah keputusanku mencuri handuknya. Aku juga sengaja memisahkan diri dari Jaka, anakku, agar dapat mengintip tubuh mulus tersebut. Indah tentu tak menyadari lokasi persembunyianku. Sayangnya aku tak sempat memfoto dirinya. Jika saja sempat tentu aku dapat memanfaatkan foto tersebut sebagai bahan masturbasi atau alat negosiasi untuk menjamah dirinya.
POV Indah
Di dalam rumah, aku kembali mengambil handuk dari dalam lemariku. Ku keringkan tubuhku dan kukenakan daster yang tadi sudah kupakai. Aku pun merebahkan diri sambil memeriksa HPku. Aku hanya bisa memantau bisnisku melalui HP ku untuk sementara waktu. Kejadian yang menimpaku tertutup rapat dan hanya diketahui sedikit orang. Karyawanku hanya tahu bahwa aku sedang pergi berlibur. Setidaknya, itu yang Mario sampaikan kepada mereka. Aku juga menerima pesan dari Jason. Ia mengatakan bahwa ia sedang berada di ibukota dan ingin bertemu denganku. Namun aku menjawab bahwa aku sedang pergi dan tak dapat menemuinya.
Setelah membalas seluruh pesan dan memantau bisnisku, aku pun membuka sosmed. Tak banyak hal menarik di sana. Aku hanya melihat beberapa update dari temanku tentang keseharian mereka. Pak Parto hari ini sudah pensiun dari pekerjaannya. Teman lamaku memposting hal tersebut di akun sosmednya. Ada rasa rindu pada diriku untuk kembali bekerja, namun aku tak dapat mewujudkannya. Akhirnya aku tertidur setelah mengscroll sosmedku hingga bosan.
Menjelang matahari terbenam aku terbangun. Aku mendengar suara orang di dapur. Itu pasti ibuku yang sedang memasak makan malam. Aku pun bangkit dari kasurku dan menghampiri ibuku.
“Sudah pulang bu?” Ujarku.
“Eh udah bangun anak ibu”
“Sini bu biar aku bantu”
“Ga usah nak, gapapa”
“Gapapa bu, Indah bosan diam terus, mau beraktifitas rasanya”
“Yauda kalo gitu, kamu bantu ibu goreng ikan itu ya”
“Baik bu, oh ya, tadi pak RT datang cari ibu”
“Iya tadi Jaka mampir ketemu ibu di sawah”
“Oh gitu, ada apa bu?”
“Itu, pak RT kan mau nikahin anaknya si Jaka, jadi mereka mau minta bantuan ibu untuk urus makanan”
“Memang kapan bu acaranya?”
“Minggu depan nak”
“Ibu ga capek emangnya?”
“Gapapa nak, sepertinya ga bisa diamnya kamu itu turun dari ibu, ibu juga bosan kalau diam aja, jadi seneng bantu orang, lumayan untuk usir rasa bosan”
“Bisa aja ibu ini hahaha”
Santap malam pun siap dinikmati. Aku dan ibu makad bersama sambil mengobrol. Aku membuka obrolan dengan berkata “bu, besok aku ikut ibu ke sawah ya, aku ingin bergerak”
“Iya nak, tapi kamu jangan capek-capek ya nak”
“Iya bu, asik lumayan bisa lihat pemandangan”
“Kamu ini seperti anak kecil aja”
“Hihi habis bosan bu berdiam diri”
“Kamu ga ada niatan cari suami lagi? Kamu masih muda, belum punya anak, pasti banyak yang mau” ujar ibu dengan nada serius.
“Belum kepikiran bu, aku masih nikmatin sendirian bu”
“Jangan terlalu mengejar ambisi nak, kalau suatu hari ibu meninggal dan adikmu sudah menikah, siapa lagi yang akan ada untuk kamu selain anakmu dan suamimu kelak”
“Iya bu, aku pikir-pikir lagi, besok ibu ke sawah jam berapa?”
“Paling sore aja nak, pagi kan harus mencuci, itu cucian sudah menumpuk”
“Oh, nanti Indah yang cuci saja bu”
“Gapapa nak, kamu jangan capek dulu, kan baru sembuh”
“Ih ibu, aku kan bukan anak kecil, aku juga harus bergerak agar badan tidak kaku bu”
“Kamu bantu ibu menjemur saja kalau begitu, nanti kalau kamu sudah benar-benar sembuh, baru deh kamu bebas ngapain aja”
“Yaahhh ibuuu”
Kami pun melanjutkan santap malam hingga kenyang sambil berbincang. Aku membantu dan menemani ibu mencuci piring. Sudah lama aku tak bertemu ibu hingga banyak sekali hal yang kami perbincangkan. Selesai mencuci piring, kami pun masuk ke kamar masing-masing untuk tidur. Tak butuh waktu lama, aku melihat ibuku telah tertidur. Sementara aku yang sudah banyak tidur siang dan sore tadi tak juga mengantuk. Kubuka HP ku dan kulihat pesan dari Jason. Ia mengirimkan foto penis tegangnya. Ia mengatakan bahwa penis tegaknya merindukanku. Melihat hal tersebut, gairahku tiba-tiba bangkit.
Kutanggalkan pakaianku dan kini aku telah bertelanjang bulat. Kumainkan clitorisku sambil memandangi foto penis Jason. Tak puas memainkan clitorisku, kumasukkan 1 jariku ke dalam vaginaku. Kukocok jariku dengan ritme sedang. Aku menahan suaraku agar tak diketahui oleh ibuku. Aku membutuhkan sensasi lebih. Kuberanikan diri untuk bangkit dari kasurku. Aku berjalan menuju pintu halaman belakang. Pintu belakang rumahku memang tak terkunci karena hanya ini akses menuju toilet. Selain itu, situasi di perkampungan ini sangat aman karena setiap malam pemuda desa akan berkeliling berjaga.
Ku intip situasi di luar sangatlah gelap. Situasi yang gelap dan sepi sangat mendukung bagiku untuk keluar dalam keadaan telanjang. Aku pun membuka pintu perlahan dan keluar melalui pintu belakang. Tiupan angin mengenai tubuhku yang tak terhalang apa pun. Aku tutup pintu perlahan agar tak membangunkan ibuku. Kemudian aku berjalan di halaman belakang. Aku mainkan vaginaku dengan sepuas hati. Senang sekali rasanya bisa telanjang di tempat terbuka seperti ini. Tak butuh lama bagiku untuk mencapai orgasmeku. Crit crit crit menyemburlah cairan cintaku dengan derasnya ke tanah. Sungguh kenikmatan yang tiada tara. Aku pun lemas dan membaringkan tubuhku untuk mengumpulkan tenaga.
Setelah tenagaku pulih, aku pun bangkit. Namun, entah mengapa aku tidak ingin langsung masuk ke dalam rumah. Aku masih ingin berjalan-jalan. Aku pun memutuskan untuk berjalan ke arah perkebunan. Aku ingin merasakan sensasi bertelanjang di sebuah perkebunan. Aku pun berjalan tanpa alas kaki ke perkebunan. Semakin dalam aku masuk, semakin gelap gulita. Aku merasa semakin tenang karena artinya tak akan ada yang melihatku. Selain itu, tak mungkin ada seorang pun di waktu seperti ini.
Hanya nyamuk yang menemaniku sepanjang jalan. Gigitan nyamuk memenuhi tubuh indahku. Rasa gatal kini menjalar di seluruh tubuhku. Termasuk di vaginaku. Aku lihat sekitar, tak kutemukan apa pun selain ranting untuk kumasukkan ke dalam vaginaku. Hingga akhirnya kutemukan botol minuman penyegar. Kumasukkan botol tersebut ke dalam vaginaku. Vaginaku yang sudah basah memudahkan botol tersebut masuk. Setelah botol tersebut masuk, aku pun melanjutkan perjalanan. Enak sekali rasanya gesekan botol tersebut di dalam vaginaku saat aku sedang berjalan. Gesekan di vaginaku inilah yang sangat kurindukan. Aku sengaja tak memainkan botol tersebut terlebih dahulu karena ingin mencari tempat aman. Aku menghindari jika ada seseorang yang melewati jalan setapak di perkebunan ini.
Di tengah perkebunan, terdapat sebuah saung yang biasa dipakai para petani beristirahat. Aku berniat ke sana untuk memuaskan diriku. Namun, saat mendekati saung tersebut, aku melihat bayangan 2 orang di sana. Aku pun bersembunyi agar tak terlihat oleh mereka. Namun, mendekati saung, terdengar suara desahan dari saung tersebut. Aku pun penasaran dan dengan mengendap-endap mendekati saung tersebut. Kuintip keadaan di sana dan rupanya terdapat sepasang muda-mudi sedang bersenggama. Melihat permainan seks yang panas tersebut membuat darahku berdesir. Gairahku meninggi melihat live sex di hadapanku. Ingin rasanya bergabung namun kuurungkan niatku. Aku tak ingin mengganggu mereka dan terlihat buruk di kampung ini. Akhirnya, aku pun memutuskan untuk memainkan botol di vaginaku sambil menonton mereka.
Aku keluar masukkan botol tersebut di vaginaku. Perlahan terdengar suara kocokan dari arah vaginaku yang sudah sangat basah. Aku tahan desahanku agar tak mengganggu dua insan tersebut. Lelah berdiri menyaksikan mereka sambil mengocok vaginaku dengan botol, aku pun menungging dengan botol tetap di vaginaku. Sambil mengintip kembali kukocok botol di vaginaku. Telanjang di perkebunan ditemani nyamuk yang menggigiti tubuhku sembari menonton dua sejoli tersebut membuat gairahku memuncak. Crit crit akhirnya aku pun kembali orgasme. Puas sekali rasanya telah mencapai puncak kenikmatanku.
Aku pun melemas setelah merasakan salah satu orgasme ternikmatku. Aku duduk menyender pada pohon sembari tetap menyaksikan mereka. Setelah tenagaku pulih, aku pun bersiap untuk kembali ke rumah. Namun, saat akan bangkit, aku melihat 2 buah motor bergerak melewati jalan setapak menuju gubuk tersebut. Aku melihat kedua sejoli tersebut berusaha melarikan diri untuk bersembunyi. Namun terlambat mereka sudah ketahuan oleh pemotor yang ternyata pemuda kampung yang sedang patroli. Aku pun bersembunyi dan melihat kedua sejoli tadi sedang tertangkap basah oleh 4 pemuda.
Mereka kemudian mengintrogasi kedua sejoli tersebut. 2 pemuda kulihat mengikat sang lelaki agar tak melarikan diri. Sementara 2 lainnya memegangi sang wanita. Setelah sang lelaki diikat, kedua pria yang memegangi wanita tadi mengankat wanita tersebut ke pangkuan sang pria. Mereka memaksa sang wanita untuk kembali bercinta dengan prianya tersebut. Mereka videokan pasangan tersebut. Melihat kejadian tersebut, gairahku kembali bangkit. Tak butuh waktu lama, sang pria pun menyemprotkan spermanya di dalam vagina wanita tersebut. Keempat pemuda tadi pun tertawa. Sementara pasangan tersebut hanya bisa menangis.
Puas melihat kedua pasangan tersebut, keempat pemuda kemudian melepaskan seluruh pakaian mereka. Mereka kemudian memaksa sang wanita melayani mereka sembari dilihat kekasihnya yang terikat. Permainan seks mereka membuatku tak tahan untuk kembali mengocok botol di vaginaku. Kini, sang wanita tengah melayani 4 penis sekaligus. Aku tak tahan ingin sekali membantunya. Namun, aku tak mau dianggap murahan sehingga aku tak berani menyambangi mereka. Aku pun memutuskan untuk tetap memainkan botol di vaginaku. Melihat ketiga lubang wanita tadi penuh penis membuatku dengan cepat orgasme. Ternyata seperti itu lah pemandangan saat aku diperkosa 4 orang di tangga darurat.
Puas dengan orgasmeku, aku pun memutuskan untuk pulang. Mumpung mereka belum selesai dengan kegiatannya, ini kesempatan yang tepat bagiku untuk kabur. Dengan cepat aku pun mencapai halaman belakang rumahku. Aku sengaja berlari agar terhindar dari para pemuda tadi. Payudaraku yang menggantung tak terhalang apa pun bergerak naik turun. Aku lupa mencabut botol sehingga botol tersebut terus bergersekan dengan dinding vaginaku. Mendekati pintu rumahku, aku pun kembali orgasme. Rasa panik dan birahi yang bercampur saat aku berlari membuat birahiku memuncak. Aku pun masuk ke dalam rumah setelah membuang botol di vaginaku. Mencapai kamar, aku kenakan pakaianku dan lelah setelah orgasme berkali-kali membuatku terlelap dengan cepat. Nikmat sekali rasanya aksiku malam ini.
POV PAK RT
Gila emang si Indah. Ngapain dia lari telanjang gitu dari arah kebun. Tak hanya itu saja, ia juga memasukkan botol ke vaginanya. Lebih gilanya lagi, ia sempat orgasme tadi. Sungguh menarik Indah ini. Aku pasti akan menikmati tubuhnya apa pun caranya.
Bersambung….