Kami adalah 3 bersaudara, kakakku Diana telah menikah dan ikut suaminya, sedangkan aku dan adikku tinggal bersama orang tua kami. Aku sendiri berperawakan sedang, tinggiku 160cm berat badan 52kg, orang bilang aku montok, terutama pada bagian pinggul/pant*t. Pa*udaraku termasuk rata2 34 saja.
Kulitku yang putih selalu menjadi perhatian orang2 bila sedang berjalan keluar rumah. Aku mempunyai seorang pacar berusia 2 tahun diatasku, dia adalah kakak kelas kuliahku. Aku dan pacarku berpacaran sudah 2 tahun lebih, dan selama itu paling jauh kami hanya melakukan pett*ng, sailng r*ba, saling c*um dan saling his*p.
Pacarku sangat ingin menerobos v*ginaku jika saat pett*ng, tapi aku sendiri tidak ingin hal itu terjadi sebelum kami menikah, jadi aku mengeluarkan air m*ninya dengan cara swalayan, yaitu meng*c*k k*nt*lnya. Aku juga kerap dipaksa menghis*p k*nt*l pacarku yang mana sebenernya aku agak jijik melakukannya.
Keseringan pett*ng dengan pacarku membuatku menjadi haus akan belaian lelaki dan selalu iingin disentuh, sehari saja tidak dibelai rasanya tersiksa sekaliā entah kenapa aku jadi ketagihanā Sampai akhirnya aku sendiri melakukannya dengan tanganku sendiri dikamarku sendiri.
Sering aku mer*ba-r*ba pay*daraku sendiri dan mengusap-usap m*m*ku sendiri sampai aku org*sme. Inilah kesalahan ku, aku tidak menyadari kalau selama ini adikku John sering mengintip akuā ini aku ketahui setelah dia mengakuinya saat berhasil membobol keper*wananku, kakaknya sendiri.
Awal mulanya, ketika itu aku, mamaku dan adikku John pergi ke supermarket 500m dekat rumah. Karena belanjaan kami banyak maka kami memutuskan untuk naik becak. Saat itu aku memakai celana panjang ketat setengah lutut, dan karena kami hanya naik satu becak, aku memutuskan untuk di pangku adikku, sedangkan mamaku memangku belanjaan.
Diperjalanan yang hanya 500m itu, ketika aku duduk di pangkuan adikku, aku merasakan sesuatu bergerak-gerak dipant*tku, aku sadar bahwa itu k*nt*l adikku, keras sekali dan berada di belahan pant*tku. Aku membiarkannya, karena memang tidak ada yang bisa kulakukan.
Bahkan ketika di jalan yang jelek, semakin terasa ganjalan dipant*tku. Karena aku juga sangat rindu belaian pacarku yang sudah 3 hari tidak ke rumah, diam diam aku menikmatinya. Sejak kejadian itu, aku sering melihat dia memperhatikan tubuhku, agak risi aku diperhatikan adikku sendiri, tapi aku berusaha bersikap biasa.
Suatu hari, aku dan pacarku melakukan pett*ng di kamarkuā Aku sangat terangs*ng sekaliā dia mer*ba dan membelai-belai tubuhku. Sampai akhirnya pacarku memaksakku membuka cel*na d*lamku dan memaksaku untuk mengijinkannya memasukkan k*nt*lnya ke m*m*kku.
Tentu saja aku keberatan, walaupun aku sangat terangs*ng tapi aku berusaha untuk mempertahankan keper*wananku. Dalam ketel*janganku aku memohon padanya untuk tidak melakukannya. Dan anehnya aku malah berteriak minta tolong.
Hal ini di dengar oleh adikku John, dia langsung menerobos kamarku dan mengusirnya, saat itu juga pacarku ketakutan, karena memang badan adikku jauh lebih besar. Aku lansung menutupi tubuhku yang tel*nj*ng dan aku yakin adikku melihat ketel*janganku. Dan pacarku sendiri langsung memakai pakaiannya dan pamit pulang.
Sejak itu, pacarku jadi jarang ke rumah. Dari selentingan teman-teman ku, pacarku katanya mempunyai teman cewe lain yang sering jalan dengannya. Tentu saja aku sedih mendengarnya, tapi aku juga merasa beruntung tidak ternodai olehnya.
Suatu malam aku berbincang-bincang dengan adikku, aku berterima kasih padanya karena dia telah menggagalkan pacarku menodaiku. Aku kaget ketika adikku ngomong bahwa, aku ngga bisa menyalahkan pacarku karena memang bodyku s*xy sekali dan setiap laki-laki pasti ingin merasakan tubuhku.
Ketika kutanya, ājika setiap lelaki, apakah adikku juga ingin merasakan tubuhku jugaā
dia menjawab: āKalau kakak bukan kakakku, ya aku juga pengen, aku kan juga lelakiāā¦
Aku sangat kaget mendengar jawabannya tapi aku berusaha itu adalah pernyataan biasa, aku langsung aja tembak,
āemang adik pernah nyobain cewe?ā¦
Dia bilang āya, belum kakā¦ā.
Itulah percakapan awal bencana itu.
Malam harinya aku membayangkan berc*nta dengan pacarku, aku merindukan belaiannyaā lalu aku mulai mer*ba-r*ba tubuhku sendiriā tapi aku tetap tidak bisa mencapai apa yang aku inginkanā sekilas aku membayangkan adikkuā lalu aku memutuskan untuk mengintip ke kamarnyaā
Malam itu aku mengendap-endap dan perlahan-lahan nak keatas kursi dan dari lubang angin aku mengintip adikku sendiri, aku sangat kaget sekali ketika melihat adikku dalam keadaan tak memakai celana dan sedang memegan alat vit*lnya sendiri, dia melakukan on*ni,
Aku terkesima melihat ukuran k*nt*lnya, hampir 2 kali pacarku, gila kupikir, kok bisa yah sebesar itu punya adikkuā Dan yang lebih kaget, di puncak org*smenya dia meneriakkan namakuā Saat itu perasaanku bercampur baur antar n*fsu dan marahā aku langsung balik kekamarku dan membayangkan apa yang baru saja aku saksikan.
Pagi harinya, lib*doku sangat tinggi sekali, ingin dipuaskan adikku tidak mungkin, maka aku memutuskan untuk mendatangi pacarku. Pagi itu aku langsung kerumah pacarku dan kulihat dia sangat senang aku datangā ditariknya aku ke kamarnya dan kami langsung berc*mbuā saling c*um saling his*p
Perlahan-lahan baju kami lepas satu demi satu sampai akhirnya kami tel*nj*ng bulat. Gilanya begitu aku melihat k*nt*lnya, aku terbayang k*nt*l adikku yang jauh lebih besar darinyaā seperti biasa dia menyuruhku menghis*p k*nt*lnya, dengan terpaksa aku melakukannya, dia mer*ntih-r*ntih keenakkan dan mungkin karena hampir org*sme dia menarik kepalaku.
āJangan diterusin, aku bisa keluarā katanyaā¦ lalu dia mula menindihi ku dan dari nafasnya yang memburu k*nt*lnya mencari-cari lubang m*m*kkuā begitu unjung k*nt*lnya nempel dan baru setengah kepalanya masuk, aku kaget karena dia sudah langsung org*sme, air m*ninya belepotan diatas m*m*kkuā
Dia memelukku dan minta maaf karena gagal melakukan pen*trasi ke m*m*kku. Tentu saja aku sangat kecewa, karena lib*doku masih sangat tinggi.
āPuaskan aku dongā aku kan belumāā¦ rengekku tanpa malu-malu. Tapi jawabannya sangat menyakitkankuā
āMaaf, aku harus buru-buru ada janji dengan siscaāā¦ katanya tanpa ada rasa ngga enak sedikitpun. Aku menyembunyikan kedongkolanku dan buru-buru berpakaian dan kami berpisah ketika keluar dari rumahnya. Diperjalanan pulang aku sangat kesal dan timbul kenginanku untuk menyeleweng, apalagi selama diperjalanan banyak sekali lelaki yang mengodaku dari tukang becak, kuli bangunan sampai setiap orang di bis.
Begitu sampai rumah aku memergoki adikku yang akan pergi ke sport club, dia mengajakku untuk ikut dan aku langsung menyanguppinya karena memang aku juga ingin melepaskan lib*doku dengan cara berolah raga. Di tempat sport club, kami berolah raga dari senam sampai berenang dan puncaknya kami mandi sauna.
Karena sport club tersebut sangat sepi, maka aku minta adikku satu kamar denganku saat sauna. Saat didalam adikku bilang
ākak, baju renangnya ganti tuh, kan kalau tertutup gitu keringatnya ngga keluar, percuma saunaā¦
āAbis pake apaā¦ timpalku, āaku ngga punya baju lagiā¦
āPake cel*na dal*m sama B* aja kak, supaya pori-porinya kebukaā¦ katanya
Pikirku, bener juga apa katanya, aku langsung keluar dan menganti baju renangku dengan B* dan cel*na d*lam, sialnya aku memakai cel*na d*lam G-str*ng putih sehabis dari rumah pacarku tadiā Tapi āah, cuek aja.. toh adikku pernah liat aku tel*nj*ng jugaā¦.
Begitu aku masuk, adikku terkesima dengan penampilanku yang sangat beraniā kulihat dia berkali-kali menelan ludah, aku pura-pura acuh dan langsung duduk dan menikmati panasnya sauna. Keringat mencucur dari tubuhku, dan hal itu membuat segalanya tercetak didalam B* dan cel*na d*lamkuā
Adikku terus memandang tubuhku dan ketka kulihat k*nt*lnya, aku sangat kaget, dan mengingatkanku ke hal semalam ketika adikku on*ni dan yang membuat lib*doku malah memuncak adalah kepala k*nt*lnya muncul diatas celana renangnya.
Aku berusaha untuk tidak melihat, tapi mataku selau melirik ke bagian itu, dan nafasku semakin memburu dan kulihat adikku melihat kegelisahanku. Aku juga membayangkan kejadian tadi pagi bersama pacarku, aku kecewa dan ingin pelampiasan.
Dalam kediaman itu aku tidak mampu untuk bertahan lagi dan aku memulainya dengan berkata:
āNgga kesempitan tuh celana, sampe nongol gituā¦
āIa nih, si otong ngga bisa diajak kompromi kalo liat cewe bahenolā¦ katanya
āKasian amat tuh, kejepit. Buka aja dari pada kecekikā¦ kataku lebih berani
āIya yahāā¦ katanya sambil berdiri dan membuka celananyaā
Aku sangat berdebar-debar dan berkali-kali menggigit bib*rku melihat b*tang kem*lu*n adikku yang begitu besar.
Tiba-tiba adikku mematikan mesin saunanya dan kembali ke tempatnya.
āKenapa dimatiinā¦ kataku
āUdah cukup panas kakā¦ katanya
Memang saat juga aku merasa sudah cukup panas, dan dia kembali duduk, kami saling memandang tubuh masing-masing. Tiba-tiba cairan di m*m*kku meleleh dan gatal menyelimuti dinding m*m*kku, apalagi melihat k*nt*l adikku. Akal warasku datang dan aku langsung berdiri dan hendak keluar, tapi adikku malah mencegahku
ānanti kakā¦.
āKan udah saunanya ā¦ timpalku, aku sangat kaget dia berada tepat di depanku dengan k*nt*l meng*cung ke arahku, antara takut dan ingin.
āKakak udah pernah gituan belum kakā¦ kata adikku
āBelumā¦ kataku, āemang kamu udah..?ā¦ lanjutku
āBelum juga kak, tapi pengen nyobaā¦ katanya
āNyoba gimana???? Nantikan juga ada saatnyaā¦ kataku berbalik kearah pintu dan sialnya kunci lokerku jatuh, ketika aku memungutnya, otomatis aku menunggingi adikku dan b*ah pant*tku yang besar menempel di k*nt*lnya. Gilanya aku malah tetap diposisi itu dan menengok ke arah adikku.
Dan tak kusangka adikku memegang pinggulku dan menempelkan k*nt*lnya dibelahan pant*tku yang hanya tertutup G-str*ng.
āOh kakā. bahenol sekali, aku pengen nyobain kakā¦ katanya dengan nafas memburu.
āAwā dik ngapain kamuā¦ timpalku tanpa berusaha merubah posisiku, karena memang aku juga menginginkannya.
āPengen ng*nt*t kakakā¦ katanya kasar sambil menekan b*tangnya kepant*tku.
Aku menarik pant*tku dan berdiri membelakanginya, āAku kan kakakmu John, inget dongā¦
Adikku tetap memegang pinggulku ātolong kak.. asal nempel aja.. nga usah dimasukkin, aku ngga tahan bangetā¦
āTolong kak,ā¦ katanya memelas. Aku di suruh nagpain juga mau kak, asal bisa nempelin aja ke m*m*k kakakā¦.
Pikiranku buntu, aku juga punya lib*do yang tak tertuntaskan tadi pagi.. dan membayangkan pacarku menungg*ngi sisca, lib*doku tambah naik..
āPersetan dengan pacar brengsekā¦ batinku.
āJangan disiniā¦ pintaku.
āSebentar aja kak, asal nempel aja 1 menitā¦ katanya meremas pinggulku.
āKakak belum siapā¦ kataku.
āKakak nungg*ng aja, nanti aku panasinā¦ katanya.
Bagai terhipnotis aku menuruti apa katanya, sambil memegang grendel pintu, aku menungg*nginya dan dengam pelan-pelan dia membuka G-str*ngku dan melemparkannya. Dan dia jongkok di belakangku dan gilanya dia menjulurkan lidahnya menjil*t m*m*ku dari belakangā
āOhā ngapain kamu dikāā¦ kataku tanpa melarangnya.
Dia terus menjulurkan l*dah dan menjil*ti m*m*kku dari belakang.. ohhhhā gila pikirkuā enak banget, pacarku saja ngga mau ngejil*tin m*m*kku, adikku sendiri dengan rakus menjil*ti m*m*kku
āGila kamu dik, enak banget, belajar dimanaā¦ r*ntihkuā Tanpa menjawab dia terus menjil*ti m*m*kku dan meremas remas bok*ngku sampai akhirnya lama-lama m*m*kku basah sekali dan bagian dalam m*m*kku gatal sekaliā
Tiba-tiba dia berdiri dan memegang pinggulku..
āUdah panas kakā¦ katanya mengarahkan k*nt*lnya kepant*tku dan memukul-mukul kepala k*nt*lnya kepant*tkuā.
āudahāā¦. kataku sambil terus menungging dan menoleh ke arah adikkuā
āJangan bilang siapa-siapa yah dikā¦ kataku.
Adikku berusaha mencari lubang m*m*kku dengan kepala k*nt*lnya yang besarā dia kesulitanā
āMana lubangnya kakā¦.. katanya.
Tanpa sadar aku menjulurkan tangan kananku dan menggengam k*nt*lnya dan menuntun ke mulut goakuā
āIni dikā¦ kataku begitu tepat di depannya, āgesek-gesek aja yah dikā¦.
āMasukin dikit aja kakā¦ katanya menekan k*nt*lnya.
āawā dik, gede banget sihā¦ kataku, āpelan-pelanāā¦..
Begitu kepala k*nt*lnya membuka jalan masuk ke m*m*kku, adikku pelan-pelan menekannya.. dan mengeluarkannya lagi sedikit sedikitā tapi tidak sampai lepasā terus ia lakukan sampai membuat aku gemasā.
āOh.. dikā. enakā. dikā. udah yahāā¦ kataku pura-puraā..
āBelum kakā. baru kepalanya udah enak yahāā¦.
āMemang bisa lebih enakā???ā¦ kataku menantang.
Danā. langsung menarik pinggulku sehingga b*tang k*nt*lnya yang besar amblas ditelan m*m*kkuā¦
Aku merasakan perih luar biasa dan āawā. sakit dikāā¦ teriakku.
Adikku menahan b*tangnya didalam m*m*kku ā.
āOhākakānikmat bangetāā¦.. dan secara perlahan dia menariknya keluar dan memasukannya lagi, sungguh sensasi luar biasa. Aku merasakan nikmat yang teramat sangat, begitu juga adikkuā
āOh, kakā nikmat banget m*m*kmuā¦.. katanya.
āSsssshhhhā ia dikā enak bangetā¦ kataku.
Lima belas menit dia mengenjotku, sampai akhirnya aku merasakan org*sme yang sangat panjang dan nikmat disusul er*ngan adkku sambil menggengam pinggulku agar pen*trasinya maksimum.
āOh.. kak.. aku keluar.. nikmat bangetāā¦ katanya
Sejenak dia memelukku dari belakang, dan mulai mencabut k*nt*lnya di m*m*kkuā
āMa kasih kakā¦ katanya tanpa dosa dan memakaikan celanaku lagi.
Aku bingung bercampur menyesal dan ingin menangis. Akulangsung keluar dan membersihkan diri sambil menyesali diri.. ākenapa adikku????ā¦ Dalam perjalanan pulang adikku berulang-ulang minta maaf atas perbuatannya di ruangan saunaā Aku hanya bisa berdiam merenungi diriku yang sudah tidak per*wan lagiā
Kejadian itu adalah awal petualangan aku dan adikku, Karena dua hari setelah itu kembali kami bes*tubuh, bahkan lebih gila lagi.. kami bisa melakukannya sehari 3 sampai 5 kali sehari semalam. Satahun sudah aku di tunggangi adikku sendiri sampai ada seorang kaya, kenalan bapakku melamarku, dan kami menikah.
Untungnya suamiku tidak mempermasalahkan keper*wananku. Akhirnya aku di karunia seorang anak dari suamiku, bukan dari adikku.. karena aku selalu menjaga jangan sampai hamil bila bers*tubuh dengan adikku. Sampai sekarang aku tidak bisa menghentikan perbuatanku dengan adikku, yang pertama adikku selalu meminta jatah, dilain pihak aku juga sangat ketagihan permainan s*x nya.