Ruang Operasi Khayalan: Saat Kami Bermain Dokter-Dokteran

Ketika itu, aku masih sangat muda, kira-kira 11 tahun-an, panggil saja aku Iwan. Ketika itu aku masih kelas 5 SD namun aku mempunyai ga*rah s*x yang tinggi, entah kenapa, entah dari mana datangnya. Pada hari liburan biasanya aku menginap di rumah tanteku, panggil saja namanya Ibu Rita.

Dia mempunyai seorang anak perempuan yang cukup cantik, langsing, dan putih! Panggil saja Rita. Ketika itu, di rumah tanteku sedang tidak ada seorangpun, karena aku sudah ditugaskan untuk menjaga rumahnya. Aku mulai menjaga sekitar pukul 9 pagi.

Ketika itu aku masih belum mengenal s*x. Namun aku telah dikhitan (disunat), sehingga aku biasa memainkan p*nisku itu karena bentuknya, juga aku sering menggesek-gesekkan pada sesuatu, misalnya tembok (karena aku belum tahu bahwa hal itu dapat merusak dan aku belum tahu mast*rbasi).

Pada pukul 12 siang. Terdengar suara bel dari luar, ternyata anak Tanteku sudah pulang, si Rita.
“Bukain dong pintunya!!” dia berteriak serentak akupun berlari menuju arah pintu itu dan membukakan kunci pintu tersebut.”Awas awas! mau kenc*ng!”.

Ketika itu Rita masih berusia 10 tahun, masih muda bukan? Rita buru buru masuk karena mungkin kebelet ingin ke toilet. Namun ketika sampai di depan toilet, yah.. air kenc*ngnya sudah tidak tertahan lagi sudah membasahi rok dan cel*na d*lamnya.

“Aduh, makanya ati ati dong! Sabar kek!” kataku.
Dia hanya diam.”Gimana dong, Wan?” tanyanya.
Aku bilang, “Tenang aja”.

Kudekati dia dan melepaskan roknya dan kusuruh dia melepaskan cel*na d*lamnya karena basah terkena air kenc*ng.
“Bersihin dulu itunya” katanya.
Diapun membersihkannya dengan air dan mengusap dari arah d*bur ke arah v*gina, lalu kuhentikan dia.

“Salah! Rita, itu salah!”, kataku.
“Memangnya kenapa?” tanyanya.
“Itu bisa membawa kuman dari d*bur ke itunya jadi nanti memem nya kotor” kataku,

Maklum waktu itu aku pernah membaca buku milik ibunya yang berisi cara membersihkan diri.
“Jadi gimana?” tanyanya.
“Begini nih. Mau sama Iwan atau ama kamu aja?” tanyaku.
“Contohin dulu” jawabnya.

Lalu aku jongkok di belakangnya dan mengambil segayung air oleh tangan kananku dan tangan kiri ku menyentuh kew*nitaannya.
“Gini nih” seruku sembari membasuhkan air dan menarik tangan kiriku dari v*ginanya menuju d*burnya, kulakukan itu 4-5 kali.

Lalu ia bangun dan mengeringkannya dengan handuk dan pergi berganti baju. Mungkin ketika aku cebok kem*luannya, mungkin ia merasa sesuatu, soalnya ketika aku memegang v*ginanya ia terdiam dan tidak bergerak sedikitpun. Lalu Rita keluar dari kamar dengan keadaan sudah berganti baju mengenakan rok pendek dan baju sederhana.

Lalu ia pun menghampiriku.
“Wan, kalau yang barusan nggak apa apa kan? Nggak ada penyakitnya kan?” tanyanya polos.
“Nggak tahu lah””Mau diperiksa?” tanyaku.
“Nggak ah” jawabnya.

Ketika itu suasana begitu boring,
“Iwan, males mainnya ini ini terus, main yang lain yuk!” tanyanya.
“Main apaan?” jawabku.
“Maen dokter dokteran yuk!” katanya.

Akhirnya akupun menyetujuinya. Ketika itu ada sejenis lampu belajar, namun mempunyai efek apalah namanya, kayak bio energy Lantern (bukan iklan, hanya memperjelas). Saya berpura pura menjadi dokternya dan dia menjadi pasiennya. Ketika itu aku memakai alat itu yang sejenis Bio Energy Lantern.

Kusuruh dia berbaring, lalu aku sinari dia dari atas hingga bawah.
“Tidak ada masalah kataku”, lalu kusuruh dia berbalik (tengkurap), lalu aku mulai menyinarinya lagi (kayak ngescan gitu lah), lalu aku hentikan dibagian pant*tnya.

“Wah!ada masalah!” seruku.
“Apaan, Dok?” tanyanya.
“Kayaknya penyakit barusan ini” jawabku.

“Coba deh Dokter periksa dulu, sembuhin Dok!”jawabnya.
Lalu aku menyuruh dia berbaring lagi dan aku memakaikan selimut hingga lehernya.
“Kita harus operasi” kataku dan dia hanya mengangguk tanda setuju.

Lalu aku mulai mempermainkan peranku. Kubuka lebar sel*ngk*ngannya dan kuangkat sedikit lututnya. Lalu aku mulai memainkan jariku di mulut v*ginanya, aku menyentuh bagian seperti biji kecil di bagian atas v*ginanya (mungkin ini clit*risnya).

Lalu aku mempermainkan biji itu untuk sesaat, aku tekan, usap, pencet, di puter, tampaknya ia kegelian karena hal itu, sehingga selimut yang menutupinya terbuka dan jatuh disisi tempat tidur, sehingga ia dapat melihat aku yang sedang bekerja ini,

Namun ia tidak melarangnya, bahkan sepertinya ia ingin lagi, karena ia menggerak-gerakkan pinggulnya, sehingga jariku yang asalnya berada di cl*torisnya terpeleset dan jatuh ke dalam lubangnya. Namun hal itu berhasil kucegah, sehingga jariku tidak masuk ke dalam lubang v*ginanya.

“Kenapa Dok?” tanyanya.
“Ah, enggak, ini sakitnya dari dalam kayaknya” kataku.
“Ya sudah Dok, lanjutin” katanya.

Tanpa ragu ragu aku memulai kembali tugasku, aku memainkan bibir v*ginanya yang masih muda, masih segar, masih per*wan, dan sudah terbawa n*fsu, karena kulihat bibirnya merekah dan terlihat seperti basah-basah. Lalu aku masukin jari telunjukku itu ke dalam lubangnya secara perlahan-lahan,

Soalnya waktu itu aku masih takut kalau terjadi apa-apa padanya, bisa bisa saya dipecat dari rumah saya. Saat kumasukan jariku, kulihat ia menikmati pen*trasi jariku, namun mungkin karena kurang basah, aku tanpa sengaja menyentuh sel*put daranya, dengan seketika ia menutup sel*ngk*ngannya.

“Aduh! sakit! jangan kedaleman!” katanya, aku bertanya dan meminta maaf.
Lalu aku terus melakukan gerakan masuk dan keluar jariku dari v*ginanya, dan ia menggelinjang kecil seperti keenakan.

Setelah itu dia tergeletak lemas dengan keadaan masih merasakan kenikmatan yang kuberikan ini. Mungkin dia org*sme. Ketika hendak kucabut jariku itu, dengan cepat tangannya menarik kembali tanganku menuju v*ginanya, tampaknya ia ketagihan dan masih bertenaga.

Lalu kumulai kembali tugasku, dengan awalan yang baik, dan lebih dalam dari pada sebelumnya, tetapi tidak hingga mengenai sel*put d*ranya, karena aku ingin ia tetap per*wan. Setelah kurang lebih 5 menit kulakukan gerakan itu, tampaknya ia telah org*sme lagi.

Saat kucabut jariku, terlihat basah dan ada semacam bau yang masih kurang jelas baunya (mungkin ketika itu dia masih kecil). Terdengar suara klakson mobil, dengan segera aku melap jariku dan membangunkannya dengan cara menusuk v*ginanya hingga mengenai sel*put d*ranya, namun tidak hingga robek.

“Aduh!Sakit tahu! Kamu ini jail amat!” hentaknnya.
“Itu ortu kamu sudah pulang! Jangan tidur terus! Ntar disangka sudah ngapa-ngapain lagih nih!” perintahku.

Ia pun menurut dan jalan terhuyung-huyung, mungkin karena lemas karena org*sme. Kami berduapun menyambut kedatangan ortunya Rita. Sesudah itu, Rita tidak pernah bercerita kepada siapapun, bahkan kepada kedua orang tuanya.

Sesudah kejadian itupun, kami masih sering melakukan hal serupa, karena aku tidak berani memasukan p*nisku ke v*ginanya. Jika permainan itu ingin di mulai, biasanya dia yang meminta, atau pun kadang saya yang memintanya, dan dia biasanya hanya menikmati apa yang dirasakannya.

Bahkan waktu itu aku puas memainkan v*gina cewek, soalnya dia hanya terbaring terdiam dan membiarkan aku bekerja sepuasnya. Malah pernah kumasukkan benda yang kecil, dan kuambil kembali keluar. Juga pernah di rumah yang masih akan dijual, karena tidak ada siapapun disana, dia mengajakku kesana dan akupun mengikutinya dan memulai acara kami berdua.

Seperti biasa aku hanya memainkan jari-jariku di v*ginanya, dan mencegah n*fsuku membobol v*ginanya, karena dia masih per*wan. Ketika itu aku masih belum mengetahui tentang menj*lat kem*luan cewek, makanya tidak kulakukan hal itu. Dia cukup puas dengan pelayananku selama ini, walaupun aku masih mencari pengalaman.

Pernah aku melakukannya di sofa miliknya. Dia berbaring disudut sofa dan aku sudah mengetahui tentang menj*lati v*gina, dan setelah kupikir-pikir, sebaiknya melakukan hal itu di kamar mandi agar tidak becek ke mana-mana dan mudah membersihkan diri.

Kuajak dia ke kamar mandi, lalu kusuruh dia untuk duduk di kloset. Lalu aku buka celana dan bajunya sehingga dia berada dalam keadaan tel*njang bulat. Ketika melihat hal itu untuk pertama kalinya, p*nisku berereksi dan menonjol di celana pendekku.

Dia hanya bertanya, “Abis ini ngapain Iwan?” tanyanya
“Tenang aja, biar saya kerja!” kataku.
Lalu aku berlutut di depannya dan mukaku berada persis di v*ginanya.

Lalu aku mulai menj*lati v*ginanya tanpa merasa jijik sedikitpun. Dia pun tampaknya menikmati hal tersebut, lalu aku mulai menj*lati terus hingga bibir v*ginanya merekah dan aku dapat melihat kl*torisnya membesar, walaupun tidak begitu besar, akupun menj*lati dan memainkan kl*torisnya itu dengan mulutku.

Mengigit gigit kecil kl*torisnya, meng*lumnya dan menyodok lubangnya dengan l*dahku. Kadang dia menggelinjang kenikmatan dan hingga akhirnya dia lemas beberapa kali, mungkin sekitar 4 kali. Kami terus melakukan hal itu sampai sekarang dan entah sampai kapan kita melakukannya.