Part VIII: Awal Mula (bag 3)
Masih Flashback ± 2 Tahun Silam
Gilaaak posisinyaaaaa!
PoV Lina
Kepuasan seksual itu memang sulit diukur.
Demi klimaks, aku siap mencoba segala variasi, posisi, atau gaya.
Memberi orgasme pasangan mainku, terlebih menjemput orgasmeku sendiri.
Pokoknya puaaaaaas! Pasanganku puas. Aku juga puas.
Kalau pasanganku belum puas, paling gak aku aja deh yang puas.
Seperti malam ini. Aku lupa seperti apa awalnya.
Tahu-tahu posisiku dengan pasangan seksku sudah seperti ini.
Chemise menggodaku sudah tanggal entah di mana. Aku juga tidak ingat kapan dibuka.
Pakaian dalamku? Kayaknya sudah kulepas sebelum berduaan dengan Ben.
Oh iya. Ini Ben, pasangan seks baruku lho. Dia ini suami Katy, sahabatku. Xixixixxi.
Akhirnya ini jalan keluar yang sedang kami upayakan.
Jalan untuk menolong kehidupan seks Katy dan Ben yang bermasalah.
Aku tak paham apa istilahnya.
Namun yang kumengerti, Katy tak lagi tertarik berhubungan seks dengan suaminya.
Kami khawatir saja masalah ini keterusan lalu menjadi besar.
Kami berempat sampai pada kesepakatan bertukar pasangan seperti malam ini.
Awalnya aku menawarkan Isal untuk membangkitkan kembali gairah Katy.
Lewat obrolan panjang, kesepakatannya melebihi itu. Katy menawarkan Ben untuk bersamaku.
Eh! Aku lupa. Katy yang menawarkan atau aku yang emang doyan.
Habisnya sahabatku itu suka melebih-lebihkan suaminya yang selalu memuaskannya.
Sebenarnya saat ini aku dan Ben tidak sedang di ranjang.
Kami bercumbu di sofa dalam kamar. Aku terduduk pasrah.
Selangkanganku terbuka lebar. Seakan mempersilakan isinya untuk dilahap
Tapi aku bukan duduk di sofanya. Ini di atas sandaran sofa.
Sedang si Ben duduk di sofa memanjakan memekku dengan servis oralnya.
Kebayang gak? Aku pernah baca di majalah luar negeri. Posisi ini disebut Ladies’ Man.
Namanya memek dijilat, dicium, dan dicelupin jari, rasanya pasti berjuta. Tapi ini bedaaaa!
Aaaaaarrrggghhhh. Selama ini aku cuma dengar dari cerita istrinya.
Katy bilang lidah dan bibir Ben itu juara. Kampiun menghanyutkan perempuan dengan bibirnya.
Kali ini aku harus sepakat dengan sahabatku itu.
Bibir suaminya ini memang jagoan. Bukan hanya bibir mulutku yang ditaklukkannya.
Bibir memekku juga dibuatnya tergila-gila. Oooooorrrggghhhh… Sssssshhhhhhh….
“Beeeeeen. Enak banget ya jadi si Katy tiap hari dijilatin giniiiiiii,” racauku.
Di tengah badai nikmat manuver lidah Ben di memekku, pintu kamar terbuka. Ku lihat Katy masuk diikuti suamiku.
Aku bingung harus bereaksi apa.
Rasa geli-geli basah di memek membuat otakku sulit berpikir.
Nafasku tersengal.
“Keeeeet. Kamu mau bareng di sini ajaaaaa? Kamu belum dientot Isal yaaaa?
Siniiiii. Tuh kalian berdua pake aja ranjangnya,” ujarku sekenanya.
“Aaaarrghhhhhhh… Enak Beeeeeeeen…. Aduuuuuuuh. enakkkkk… Aduuuuuuuhhh…. Shiiiiiiiit,”
teriakan menjemput orgasmeku. Getaran di memekku mengantar gemetar di tubuhku.
Badanku pun melengkung. Kupegang kepala Ben dengan kedua tanganku.
“Keeeeeet… Aduuuuuuuhh…. Suamimu bikin akuuu keluar niiiiiiih…..,” tuturku lirih.
PoV Catherine
Gilaaak posisinyaaaaa!
Aku tak bisa berkata-kata. Rasanya mataku membelalak saja.
Jantungku berdegup sangat kencang. Perasaanku membuncah melihat pemandangan di depanku saat ini.
Suamiku menjilati memek perempuan lain. Ayah dari anakku memberi kepuasan seksual pada sahabatku sendiri.
Ya! Lina orgasme akibat memeknya dioral Ben.
Aku tahu nikmatnya diservis bibir dan lidah Ben.
Aku belum lupa rasanya.
Bukan hanya jilatan Ben dan orgasme Lina yang mengejutkanku.
Gaya mereka berdua pun sungguh menantang. Belum pernah dia menjilatku seperti itu.
Kutarik Isal. Kulucuti celananya.
Kontol gemuk suami Lina seketika mencuat meski belum sepenuhnya tegang.
Kudorong dia ke ranjang. Panas rasanya melihat suamiku memuaskan perempuan lain.
Biar kubalas memuaskan kontol laki-laki di hadapanku ini.
Glooookh….. Gloookh… Sluuurp… Sluurrrppphh… Mmmmmmccccuh.. Ckloooookhkh…
Kukerahkan semua keahlian oralku.
Sejak menikahi Ben, hanya kontol dia saja yang merasakan kenikmatan isapanku.
Kali ini bentuknya berbeda. Meski butuh adaptasi, aku masih bisa menguasai keadaan.
“Ooooorrrgghhhh, Ket. Sssshhhh… Aaaaaaaahhhh…” Isal mengerang keenakan.
Ia mendorong badanku. Kontolnya pun terlepas dari mulut mungilku.
Ditariknya camisole yang kupakai. Sementara aku berinisiatif menurunkan G-Stringku.
“Aiiiiiiihhhh….” Aku terkejut. Isal mengangkatku ke bagian atas ranjang.
Selangkanganku ditaruh di atas wajahnya yang sedang berbaring.
Sementara aku menungging di atasnya.
“Eeeeeeehhhh.. Saaaal..” Memekku langsung dilahapnya.
Aku yakin Isal menemukan lubang di bawah sana yang lembap cenderung basah.
Ternyata aku terangsang melihat adegan pemanasan suami dan sahabatku.
“Oooooohhhh, Saaaaal. Iyaaaaah.. Enaaaak, Saal,” Kubiarkan dia mengoralku.
Entah dia memang tertarik dengan memekku atau mau membalas perlakuan suamiku pada istrinya.
Aku tak peduli. Ini nikmat!
Tapi aku mau lebih…. Isal harus merasakan jepitan memekku.
Biar Lina bisa lihat aku juga mampu memuaskan suaminya.
Biar suamiku juga lihat kalau aku juga bisa bersenang-senang.
Kalau mau adu mekanik, aku tidak takut!
“Saaall… Saaaalll… Kondom, Saaaal… Huuuuff… huuuuuff….
Cuma itu yang kuucapkan pada Isal.
Kutepis kedua tangannya di pahaku.
Ia bangun dan membiarkanku masih menungging.
Aku tahu dia sedang memasang kondom di kontolnya….
Aku tak sempat memperhatikan Lina dan Ben. Terdengar suara-suara kecipak becek.
Tapi bukan suara adu kelamin. Doggy style kurasa menjadi pilihan tepat untuk gaya pertama ini.
Aku tak perlu melihat wajah Isal.
Selain Isal bisa kikuk, aku juga menghindari perasaan malu yang mungkin saja terlihat dari ekspresiku
“Keet. Aku masukin sekarang ya,” tanya Isal. Tangannya sudah di pantatku.
“Pelaan ya. Biar memekku penyesuaian,” kataku dengan posisi masih menungging.
Kuraba memekku. Memastikan cairannya cukup beradaptasi pada kontol baru.
Sleeeeeepphhssh.. “Ooooooohhhhh” Aku dan Isal berbarengan merintih. Mengiringi masuknya kontol dia ke memekku.
Kontol kedua setelah milik suamiku sesudah aku menikah.
Gila sih ini. Aku dientot oleh laki-laki bukan suamiku. Bukan itu saja. Suamiku bisa melihat langsung persenggamaanku.
Tidak hanya itu. Kontol suamiku juga saat ini sedang ada dalam memek perempuan lain.
Aaaahhh.. Aaah.. Ahh.. Ah… Erangan seksualku bersahut-sahutan dengan Isal.
Ternyata posisi doggy justru menjadi bumerang bagiku.
Aku bisa melihat langsung Lina yang menancapkan memeknya di kontol suamiku.
Lina bergoyang bebas di atas suamiku yang duduk di sofa. Oooohh. Toked besar Lina ikut dimanjakan suamiku.
Damn! Aku yakin tak lama lagi skor 2-0 antara Lina dan Ben. Kalau sudah WoT, orgasme Lina tentu tak akan sulit.
Duh! Suguhan adegan seks suami dengan sahabatku memang menjadi pukulan balik bagiku.
Bukan pukulan fisik, tetapi pukulan birahi.
Nafsuku menggelegak. Memekku terasa lebih sensitif. Satu tanganku meremas tokedku sendiri.
“Sal… Khenchengiiiiiiiin,” pintaku ke suami Lina.
“Enaaak, Saaaal. Terus.. terussss…. Ah… ahh.. ah…
Kurasakan Isal juga menjadi gemas.
Dia meremas-remas kedua bongkahan pantatku di belakang sana. Pompaannya terasa semakin cepat.
“Aduh, Beeeeen. Iya… ooooh… ooohhh.
Aduh enak, Beeeen. Mau keluar lagi ini…. Ah… Ahhhh. Yeesssssss,” erangan orgasme Lina terdengar mendahuluiku.
Disusul lolonganku menyambut klimaks yang kudapat bukan dari suamiku. “Aaaaaaaah.. Anjing enaaaaak, Saaaal. Keluar niiiiiih… Huuufft.. huuuuffft..
Dalam hati aku meminta maaf ke Isal.
Aku kebiasaan memaki waktu orgasme. Klimaks memang seenak itu kan?
Ya begitulah ekspresi orgasmeku. Ben sudah paham banget kebiasaan seksualku.
Kali ini giliran Isal yang melihat ekspresi puncak seksualku.
Isal mencabut kontolnya. Sepertinya dia mau ganti gaya.
Kubaringkan badanku di ranjang. Selain karena lemas, ini saatnya pakai misionaris.
Bukannya mengangkangkan kakiku, Isal justru meninggalkanku. Kutengok, malah Ben yang datang menghampiriku.
“Hi, Maaaa….” Tegur Ben lembut. Ia menciumku mesra.
Duuuuuh. Kalau sudah begini, rasanya terbang ke langit kedelapan.
Kudekap erat tubuhnya. Kupeluk seakan lama tak berjumpa. Rindu berat rasanya.
“Lanjut sama aku ya?” tawar Ben dengan senyuman penuh cinta.
Senyuman yang membuatku menerimanya sebagai kekasihku dulu.
“Aku kangen kontolmu, Beeeen!” Lugas dan tegas kukatakan.
Pahaku melebar dengan sendiri saat Ben menindihku.
Selangkangannya sudah berada di atas selangkanganku.
Kontol Ben sudah terbiasa mencari jalannya sendiri ke memekku.
“Ben. Gapapa bekasnya Isal nih? Belum dilap, Ben,” kataku lirih.
Ben menjawab dengan memberikan ciuman andalannya.
Ciuman yang selalu mampu menenangkanku.
Sementara di bawah sana, kontolnya perlahan menelusup perlahan ke dalam memekku.
Surga rasanya saat dicium sambil ditusuk kontol begini. Sssssshhhhhhh….
Ia melepas ciumannya.
Menatapku lalu berkata, “Mama jangan jahat-jahat siiiih. Besok-besok mau ya aku entot lagi…?
Memekmu itu ngangenin,” ujarnya sambil terus mencium bibir dan menggenjot memekku.
Nyesssss rasanya dicium Ben.
Ternyata seperti ini rencana Lina.
Aku bersyukur banget punya teman seperti dia.
Aku senang banget jalan keluar masalahku dengan Ben bisa seperti ini.
Ini sih berhasil banget. Udah berhasil, dapat bonus pula. “Thanks ya, Lin,” ujarku dalam hati.
Mendadak kulepaskan ciumanku.
“Jadi kamu cuma kangen sama memekku?
Kamu jahaaaaaat, Beeeen! Kamu gak kangen tokedku?
Gak kangen pantatku? Gak kangen bibirku? Gak kangen seponganku? Godaku padanya.
Plaaaaak. Plaaaaaaak. Plaaaaaaakkkkhhh.
Ben merespons godaaanku dengan mempercepat entotannya di memekku. “
Gini aja, Ben. Kalo marah, kita pokoknya ngentot ya?” Aaaaaah… Aaahhhh.. Aaaaahh. Ben menggenjotku sambil mengisap toked kiriku.
Kutengok ke sofa. Lina dan Isal sudah tak ada lagi di sana.
Sayup-sayup masih terdengar erangan Lina.
Mereka berdua pasti lanjut di ruang tengah vila. Isal memang belum klimaks.
Biarlah mereka menikmati waktu berdua.
Seperti aku dan Ben yang menikmati waktu kami saat ini.
Kupeluk Ben dalam dekapanku. Kulingkarkan kedua kakiku di tubuhnya.
Aku milikmu, Ben. Kemarin, hari ini, dan seterusnya.
“Beeeeen. Keluarin di dalam ya. Memekku kangen diangetin pejumu. Yang banyak lho. Tadi belum ngecrot sama Lina kaaan? Selidikku.
Dia cuma menggeleng lalu lanjut menciumku. Aaaaaaarrggghhh. Enaak, Ben.
PoV Lina
Bahagianya di pagi hari menikmat cuaca pegunungan seperti ini.
Bukan hanya karena sejuk, tapi rasanya puas juga. Puas dientot dua orang semalam.
ak usah dihitung berapa kali klimaks. Yang penting dua kontol udah puasin memekku.
Kuseruput teh panasku sambil duduk di ruang tengah vila.
Ruangan yang sempat jadi saksi persetubuhan dengan suamiku semalam.
Ngentot sama suamiku di ruang tengah begini sih hal biasa.
ku dengan Isal sudah pernah ngentot di berbagai macam tempat.
Yang spesial semalam adalah berhasilnya rencanaku.
Akhirnya aku dengan Katy jadi juga tukar pasangan. Aku jadi ngentot sama Ben, suaminya.
Dia juga jadi juga ngentot suamiku. Bukan cuma soal tukar pasangan sih.
Aku ikut bahagia masalah Katy dan suaminya bisa selesai juga.
Semalam kuperhatikan mereka berdua benar-benar ngentot seperti suami istri pada umumnya.
Hehehehe. Ideku memang brilian ya. Kutawarkan opsi tukar pasangan ke Katy.
Sekali merengkuh dayung, dua-tiga pulau terlewati.
Pengalaman seksku selama ini jadi terasa berfaedah.
Kurasakan juga manfaat nonton lima season Swing Playboy TV secara maraton.
Aku memang penasaran bagaimana rasanya tukar pasangan seperti di cerita-cerita itu.
Ya sudah kuutarakan saja ideku pada mereka.
Toh katanya Marissa Rudder penulis buku soal tukar pasangan itu, memang lebih banyak perempuan yang berinisiatif.
Hehehehee. Aku pun senyum-senyum sendiri membayangkan petualangan seksku selanjutnya.
Kleteeeek. Pintu kamar Katy terbuka. Buseeeet! Sahabatku itu keluar hanya dengan G-String dan kaos milik Ben.
Seksi parah sih si Katy. Iseng-iseng aku bernyanyi menyambut Katy:
“Kau entot aku dengan kontolmu
Dan rasanya enak sekali
Rasanya enak sekali
Iiiiihhh… iiiihhhh..
Kau berikan aku surga dunia
Dan rasa ingin kuulangi….
Ahahahahaa.
Buuuuuukk.. Katy menggebuk kepalaku dengan bantal sofa.
“Udah bangun dari tadi, Lin?” Tanya Katy.
“Udah donk. Pagi-pagi dibangunin si Isal. Dia harus zoom dengan orang kantor wilayah.
Jadi deh bangun terus ngeteh dulu. Dah mandi sana, kita cari sarapan di luar situ,” paksaku.
“Iyaaaaa. Itu Ben juga lagi mandi kok. Ditinggal sendirian telanjang di tempat tidur, jadi kebangun deeeh,” jelasnya.
“Lho lho lhoooo. Kok malah di sini? Susulin Ben sekalian dooonk. Sedotin kontolnya.
Atau sekalian tawarin memekmu donk. Kan kelamin kalian udah akur. Dimanfaaatin atuuuh. Xixixixi,” aku menggoda Katy.
“Ih Lina. Parah bangeeeet sih otakmuuuu? Dasar teman cabul! Kembali Katy melempar bantal ke arahku.
“Kalo kamu gak mau susulin, aku yang susulin si Ben nih. Lumayan secelup dua celup,” kataku.
Katy pun segera beranjak kembali masuk dalam kamar. Sepertinya benar-benar khawatir aku ambil jatahnya pagi-pagi begini.
“Jangan lupa rencana kita nanti renang lho, Keeeeet!” Aku setengah berteriak.
Setelah sarapan, aku sudah menyiapkan ide untuk kami berempat di kolam renang.
Kalau kemarin cuma buat pemanasan dan ice breaking. Kali ini siap-siap main course-nya.
*bersambung*……